Bisnis ikan hias memang mampu memberikan jaminan
keuntungan yang lebih dari cukup bagi petani pengelolanya. Selain harganya yang
relatif tinggi siklus pemijahannyapun relatif lebih pendek. Hal ini tidak terlepas dari pengelolaan dan
penanganan yang baik pula.
Saat ini, ekspor ikan hias
dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang signifikan. Apabila dilihat dari
volume ekspor pada tahun 1998 yang hanya berjumlah 192 ton dan pada tahun 2002
berjumlah 3.513 ton yang berarti kenaikan pertahun rata-rata sekitar 343,6 % (
Dirjen Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan 2012 ).
Meningkatnya
pemasaran komoditas ikan hias tidak lain karena banyak yang menggemari usaha
memelihara ikan hias di akuarium untuk menghiasi ruangan rumah. Melalui jenis,
warna, ukuran dan bentuk tubuhnya, ikan hias ini memegang peranan yang penting
untuk menambah kesejukan, keindahan, dan kesegaran lingkungan.
Banyak
masyarakat beranggapan bahwa memelihara ikan hias sangat baik bagi kesehatan.
Sebagian besar mereka beranggapan bahwa bentuk, warna, sifat, dan gerak-gerik
tubuh ikan hias ketika berenang dikolam atau dalam akuarium yang didekorasi
dengan apik dapat menentramkan hati, menyembuhkan tekanan
darah tinggi
maupun stress yang disebabkan karena berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga
penggemar ikan mas koki cukup banyak dan memiliki prospek yang cukup baik untuk
dikembangkan
II. MENGENAL IKAN MAS KOKI
2.1 Klasifikasi
Sistematika ikan
mas Koki adalah :
Kelas
: Osteichthyes
Sub
Kelas : Teleostei
Ordo
: Cypriniformes
Sub
ordo : Cyprinoidea
Famili : Cyprinidae
Genus : Carassius
Spesies : Carassius auratus
Gambar 1. Ikan Mas Koki
2.2 Morfologi Ikan Mas Koki
Mas Koki
memiliki tubuh gendut pendek, punggung agak bongkok, sirip yang lengkap seperti
sirip punggung, sirip dada, sirip perut, dan sirip ekor. Bentuk badan mas Koki
biasanya pendek dan gempal yang menjadi salah satu ciri khas tersendiri.
Dibawah ini adalah ciri-ciri calon induk mas Koki yang siap dijadikan
induk:
1. Umur calon induk minimal 8 bulan, tetapi yang
lebih baik berumur 1 tahun.
2. Sehat dan tidak mengalami stress.
3. Tubuhnya tidak ada luka.
4. Tidak sedang terserang penyakit atau parasit.
5. Tubuhnya normal dan tidak cacat.
2.3 Habitat dan Penyebarannya
Habitat Ikan Koki adalah air yang
tergenang, aliran airnya lambat, dangkal , bersih dan biasanya berada didaerah
sungai atau danau. Mas Koki dapat bertahan hidup pada air ber pH 6-7 dengan
suhu 27-300 C, kandungan oksigen terlarut ≥ 5 ppm.
2.4 Jenis-Jenis Koki
Saat ini varietas koki menyusut, dari ratusan menjadi lima
belas saja yang dikenal dan digemari orang. Jenis-jenis itu sebagai berikut.
- Lion Head (Kepala Singa)
Koki jenis ini paling digandrungi hobiis dan harganya relative
tinggi, tentu saja yang kualitasnya memenuhi standar kontes. Koki ini memiliki
tubuh gendut dan pendek. Keindahan dan keunikannya terletak pada kepalanya yang
berjambul mirip kepala singa (lion head). Selain itu, ciri khas lainnya
adalah punggungnya yang bengkok dan tak bersirip. Sirip dada, perut dan ekor
umumnya pendek. Hanya varian lion head
slayer yang memiliki sirip ekor panjang menjuntai mirip selendang dengan
warna kuning keemasan.
- Pearl Scale (Sisik Mutiara)
Selain lion head, pearl scale (terutama yang berjambul)
juga banyak dicari orang. Sisik mutiara memeang mempunyai dua jenis, yakni yang
berjambul (mutiara jambul) dan tidak berjambul (mutiara pingpong atau tikus).
Koki ini memiliki sisik benjol-benjol seperti mutiara (pearl), yang umumnya berwarna putih kemerahan hingga kuning emas
dengan warna dasar merah atau jingga. Sebenarnya, banyak sekali ragam warnanya,
tetapi yang paling langka adalah yang berwarna hitam polos.
- Tosa (Si Ekor Rumbai)
Tosa paling mudah
dijumpai di pasaran dan dikalangan pembudidaya. Strain ini sering juga disebut kokitosa. Bentuk tubuhnya membundar
dengan ciri khas sirip punggung, sirip perut, dan sirip ekornya relative
panjang. Bahkan jika pemeliharaan dan pertumbuhannya baik, sirip ekor ikan ini
bisa melebihi panjang tubuhnya. Ketika berenang, ekornya yang panjang akan
melambai-lambai mengikuti arus air.
d. Pencer (Oranda)
Koki ini sekilas
mirip dengan lion head. Jambul di
kepalanya berwarna merah hingga jingga. Diduga lion head merupakan perkembangan dari oranda. Yang membedakan kedua
jenis ini adalah adanya sirip punggung pad oranda. Sirip dada dan sirip ekornya
juga lebih panjang daripada sirip yang dimiliki lion head. Warna tubuh oranda bermacam-macam. Bentuk tubuhnya pendek
dan gemuk agak membulat, berkombinasi dengan sirip-sirip yang panjang
melambai-lambai.
e. Calico (Kaliko)
Cirri utama kaliko
adalah kombinasi warna yang beraneka ragam. Dari jenis koki, kaliko adalah yang
paling kaya akan warna. Uumnya, kombinasi warna tersebut merupakan perpaduan
antara warna hitam, putih, jingga, biru, dan merah. Warna-warna terebut berpadu
secara acak dan tidak beraturan. Semakin lengkap dan serasi perpaduan warnanya,
harganya juga akan semakin mahal.
f. Bubble Eye
(Mata Balon)
Koki ini mempunyai
keunikan berupa gelembung mirip balon yang menggantung dibawah matanya.
Gelembung ini akan bergoyang-goyang ketika koki berenang. Bentuk fisik hamper
sama denga koki lainnya, tubuhnya montok dengan sirip ekor mekar bercabang
empat.
g. Sukiyu (Pompon)
Secara umum, bentuk
koki ini sama dengan jenis lion head.
Ciri yang membedakannya adalah pada koki pompon terdapat jaringan seperti lumut
dihidungnya, menyerupai kumis. Warna koki pompon masih sama dengan yang lain
yaitu merah, putih, dan kaliko.
h. Fan
Tail (Si Ekor Kipas)
Bentuk tubuh dan
kepalanya memiliki kesamaan dengan koki tosa. Hanya, sirip punggung dan ekornya
lebih pendek. Sirip ekornya ini menyerupai kipas sehingga disebut koki ekor
kipas (Fan Tail).
i.
Tosakin
Jenis ini juga hamper
menyerupai koki tosa. Keistimewaannya adalah warna ekornya yang meriah
menyerupai ekor burung merak.
III. PEMBENIHAN IKAN MAS KOKI
3.1
Perawatan Calon Induk
Bakalan
induk yang terpilih sebaiknya dipisahkan berdasarkan jenis kelaminnya. Indukan
koki akan siap dipijahkan setelah berumur 6-7 bulan. Selam dipisahkan, bakalan
induk tersebut harus dirawat secara benar agar mendpatkan induk yang bagus.
Pada dasarnya, merawat bakalan tidak jauh berbeda dengan merawat koki atau ikan
hias pada umunya.
Sebelum
melakukan perawatan bakalan induk, pembudidaya haru menyiapkan kolam pemisahan
bakalan induk yang berukuran 4 x 6 m. kolam ini sebaiknya pernah dipakai dan
berlumut, tetapi sebelumnya lumutnya harus dibersihkan dan dikurangi terebih
dahulu. Setelah itu kolam dikeringkan dan di jemur pada panas matahari kuarang
lebih selama 2-3 hari. pengeringan ini bertujuan untuk mematikan bibit penyakit
yang dapat menyerang koki selama perawatan.
Selanjutnya,
air dimasukkan kedalamya. Ketinggian air dikolam ini cukup 20-30 cm. sebaiknya
air yang digunakan adalah air sumur yang sudah diendapkan selama 24 jam agar pH
dan suhunya normal. Koki sebaiknya dimasukkan kedalam kolam saat suhu air
rendah, yaitu pada pagi atau sore hari. Tujuanya untuk mengurangi stress pada
koki saat dipindahkan. Kenaikan atau penurunan suhu yang perlahan pada pagi
atau sore hari akan memudahkan koki beradaptasi. Bakalan induk yang bisa
dimasukkan kedalamnya sebanyak 50 ekor.
Jika
bakalan induk adalah hasil dari kolam sendiri, pemindahannya dapat dilakukan
dengan menggunakan ember plastik. Caranya,masukkan ember kedala kolam sampai
bibirnya tenggelam, biarkan koki berenang keluar dengan sendirinya. Jika
bakalan induk diperoleh dengan membeli dari orang lain, pemindahannya dilakukan
dengan melakukan adaptasi terlebih dahulu. Caranya, masukkan kantong plastik
yang berisi koki kedalam kolam, biarkan selama 30 menit. Setelah 30 menit, suhu
air didalam kantong plastik akan sama dengan suhu air di kolam. Kemudian,
pengikat kantong plastic dapat dilepaskan dan dibiarkan koki keluar dengan
lingkungan barunya. Selama melakukan perawatan, yang harus diperhatikan adalah
pemberian pakan, pergantian air, penyortiran dan pencegahan timbulnya penyakit
pada koki.
3.2 Pemberian Pakan
Setelah
dilepaskan ke kolam yang baru, koki jangan langsung diberi makan. Biarkan koki
tersebut mengenal lingkungan barunya terlebih dahulu. Frekuensi pemberian pakan
yang ideal adalah dua kali sehari, yaitu pada pukul 10.00 pagi dan pukul 15.00
sore. Frekuensi ini di anggap ideal karena koki adalah jenis ikan yang mencari
makan pada siang hari dan pada jam-jam tersebut kandungan oksigen di air sedang
tinggi sehingga memacu nafsu makan koki.
3.3 Penggantian Air
Penggantian
air sebaiknya dilakukan satu minggu sekali dengan tetap memantau kondisi air.
Jika suhu dan pH air mengalami perubahan atau air sudah tampak keruh,
pergantian air harus dilakukan sebelum satu minggu. Pergantian air kolam yang
terlalu sering tidak bagus untuk bakalan induk koki karena dapat melunturkan
warnanya dan akan memaksa koki untuk terus beradaptasi dengan air yang baru.
Namun, jika pergantian jarang dilakukan, bibit penyakit mudah muncul.
3.4 Penyortiran
Tindakan
penyortiran dimaksudkan untuk memilih bakalan yang unggul sekaligus untuk
melakukan penjarangan. Setelah satu bulan dipelihara bakalan induk koki akan
mengalami pertumbuhan yang amat pesat, sehingga populasinya harus dikurangi.
Tindakan penyortiran dilakukan minimal setiap bulan hingga koki berumur enam
bulan dan koki siap di pijahkan.
3.5 Persiapan Kolam Pemijahan
Kolam pemijahan berukuran 1 x 4 m. fungsinya untuk
mempertemukan induk jantan dan betina yang telah siap kawin. Sebelum melakukan
proses pemijahan, terlebih dahulu kolam dibersihkan dari kotoran dan lumut.
Kolam dikeringkan dan dijemur di panas matahari kurang lebih 2-3 hari untuk
mematikan bibit penyakit yang tertinggal didalamnya. Selain itu, penjemuran
akan membuat air terasa segar dan hangat ketika dimasukkan kedalam kolam.
Air dimasukkan kedalam kolam hingga ketinggian
kurang lebih 20-25 cm. pada ketinggian ini seluruh air kolam akan mendapatkan
sinar matahari yang cukup sehingga suhu air tetap hangat.
Setelah itu, kedalam kolam perlu dimasukkan tanaman
air sebagai substrat pelekatan telur koki.
3.6 Persiapan Calon Induk
Setelah koki berumur 6-7 bulan, pemijahan mulai
dapat dilakukan. Sebelu memijahkan koki, perhatikan cirri-ciri bakalan induk
jantan dan betina. Ciri-ciri jantan yang siap memijah adalah sudah saling
mengejar dan menggangu koki lainnya. Ciri lainnya adalah keluarnya cairan mani
berwarna putih seperti santan atau susu dari lubang pengeluarannya. Cairan ini
akan keluar jika perut koki sedikit ditekan kearah lubang pengeluaran.
Keluarnya cairan ini merupakan pertanda bahwa sel kelamin koki telah matang
sehingga sipa dipijahkan.
Ciri koki betina yang siap memijah adalah perutnya
teras empuk dan lembek saat diraba. Jika perutnya terasa keras, berarti telur
koki belum matang. Ciri lainnya, perut koki akan tampak membesar, lubang
kelamin membengkak dan berwarna kemerahan, serta telur mudah keluar jika perut koki
sedikit ditekan.
Seleksi induk
Beberapa pertimbangan yang dipakai untuk
melakukan seleksi induk adalah bentuk fisik, ukuran berat, umur, tingkat
kesehatan, dan kematangan gonad.
Sekalipun ikan mas Koki diperairan tropis cenderung cepat matang gonad,
namun umur ideal yang layak dan produktif untuk dipijah adalah 1 tahun dan
beratnya telah mencapai 100 g/ekor. Induk yang akan dipijahkan harus sehat
secara fisik, yaitu tidak terinfeksi oleh penyakit parasit.
3.7 Proses Pemijahan
Setelah kolam pemijahan siap digunakan dan bakalan
induk dipilih, pindahkan bakalan induk kedalam kolam pemijahan. Pemindahan
induk ini sebaiknya dilakukan pada sore hari karena pada malam harinya koki
jantan akan mengejar-ngejar koki betina sambil sekali-sekali menyentuh bagian
belakang betina. Jika kondisi demikian terjadi, itu berarti pemijahan akan
terjadi. Pada pagi harinya koki betina akan membalikkan tubuhnya sembil
melepaskan telur, sedangkan koki jantan segera akan melepaskan sperma untuk
membuahinya. Telur koki bersifat adhesif, yaitu akan menempel dibenda lain yang
telah disediakan sebagai substrat pelekatan telur. Telur yang dihasilkan satu
pasang induk koki dapat mencapai 1000-2000 butir, bahkan koki tosa dan black moor dapat mencapai hingga 8000 butir. Kedua induk dapat
dipijahkan kembali sekitar 20 hari
kemudian.
3.8 Penetasan Telur
Dalam waktu 3-4 hari telur akan menetas menjadi
burayak. Penetasan ini tergantung pada suhu air. Semakin hangat air, semakin
cepat telur menetas. Telur yang tidak menetas, baik yang menempel disubstrat
maupun yang tenggelam didasar kolam, harus segera dibuang. Telur yang tidak
menetas ini dapat mengurangi pasokan oksigen didalam air dan membusuk menjadi
sarang penyakit.
Sambil menunggu menetas, telur dapat dirawat
seperlunya dengan mengganti air kolam. Penggantian air ini tidak dilakukan
secara total, cukup separuh air kolam. Pergantian dilakukan dengan menggunakan
selang plastik. Arus yang ditimbulkan oleh penambahan air baru jangan sampai
mengenai telur yang menempel disubstrat karena telur akan terlepas dan tidak
akan menetas.
Sebelum berumur 6 hari burayak idak perlu diberi
pakan karena masih mempunyai cadangan pakan dalam kantong kuning telurnya.
Setelah itu barulah burayak diberi pakan kutu air.
3.9 Pendederan
Se telah berumur 2 minggu, benih koki di pindahkan
dari kolam pemijahan ke kolam pendederan. Untuk satu kolam pendederan berukuran
4 x 6 m, jumlah populasi yang bisa dimasukkan sebanyak 1000 ekor koki. Dikolam
pendederan, benih mulai diberi pakan cacing sutera (tubifex) yang disaring
dengan saringan berdiameter 0,5 mm. pemberian cacing sutera ini berguna untuk
menggemukkan dan memacu pertumbuhan koki. Stelah berumur 20 hari, sebagian
benih koki sudah dapat dijual kepasar untuk dibesarkan oleh pembudidaya lain.
VI. HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN MAS KOKI
4.1
Hama
Hama yang sering menyerang koki diantaranya adalah
cacing jarum, jamur Saprolegnia sp,
kutu ikan, cacing insang, dan cacing kulit.
a.
Cacing Jarum
Cacing jarum (lernea
cyprinaceae) adalah parasit yang menyerang koki dengan cara menancapkan
kepalanya yang berbentuk jangkar ketubuh koki, sementara tubuhnya berada
diluar. Sepintas terlihat seperti jarum yang menancap ditubuh koki. Jika
dilihat dengan mikroskop, dibagian ekornya terdapat dua kantong yang berisi
telur. Cacing jarum biasanya masuk ke kolam bersama air yang terbawa saat
memberikan pakan alami yang berasal dari perairan yang dihuni parasit ini.
Perkembangbiakan dan penyebaran cacing ini akan cepat jika perairan kolam kotor
dan banyak mengandung sampah organik, seperti sisa-sisa pakan koki yang tidak
termakan.
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan jika koki
diserang cacing ini adalah mencabut tubuh cacing yang berada di luar tubuh
koki. Pengobatan juga dapat dilakukan dengan cara merendam koki didalam air
yang telah dicampur dengan formalin dengan dosis 250 mg : 100 l air bersih
selama 10 menit. Perendaman diulang setiap hari selama tiga hari.
b.
Jamur Saprolegnia sp
Jamur saprolegnia
sp. mempunyai bentuk seperti benang-benang halus seperti kapas. Jamur ini
biasanya menyerang koki yang tubuhnya terluka, misalnya luka bekas gigitan
cacing jarum, luka tergores koki lain, dan luka karena penanganan panen. Jamur
akan berkembang dengan pesat jika perairan kolam dipenuhi dengan sampah-sampah
organik dan suhunya terlalu rendah.
Tanda-tanda koki yang terserang jamur ini adalah
ditubuhnya terdapat benang-benang halus seperti kapas, tubuhnya mejadi kurus,
tidak mau makan, dan banyak diam di permukaan atau dasar kolam. Untuk
pengobatan, koki dapat direndam dalam larutan malachite green dengan dosis 2 mg/l air bersih selam 30 menit.
Pengobatan diulangi setiap hari selam 3 hari.
c.
Kutu Air
Kutu air ini berada dengan kutu air untuk pakan.
Kutu air ini adalah sejenis parasit yang mempunyai nama ilmiah Argulus sp. parasit ini berbentuk bulat
pipih mirip kutu dengan ukuran 3-5 mm sehingga dapat dilihat dengan jelas oleh
mata manusia. Bagian tubuh yang sering diserang parasit ini adalah insang,
kulit, dan sirip koki.
Tanda-tanda koki yang terserang penyakit ini adalah
munculnya bercak-bercak merah ditubhnya serta nafsu makannya menurun sehingga
tubuhnya menjadi kurus dan malas bergerak.
Pengobatan dapat dilakukan dengan mencelupkan koki
kedalam larutan garam (NaCl) yang tidak beryodium 20 g/l air bersih selama 5
menit. Pemberantasan kutu ikan dapat dilakukan dengan mengeringkan kolam
pemeliharaan dan menaburkan kapur agar telur dan parasit dewasa mati.
d.
Cacing Incang Dan Cacing Kulit
Kedua jenis hama yang berbentuk parasit ini
menyerang koki ditempat yang berbeda, tetapi biasanya menyerang secara
bersama-sama. Koki yang terserang parasit ini dalam taraf akut sebaiknya segera
diambil dan dibinasakan. Koki yang masih menampakan gejala belum parah dapat
diobati dengan merendamnya kedalam larutan formalin 0,025 cc/l air bersih selama
1 jam. Pengobatan ini diulang setiap hari selama tiga hari. tindakan
pemberantasan yang dapat dilakukan adalah mengeringkan kolam dan menaburkan
kapur kedalamnya.
4.2 Penyakit
a.
White Spot
Penyakit ini terkenal dengan sebutan penyakit bintik
putih karena dipermukaan tubuh koki yang terserang tampak bertotol-totol putih.
Penyebab penyakit ini adalah sejenis protozoa yang bernama Ichtyophtirius multiflis.
Gejala yang diamati jika koki terserang penyakit ini
adalah sering menggesek-gesekan badannya ke dinding dan dasar kolam, malas
makan, dan setelah beberapa hari akan muncul bercak-bercak putih seperti tepung
ditutup insang, sirip, dan badan koki.
Pengobatan dilakukan saat protozoa penyebab
melepaskan diri dari tubuh koki setelah menempel 8 hari. sebelum hari
kedelapan, koki yang terserang diobati dengan cara merendamnya ke dalam Methylene blue yang telah diencerkan.
Dosis 4 ml/ 4 l air bersih dan rendam koki yang sakit selam 24 jam. Ulang
langkah ini sebanyak 3-5 kali setiap dua hari sekali.
b.
Dropsy
Penyebab penyakit ini adalah bakteri pathogen yang
bernama Aeromonas sp. bakteri ini
menyerang kulit koki dan mengakibatkan kulit menjadi kesat dan berwarna gelap
karena kehilangan banyak lendir. Gejala yang tampak adalah perut koki tampak
membengkak dan sisik diseluruh tubuhnya menonjol keluar. Penyakit ini dapat
menyerang koki bakalan ataupun dewasa.
Pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan kalium
permanganate (KmNO4) atau PK yang telah dilarutkan didalam air
bersih dengan dosis 1 gr PK/ 90 cc air bersih. Rendamkanlah koki yang sakit
kedalam larutan obat selama 30 menit lakukan setiap hari secara berturut-turut
selama 5 hari.
DAFTAR PUSTAKA
Daelami Deden
A.S. 2001. Agar Ikan Sehat. Jakarta : Penebar Swadaya.
Hermanto,
Ning. 2004 Menggempur Penyakit Hewan
Kesayangan dengan Mahkota Dewa. Penebar Swadaya.
Lesmana
Darti S dan Iwan Darmawan. 2001. Budidaya
Ikan Hias Air Tawar Populer. Jakarta
: Penebar Swadaya.
Lesmana
Darti S. 2003 Mencegah dan Menanggulangi
Penyakit Ikan Hias. Jakarta
: Penebar Swadaya.
Sayuti. 2003. Budidaya Koki. Jakarta : PT. Agromedia
Pustaka.
Warta Budidaya Edisi 8 Tahun 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar