Dalam
rangka pengembangan perikanan nasional, budidaya ikan patin merupakan salah
satu alternatif komoditi yang memiliki prospek yang baik untuk
dikembangkan. Berkenaan dengan hal
tersebut , diperlukan upaya untuk memproduksi ikan patin secara budidaya (culture) dan bukan secara penangkapan (capture). Salah satu faktor yang harus
diperhatikan adalah teknologi pembenihan, yang merupakan mata rantai pertama
dari kegiatan budidaya.
Pembenihan merupakan salah satu
kegiatan dari budidaya yang berfungsi sebagai penyedia benih untuk kegiatan
pembesaran, baik untuk kegiatan di kolam maupun kegiatan di keramba atau jaring apung.
II. MENGENAL IKAN PATIN
2.1 Sistematika dan Ciri Morfologis
Sistematika ikan patin adalah sebagai berikut:
Ordo :
Ostariophysi
Sub-ordo :
Siluroidae
Famili :
pangasidae
Genus :
Pangasius
Spesies :
Pangasius pangasius Ham. Buch
Nama Inggris :
Catfish
Nama local
: Ikan patin
Gambar
1. Ikan Patin (Pangasisus-pangasius)
Ikan patin memiliki badan memanjang berwarna putih
seperti perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Panjang tubuhnya bisa
mencapai 120 cm, suatu ukuran yang cukup besar untuk ukuran ikan air tawar
domestik. Kepala patin relatif kecil dengan mulut terletak di ujung kepala agak
di sebelah bawah. Hal ini merupakan ciri khas golongan catfish. Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang
berfungsi sebagai peraba.
Sirip
punggung memiliki sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi patil yang
bergerigi dan besar di sebelah belakangnya. Sementara itu, jari-jari lunak
sirip punggung terdapat enam atau tujuh buah. Pada punggungnya terdapat sirip
lemak yang berukuran kecil sekali. Adapun sirip ekornya membentuk cagak dan
bentuknya simetris. Ikan patin tidak memiliki sisik. Sirip duburnya panjang,
terdiri dari 30 - 33 jari-jari lunak, Sedangkan sirip perutnya memiliki enam jari-jari lunak. Sirip dada
memiliki 12 - 13 jari-jari lunak dan sebuah jari-jari keras yang berubah
menjadi senjata yang dikenal sebagai patil.
2.2 Sifat-sifat Biologis
Ikan patin bersifat nokturnal (melakukan aktivitas di
malam hari) sebagaimana umumnya ikan catfish lainnya. Selain itu, patin suka
bersembunyi di dalam liang-liang di tepi sungai habitat hidupnya.
Hal yang membedakan patin dengan ikan catfish pada umumnya yaitu sifat patin
yang termasuk omnivora atau golongan ikan pemakan segala. Di alam, makanan ikan
ini antara lain ikan-ikan kecil lainnya, cacing, detritus, serangga,
biji-bijian, udang-udang kecil, dan moluska.
Ikan patin termasuk ikan
dasar. Hal ini bisa dilihat dari bentuk mulutnya yang agak ke bawah.Habitatnya
di sungai-sungai besar dan muara-muara sungai yang tersebar di Indonesia,
India, dan Myanmar. Daging ikan patin
sangat gurih dan lezat sehingga terkenal dan sangat digemari oleh masyarakat.
Di alam ikan ini dikumpulkan di tepi-tepi sungai besar pada akhir musim penghujan atau sekitar bulan April sampai Mei. Alat yang dipergunakan adalah seser yaitu semacam jala yang diperegang dengan sepasang bilah bambu. Pengoperasiannya dengan cara mendorong atau menyeserkannya ke arah depan. Waktu penangkapannya menjelang fajar karena pada saat itu anak-anak patin umumnya berenang bergerombol dan sesekali muncul ke permukaan air untuk menghirup oksigen dari udara langsung.
2.3
Kerabat Ikan Patin
Kerabat dekat ikan patin yang ada di Indonesia
umumnya memiliki ciri-ciri keluarga Pangasidae pada umumnya, yaitu bentuk
badannya sedikit memipih, tidak bersisik atau sisiknya halus sekali. Mulutnya
kecil dengan 2 - 4 pasang sungut peraba. Terdapat patil pada sirip punggung dan
sirip dadanya. Sirip duburnya panjang dimulai dari belakang dubur hingga sampai
pangkal sirip ekor.
Konon kerabat patin di Indonesia terdapat cukup
banyak, di antaranya Pangasius
polyuranodo (ikan juaro), Pangasius
macronema (ikan rios, riu, lancang), Pangasius micronemus (wakal, riuscaring), Pangasius nasutus (pedado), Pangasius nieuwenhuisii (lawang).
1. Pangasius polyuranodo
Ikan ini dikenal juga dengan sebutan ikan juaro.
Tubuhnya berwarna putih seperti mutiara dengan punggung kehitam-hitaman. Bentuk
tubuh tinggi dengan sirip punggung memiliki tujuh jari-jari lunak dan dua
buah jari-jari keras yang salah
satu di antaranya menjadi senjata yang sangat ampuh berupa patil yang sangat
kuat. Sirip lemak pada punggungnya kecil sekali, sementara sirip ekornya
bercagak simetris. Sirip duburnya panjang dan memiliki 35 - 40 jari-jari lunak.
Sirip perut memiliki enam buah jari-jari
lunak, sedangkan sirip dada memiliki
12 - 13 jari-jari lunak dan sebuah jari-jari keras yang sangat kuat yang
juga berfungsi sebagai patil.
Di dekat lubang hidungnya terdapat sungut peraba dari
rahang atas yang berpangkal di sudut mulut dan ujungnya sampai di pangkal sirip
dada. Sungut peraba pada rahang bawah pendek. Panjang tubuh dapat mencapai 50
cm, hidupnya di sungai-sungai. Penyebarannya di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan
Thailand.
2. Pangasius macronema
Ikan ini memiliki sungut yang lebih panjang daripada
kepala. Gigi veromine terpisah-pisah, terdapat 37 - 45 sisir saring tipis pada
lengkung insang pertama. Garis di tengah
badan dan pada perut jelas terpisah di awal sirip dada. Penyebaran ikan ini meliputi daerah Jawa, Kalimantan, dan Indocina.
3. Pangasius micronemus
Ikan ini memiliki gigi veromine terpisah atau bertemu
di satu titik, matanya sangat besar (kira-kira seperempat panjang kepala),
moncong berbentuk segi, cuping rahang bawah memanjang daripada membulat,
tonjolan tulang lengan pada pangkal sirip dada sangat pendek. Sungut rahang
atas memanjang sampai pinggiran belakang mata atau melampauinya. Terdapat 13 -
16 sisir saring pada lengkung insang pertama.
Ikan ini terdapat di Kepulauan Sunda dan Thailand.
4.
Pangasius nasutus
Moncong ikan ini berbentuk runcing tajam dan sangat
mencolok. Kumpulan gigi veromine lebarnya tiga kali panjangnya. Matanya sangat
kecil (enam kali lebih pendek daripada panjang kepala) dan terletak di atas
garis sudut mulut. Jumlah jari-jari sirip dubur relatif sedikit. Ketika
mulutnya tertutup, gigi-gigi rahang atas terlihat semua. Penyebaran ikan ini di Sumatera, Kalimantan,
dan Malaysia.
5. Pangasius nieuwenhuisii
Gigi veromine dan palatine bersatu dalam bidang lebar.
Tonjolan tulang lengan pada pangkal sirip dada memanjang sampai dua per tiga
atau tiga per empat jaraknya dari ujung sirip dada. Moncongnya meruncing. Penyebaran ikan ini di Kalimantan Timur.
III. PERSIAPAN PEMBENIHAN
3.4 Menyiapkan unit pembenihan
Sebelum
menyiapkan satu unit pembenihan, ada
beberapa persyaratan yang mutlak harus dipenuhi agar kegiatan pembenihan dapat
berjalan/berfungsi sesuai dengan yang diharapkan. Pesyaratan yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
(1) Air
yang digunakan harus bersih, jernih dan mengalir terus guna menyuplai oksigen
serta untuk menggerakan telur yang sedang ditetaskan,
(2) Suhu
udara dan suhu air pada unit pembenihan harus stabil dan tidak berfluktuasi. Suhu air yang baik pada saat
penetasan telur menjadi larva di akuarium adalah antara 26–28 derajat C. Pada
daerah-daerah yang suhu airnya relative rendah diperlukan heater (pemanas)
untuk mencapai suhu optimal yang relatif stabil. Keasaman air berkisar antara:
6,5–7. Kegiatan pembenihan merupakan upaya untuk menghasilkan benih pada ukuran
tertentu. Produk akhirnya berupa benih berukuran tertentu, yang umumnya adalah
benih selepas masa pendederan.
Satu unit
pembenihan ikan patin terdiri atas beberapa bagian yang saling terkait yang
merupakan sistem, sehingga semua bagian-bagian tersebut harus ada. Adapun
bagian-bagian unit pembenihan sebagai berikut:
a.
Ruang tertutup
Suatu
ruang yang dibuat sedemikian rupa diman fentilasi atau pertukaran udara didalam
ruan dengan udara luar sangats edikit sekali. Sehungga suhu udara didalam
ruangan tetap stabil pada kisaran antar 28 -300. Ruang tertutup
tersebut dibuat secara permanen dengan dinding tembok,lantai dasar tembok , dan
ruang yang semi permanenatau ruangan bekas seperti udang . Luas bangunan
ruangan tertutup minimal 20 m2.
Didalam
ruangan terdapat wadah tempat penetasan telur, penyaringan air, pemeliharaan
larva. Sehingga ruangan ini merupakakn sentra dari kegiatan pembenihan , sebab
semua kegiatan pembenihan akan terpusat di ruangan tersebut. Mulai dari
kegiatan penyuntikan induk jantan dan betina, striping atau kpengurutan telur
dan pembuahan, penetsan telur dan perawatan larva atau benih.
b.
Listrik
Aliran
listrik yang berasal dari PLNdengan
voltase 220 Volt iperlukan ala kegiatan pembenihanuntuk penerangan, untuk
menggerkakan pompa isap agar sirkulasi tetapa berjalan selama kegiatan
poembenihan serta untuk menjalankan aerator (pompa udara) guna mensuplai
oksigen yang terlarut kedalam air.kapasitas listri yang diperlukqan unituk satu
unit pembenihan ikan patin mninimal 450 VA.
c.
Air
bersih
Air
yang digunakan harus jernih dan bersih tiak mengandung kaporit. Hal tersebut
dimaksudkan agar telur-telur ikan patin yag sedang ditetaskan dapat menetas
dengan sempurna. Sumber air dapat berasal dari sumur pompa yang biasa digunakan untuk keperluan
keluarga, atau sumur pompa tersendiri yang dibuat terpisah.
Sebelum
digunakan air yang berasal dari sumur di tamping terlebi dahulu bebrapa saat
dalam tempat penampungan sementara (turn) guna menetralisir air dari
bahan-bahan beracun yng dapat mengganggu dalam proses penetasan telur serta
untuk menstabilkan suhu.
d.
Bak
filter
Bak
filter berfungsi sebagai tempat untuk menyaring air yang berasal dari wadah
penetasan telur. Bak filter tidak harus permanen dari tembok, akan tetapi dapat
menggunakan wadah-wadah tertentu yang dapat dipindah-pindahkan guna memudahkan
dalam pengaturan tata letak atau posisi.
Bak
filter air yang dapat digunakan seperti bak fiber glass berukuran 1 x 1 m atau
yang lebih praktis lagi dapat menggunakan tong plastic bekas volume 200 liter.
Posisi tempat menyimpan wadah filter berada sedikit diatas wadah untuk
menampung air, sehingga air yang telah tersaring akan mengalir kedalam wadah
penampungan air. Antara wadah filter dengan wadah penampungan air dihubungkan
dengan paralon yang berukuran 2 inci. Agar air benar-benar tersaring, maka
didalam wadah filter tadi disusun sedemikian rupa bahan-bahan penyaring dimulai
dari lapisan bawah berupa batu kerikil, lapisan ijuk dan arang, lapisan pasir
dan yang paling atas batu kerikil. Tebal masing-masing lapisan kurang lebih 3 –
5 cm dan bahan-bahan yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu guna
menghindari terjadinya serangan penyakit.
e.
Bak Penampungan Air Bersih
Bak
penampungan air bersih berfungsi untuk menampung air bersih yang berasal dari
bak filter. Bak penampungan air bersih dapat terbuat dari fiber glass berukuran
1 x 1 m atau tong plastik bekas volume 200 liter. Posisi bak penampungan air
bersih harus berada sedikit dibawah bak filter dengan maksud agar air yang
berasal dari bak filter mengalir dengan sendirinya ke bak penampungan tersebut.
f.
Water
turn
Water
turn atau tempat penampungan air berupa tong plastic bekas berukuran volume 200
liter. Water turn diletakan pada tempat yang paling tinggi diantara wadah-wadah
yang lainnya. Diletakan pada penyangga yang terbuat dari kerangka kayu kaso
pada ketinggian kurang lebih 180 cm dari lantai dasar bangunan. Hal tersebut
dimaksudkan untuk memudahkan dalam mengalirkan air kecorong-corong atau tempat
penampungan larva (benih) yang baru menetas.
Ada
tuga saluaran air yang ter\bauat dri pipa paralon yang diubungkan ke water turn
yaitu; (1) paralaon parmasukan air, yang berfungsi untuk mmengalirkan air dari
wadah penampungan air bersih, (2) paralon pengeluaran air yan berfunsi untuk
mengalirkan air dari watern turn
kecoron-corong tempat penetasan telur dan, (3) paralon pelimpasan air dari
waten turn kewadah penampungan air bersih, hal tersebut dimaksdukan guna
menjaga apabila sewaktu-waktu air dalam wadah watern turn melimpah atau
melebehi volume wadah.
g.
Pompa
isap
Pompa
isapa yang digunakan sebanyak satu buah dan berfungsi untuk menglirkan air dari
wadah penampungan air bersih kewater turn . pompa isap yang digunakan adalah
pompa isap yang banayk dijual dipasaran dengan kapasitas 42 liter/menit.
h.
Corong
penetasan telur
Corong
penetasan berfungsi sebagai tempat untuk menetaskan telur-telur ikan patin. corong penetasan terbuat dari fibre
glass sebanyak 5 berukuran diameter bagian atas 45 cm dan tinggi corong 45 cm.
Corong penetasan disusun secar aberjajar
dengan menggunakan rak kayu atau besi sebagai penyangga. Ssetiap corong
dilkengkapi dengan pipa paralon pemasukan air yang berasal dari watern urn dan
pipa paralon pengeluaran air untuk mengalirkannair ketempat penampungan benih.
i.
Tempat
penampungan larva
Wadah untuk menamp[ung larva atau benih patin
yang baru menetas berupa bak fibre glass sebanyak 2 buah berbentuk silinder
(bulat) volume 500 liter. Selain dapat pula digunakan bak fibre glasss
berukuran 2x2x0,5 m sebanyak 1 buah. Guna memudahkan dalam penangkapan larva,
wadah tersebut dilengkapi dengan happa (terbuat dari kain trilin) berukuran
1x0,5x0,5 m sebanyak 2 buah.
Benih-benih
yang baru menetas yang berasal dari corong penetasan akan terbawa oleh aliran
air sehingga akan tertampung di dalam happa. Pada bagian tengah wadah
penampungan larva dipasang pipa paralon yang berpungsi untuk mengalirkan air
keadah penyaringan air (filter).
j.
Tempat
pemeliharaan benih
Tempat
pemeliharaan benih dapat berupa akuarium atau bak pemeliharaan benih dissuaikan
dengan benih yang dipelihara. Apabila menggunakn fibre glass berbentuk bulat
berkapasitas 1 kubik air jumlahnya disediakan cukup 6 buah
k.
Blower
(pompa
udara)
Untuk
menambah suplay oksigen, maka setiap wadah dilengkapi aerator yan berasal dari
pompa udara (blower)yang dihubungkan dengan slang-slang kecil kesetiap wadah
pemeliharaan larva. Untuk satu unit pembenihan dibutuhkan satu buah blower
dengan kapasitas 500 liter/jam. Blower tersebut umumnya banyak dijual
ditoko-toko peralata perikanan atau ditempat penjual ikan hias.
VI. TEKNIK PEMBENIHAN IKAN PATIN
4.5 Kolam Induk
Induk
ikan patin dapat diplihara pada kolam atau sangkar. Kolam atau sangkar dapat
digunakan sebagai tempat pemeliharaan induk baik sebelum maupun sesudah induk
dipijahkan . antar induk jantan dan betina dapat dipelihara pada suatu kolam
atau sangkar dan tidak perlu dipisahkan seperti ikan mas. Hal tersebut
dimakasud kan untuk mengefisiensikan penggunaan kolam , karena ikan dipijahkan
secara kawin suntik.
Luas
yang digunakan disesuaikan dengan lahan yan tersedia, minimal luas kolam yang
diperlukan adalah 20 m2, dengan kedalamnan minimal 100 cm. bila
induk dipelihara didalam sangkar kayu yang dilengkapi dengan rakit dan
pelampung ukurannya 3x1,5x2m, dengan jumlah padat tebar 5 ekor/m3.
4.6 Pembenihan Intensif
Ikan
patin termasuk salah satu jenis ikan yangs ulit dipijahkan secara alami, karena
sulit untuk menciptakan atau memanipulasi lingkungan yang sesuai dengan
habitatnya di alam.oleh karena itupemijahan ikan patin dapat dilakukansecar
buatan denan rangsangan menggunakan kelenjar hifofisa.
a.
Persiapan
induk
Induk merupakan salah satu
factor tertentu keberhasilan dalam usaha pemebenihan ikan patin. Induk yang
baik dan sehat tentu akan menghasilkan benih yang baik pula. Induk pati yang
akan dipijahkan dapat berasal dari alam atau induk-induk yang dipelihara sejak
kecil di kolam.
Induk-induk
yang berasal dari alam tingkah lakunya masih liar dan kadang-kadang banyak
ditemui yang luka-luka akibat dari penangkapan. Untuk itu induk induk yang baik
dipijahkan adalah induk-induk yang telah dipelihara di kolam atau wadah
lainnya.
Tempat
pemeliharaan induk berupa beberapa sangkar kayu dan masing-masing berukuran 3 m
x 1,5 m x 2 m. Tempat pemeliharaan ini
dilengkapi dengan rakit dan pelampung dari drum. Calon induk yang dipelihara
berukuran 1,5 - 2 kg dengan padat penebaran 5 ekor/m3 air.
Pemeliharaan calon induk ini dimaksudkan untuk mendapatkan patin yang matang
kelamin.
Induk yang akan dipijahkan
sebaiknya dipelihara dulu secara khusus di dalam sangkar terapung. Selama
pemeliharaan, induk ikan diberi makanan khusus yang banyak mengandung protein
Untuk mendapatkan induk
patin yang baik, maka selama pemeliharaan dikolam diberikan makanan tambahan
yang cukup mengandung protein. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sub Balai Penelitian Air Tawar Palembang komposisi makanan untuk patin terdiri
dari 35% tepung ikan, 30% dedak halus, 25% menir beras, tepung kedelai serta
vitamin dan mineral sebanyak 0,5%. Campuran bahan makanan tersebut dibuat
menjadi pasta dan diberikan lima hari
dalam seminggu sebanyak 5% per hari dari bobot induk pada pagi 2,5 % dan
sore hari 2,5 %. dan sore hari.
Selain itu, diberikan juga ikan rucah
dua kali seminggu sebanyak 10 % dari bobot ikan induk. Langkah ini dilakukan
untuk mempercepat kematangan gonad.
Setelah sekitar empat
bulan pemeliharaan induk, tidak semua calon induk matang kelamin. Hanya sekitar
20 – 30 % dari jumlah calon induk yang matang kelamin. Untuk itu perlu
dilakukan seleksi lagi untuk memilih induk yang siap dipijahkan.
a.
Seleksi
Induk Matang Gonad
Induk ikan patin yang akan
dipijahkan diseleksi terlebih dahulu yaitu memilih induk-induk yang matang
gonad atau siap pijah. Penangkapan induk dilakukan dengan mengurangi volume air
kolam sampai mencapai ketinggian 20 cm dari dasar kolam. Penangkapan induk
dapat dilakukan secara hati-hati untuk menghindari terjadinya stress.
Penangkapan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan jarring,
atau dengan menggunakan tangan. Adapun
cirri induk ikan patin yang telah matang gonad adalah sebagai berikut:
1. Induk
betina
ü Umur
kurang lebih 3 tahun
ü Berat
minimal 1,5-2 kg per ekor.
ü Perut
membesar kearah anus.
ü Perut
bila diraba terasa empuk dan halus.
ü Kloaka
membengkak dan berwarna merah tua.
ü Kulit
pada bagian perut lembek dan tipis.
ü Bila
ditekan disekitar kloaka, maka akan keluar beberapa butir telur berbentuk
bundar dan besarnya seragam.
2. Induk
jantan
ü Umur
minimal 2 tahun.
ü Berat
1,5-2 kg per ekor.
ü Kulit
perut lembek dan tipis.
ü Bila
perut diurut kearah anus, maka akan keluar caiaran sperma berwarna putih.
ü Alat
kelamin membengkak dan berwarna merah tua.
Selain
ciri-ciri seperti tersebut diatas, induk ikan patin yang akan dipijahkan harus
sehat secara fisik, yaitu tidak terinfeksi oleh penyakit, parasit atau luka
akibat benturan, pukulan, goresan, sayatan dan lain-lain. Induk yang baik juga
harus memilki sifat pertumbuhan relative cepat, resisten terhadap penyakit
toleran atau mudah berdaptasi terhadap lingkungan dan makanan.
b. Induced Breding/Kawin Suntik
Ikan patin termasuk salah satu jenis
ikan yang sulit untuk memijah secara alami, jika tidak berada di habitat
aslinya. Untuk itu perlu dilakukan pemijahan sustim induced breeding (kawin
suntik). Tingkat keberhasilan peminjahan sistim kawin suntik sangat dipengaruhi
oleh tingkat kematangan gonad patin. Selain itu factor lainnya yang cukup
berpengaruh adalah kualitas air, penyediaan makanan yang berkualitas dan dalam
jumlah yang mencukupi, serta kecermatan dalam penanganan/pelaksanaan
penyuntikan.
Induced
breeding dapat dilakukan dengan menggunakan kelenjar hipofisa yang berasal dari
ikan lain seperti ikan mas atau dengan menggunakan kelenjar hipofisa yang
mengandung hormone gonadotropin dengan merk dagang ovaprim.
1. Menggunakan kelenjar
hipofisa dari ikan mas.
Urutan
pekerjaan yang dilakukan bila menggunakn kelenjar hipofisa sebagai berikut :
o Siapkan
ikan donor atau ikan yang akan diambil kelenjar hipofisanya. Bila induk patin
yang akan disuntik beratnya 3 kg, maka donor ikan mas untuk induk betina adalah
seberat 9 kg dan induk jantan 6 kg.
o Ikan
mas yang akan diambil kelenjar hipofisa dipotong tegak lurus atau vertical
dibagian belakang tutup insang.
o Potongan
kepala diletakan dengan posisi mulut menghadap keatas, kemudian dipotong
vertical mulai dari permukaan sedikit diatas mulut sehingga akan tampak organ
otak yang dilingkupi lender/lemak.
o Otak
diangkat dan lendir dibuang atau dibersihkan dengan kapas atau tisu.
o Setelah
lendir bersih, maka akan tampak butiran putih seperti beras. Itulah kelenjar
hipofisa yang dibutuhkan.
o Kelenjar
hipofisa diambil dengan menggunakan pinset dan dihancurkan dengan menggunakan
gelas penggerus sampai halus. Untuk memudahkan dalam penyuntikan, maka kelenjar
hipofisa tadi ditambahkan akuabides sebanyak 2,5 ml. Agar larutan tersebut benar-benar
hancur dan tercampur, maka gunakan sentrifugal atau pemusing.
o Larutan
kelenjar hipofisa selanjutnya diambil atau disedot dengan menggunakan alat
suntik(injection).
o Penyuntikan
dapat dilakukan secara intramuscular dibelakang pangkal sirip punggung dengan
menggunakan jarum suntik berukuran 0,12 mm.
2.
Menggunakan
Ovaprim
Urutan
pekerjaan yang dilakukan bila menggunakan ovaprim adalah sebagai berikut ;
o
Untuk mengetahui jumlah
ovaprim yang akan digunakan, maka induk yang akan dipijahkan ditimbang betina
maupun jantan.
o
Dosis penyuntikan
indukbetina berbeda dengan induk jantan. Untuk induk jantan diperlukan ovaprim
sebanyak 0,3 ml/kg induk dan induk betina sebanyak 0,5-0,9 ml/kg induk.
o
Penyuntikan terhadap induk
betina dilakukan dua kali yaitu pada suntikan pertama sebanyak 2/3 dosis
setelah 8-10 jam dari penyuntikan pertama.
o
Penyuntikan induk jantan
dilakukan sekali bersamaan dengan penyuntikan kedua induk betina.
o
Untuk menghindari induk
berontak pada saat penyuntikan yang dapat menyebabkan telur keluar, maka
penyuntikan sebaiknya dilakukan oleh dua orang. Satu orang bertugas memegang
ikan patin yang akan disuntik.
o
Penyuntikan dilakukan secara
intramuscular dibelakang sirip punggung dengan memasukan jarum sedalam kurang
lebih 2 cm dengan kemiringan 45 derajat.
o Induk-induk
patin yang telah disuntik, selanjutnya dimasukan kedalam bak/happa dengan air
yang mengalir.
Gambar . ovaprim
a.
Striping
dan Pembuahan
Ovulasi adalah puncak dari
kematangan gonad, dimana telur yang telah masak harus dikeluarkan dengan cara
dipijit pada bagian perut (striping). Urutan pekerjaan adalah sebagai berikut :
·
Sediakan wadah untuk
menampung telur berupa baskom plastic yang telah dibersihkan dalam keadaan
kering.
·
Induk betina yang akan
distriping dipegang dengan kedua belah tangan, tangan kiri memegang pangkal
ekor dan tangan kanan memegang perut bagian bawah. Sedangkan ujung kepala induk
patin ditopangan pada pangkal paha, selanjutnya perut diurut secara
perlahan-lahan dari bagian depan kearah belakang menggunakan jari tengah dan
jempol, selanjutnyatelur-telur tersebut ditampung dalam baskom.
·
Induk jantan ditangkap untuk
selanjutnya diambil spermanya yang akan dicampurkan dengan telur-telur didalam
baskom.
·
Pengurutan induk jantan pada
prinsipnya sama saja dengan yang dilakukan terhadap induk betina. Sperma yang
keluar dari perut induk jantan langsung disatukan dengan telur yang telah
ditampung didalam baskom.
·
Agar terjadi pembuahan
dimana telur dan sperma dapat tercampur dengan sempurna, maka dilakukan
pengadukan dengan menggunakan bulu ayam kurang lebih 0,5 menit. Pengadukan
dilakukan secara berputar perlahan-lahan didalam baskom.
·
Untuk meningkatkan
fertiliasi(pembuahan), maka telur dan sperma tadi dapat ditambahkan pula garam
dapur sebanyak 400 ppm sambil diaduk dan ditambahkan air sedikit demi sedikit.
Pengadukan dilakukan kurang lebih selama 2 menit.
·
Untuk membuang kotoran
berupa lender, maka perlu dilakukan penggantian air bersih sebanyak 2-3 kali.
Sedangkan untuk menghindari terjadinya penggumpalan pada telur, maka dilakukan
pencucian dengan menggunakan larutan lumpur. Lumpur dapat berfungsi untuk
membersihkan lender-lendir yang menempel dan memisahkan antara telur. Lumpur
yang digunakan berupa lumpur atau tanah dasar kolam atau tanah tegalan yang
terlebih dahulu telah dipanaskan pada suhu 100o c guna
menghindari penyakit.
·
Telur-telur yang dibuahi
akan mengalami pengembangan, dimana ukuran telur terlihat lebih besar serta
berwarna kuning penuh. Sedangkan telur-telur yang tidak di buahi akan berwarna
putih dan mengendap.
b. Proses
Penetasan telur
Wadah
penetasan telur adalah berupa corong-corong p[enetasan. Untuk menjamin
keberhasilan dalam penetasan sebelum digunakan dipersiapkan satu hari sebelum
pemijahan.
Langkah-langkah
persiapan wadah penetasan telur sebagai berikut :
1. Semua
wadah yang terdapat pada unit pembenihan patin seperti corong penetasan telur,
tempat perawatan larva, bak filter air,
bak penampungan air bersih, water turn dicuci bersih dan dikeringkan.
2. Untuk menghindari kontaminasi jamur atau bakteri,
maka corong-corong penetasan telur dapat dapat pula direndam dalam larurtan PK
(Kalium Permanganat) sebanyak 20 ppm atau dengan malachite green sebanyak 5 ppm
selama 30 menit.
3. Setelah
semua wadah selesai dipersiapkan,
maka langkah selanjutnya adalah
pengisian air bersih kesemua wadah, kemudian pompa isap yangh berpungsi untuk
mengalirkan air dari wadah penampungan air bersih ke water turn dajalankan.
Sehingga akan terjadi sirkulasi air keseluruh wadah pada unit pembenihan patin.
Telur-telur ikan patin ditetaskan didalam corong penetasan
disebarkan menggunakan bulu ayam serta mengalirkan air dengan cara mengatur
debit air dengan menggunakan kran. Dengan demikian telur tidak akan menumpuk
didasar corong karena dapat mengakibatkan telur menjadi busuk, akan tetapi akan
selalu terangkat didalam corong tersebut. Kepadatan telur sebanyak 400 – 500
butir per liter air atau 10.000 – 20.000 butir per corong.
Telur
yang dibuahi akan berkembang sedikit demi sedikit dan menetas menjadi larva.
Dari pengamatan dari tabel diatas , telur patin yang dibuahi akan menetas dalam
jangka waktu 28 jam pada suhu 26 – 28oC.
c.
Penampungan
Larva Sementara
Benih
patin yang baru menetas yang dikenal dengan sebutan larva di tampung sementara
pada tempat penampungan larva. Tempat penampungan larva berupa kain happa
(trilin) yang dipasang didalam bak penampungan larva. Hal tersebut dimaksudkan
guna memudahkan dalam pemanenan larva pada saat akan dipindahkan ketempat
pemeliharaan.
Benih-benih
larva yang baru berumur 1 hari yang terbawa oleh arus air dari corong penetasan
diambil atau dipanen dengan menggunakan scopnet halus secara hati-hati. Agar
benih-benih patin tidak mengalami stress. Maka kualitas air yang pada tempat
penampungan larva dengan tempat pemeliharaan khususnya suhu/tempratur mendekati
sama.
d. Pemeliharaan Benih
Larva
yang baru menetas belum sempurna, tetapi benih tersebut masih memiliki cadangan
makanan didalam tubuhnya berupa kuning telur (yolk sack). Kelangsungan hidup
benih sangat ditentukan oleh kandungan kuning telur serta kualitas air pada
tempat pemeliharaan benih. Benih–benih patin akan berenang aktif kearah
vertical menuju permukaan air.
Benih yang berasal dari tempat
penampungan sementara selanjutnya dipelihara pada tempat pemeliharaan benih.
Tempat pemeliharaan benih dapat berupa akuarium, fibre glass atau bak yang
terbuat dari plastic. Akuarium, fibre glass atau bak plastic yang akan
digunakan sebelumnya dibersihkan dan dikeringkan, untuk menghindari terjadinya
sarang penyakit. Setiap akuarium yang akan digunakan diisi air bersih serta
diberi aerasi guna menambah kandungan oksigen yang terlarut kedalam air.
Pengisian air dilakukan 1 – 2 hari sebelum penebaran benih. Untuk setiap liter
air dapat dipelihara sebanyak 25-30 ekor. Apabila ada pembeli yang
membutuhkan,maka benih-benih patin tersebut dapat dijual langsung untuk
dipelihara atau didederkan ditempat lain.
Selama pemeliharaan dilakukan
penggantian air bersih 1-2 hari sekali atau tergantuing dari kebutuhan.
Penggantian air secara hati-hati dengan cara menyipon atau sambil membuang air
kotoran yang berada didasar wadah pemeliharaan dengan menggunakan selang kecil.
Penambahan air bersih dilakukan secara bertahap sedikit demi sedikit guna
menghindari terjadinya stress terhadap benih yang dipelihara sampai posisi air
mendekati ketinggian semula.
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh zainal arifin (1990)bawah benih patin yang dipelihara pada
air dengan salinitas 4 permil dan 8 permil akan memiliki derajat kelangsungan
hidup 87,8% dan 85,7%. Sedangkan bila benih dipelihara pada salinitas 0 permil
dan 12 permil mempunyai derajat kelangsungan hidup masing-masing hanya 73,3 %
dan 72,3%.
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilaksanakan di laboratorium Sub Balai Penelitian
Perikanan Air Tawar Palembang ternyata derajat kelangsungan hidup (survival
rate) benih patin lebih tinggi pada sistem resirkulasi dari pada non resirkulasi air. Sebagai
pedoman seperti yang terdapat pada table 1.1 dibawah ini:
Table 1.1. derajat kelangsungan hidup
(survival rate) benih patin.
Perlakuan
|
Jumlah
(ekor)
|
Survival
(rate) %
|
Mortalitas
%
|
Non sirkulasi
|
180
|
35
|
83,33
|
180
|
17
|
90,55
|
|
180
|
16
|
91,11
|
|
Rata-rata
|
180
|
21
|
88,33
|
resirkulasi
|
180
|
23
|
87,22
|
180
|
27
|
88,33
|
|
180
|
21
|
23,66
|
|
180
|
2366
|
86,85
|
Sumber: arifin dan asyari 1991/1992
Dengan
mengamati data tersebut ternyata system resirkulasi air lebih baik dari pada
tanpa resirkulasi. Karena pada system resirkulasi kualitas airnya jauh lebih
baik dari pada sistim tanpa resirkulsi. Hal tersebut dapat dilihat pada table
1.2 berikut:
Table 1.2 Kondisi kualitas air pada
akuarium selama tujuh hari perawatan larva patin.
Jenis
analisis
|
Resirkulasi
air
|
Non
resirkulasi
|
||
Awal
|
akhir
|
Awal
|
akhir
|
|
PH
Oksigen
Karbondioksida
Dma
NH3
NO2
|
7,5
5,9
Ppm
3,5
Ppm
1,1
cc
0
ppm
0
ppm
|
7,5
7,1
Ppm
2,6
Ppm
1,2
cc
HCL
0
ppm
0
ppm
|
7,5
5,6
3,5
1,1
cc HCL
0,5
ppm
0
ppm
|
7,5
6,7
ppm
2,8
ppm
1,1
cc
HCL
0,5
ppm
0
ppm
|
Sumber:
arifin dan asyari,1990/1992.
AFTAR PUSTAKA
Daelami Deden A.S. 2001.
Agar Ikan Sehat. Jakarta : Penebar Swadaya.
Hermanto,
Ning. 2004 Menggempur Penyakit Hewan
Kesayangan dengan Mahkota Dewa. Penebar Swadaya.
Warta Budidaya Edisi 8 Tahun 2005.
Thanks infonya, jangan lupa kunjungi website kami http://bit.ly/2OZLaHI
BalasHapus