Minggu, 21 Desember 2014

PEMBENIHAN IKAN MANVIS (Pterophylum scalare)

I. PENDAHULUAN



Pengembangan usaha budidaya ikan air tawar merupakan salah satu prioritas dalam rangka memenuhi kebutuhan ikan sekaligus diharapkan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi nasional dari sektor perikanan, khususnya dari komoditas ikan hias. Menurut catatan Departemen Kelautan dan Perikanan Indonesia memiliki 4.500 jenis ikan hias atau sekitar 60 % dari total jenis ikan hias yang tersebar di dunia. Pada umumnya budidaya ikan hias dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik, namun seiring dengan perkembangannya pasar luar negeri menjadi sasaran yang paling potensial. Hal demikian tentu membuka peluang sebagai penyumbang devisa negara disamping penambah pendapatan masyarakat.
Salah satu komoditas air tawar yang potensial dikembangkan adalah ikan maanvis (Pterophylum scalare) yang merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang disukai oleh para pecinta ikan hias karena bentuknya sangat indah sehingga ikan ini banyak diminati. Ikan manvis terdiri dari berbagai strain. Masing-masing strain mempunyai perbedaan yang khas antar satu dengan yang lain. Teknik pembenihan ikan maanvis relatif mudah sehingga ikan ini banyak dibudidayakan oleh para pembudidaya ikan hias.

II. MENGENAL IKAN MANVIS



2.1         Sistematika
Menurut Lingga Pinus dan Heru Susanto (2003) ikan manvis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Filum                 : Chordata
Subfilum            : Craniata
Superkelas         : Gnathostyes
Subkelas                        : Actinopterygii
Superordo          : Teleostei
Subordo             : Cichlidae
Genus                : Pterophyllum
Spesies               : Pterophylum scalare
2.2         Morfologi dan Kebiasaan Ikan Manvis
Manvis atau yang dikenal juga dengan istilah 'Angel fish' berasal dari perairan Amazon, Amerika Selatan. Maanvis (Pterophyllum scalare) tergolong ke dalam famili Cichlidae. Ikan maanvis mempunyai ciri-ciri morfologis dan kebiasaan sebagai berikut:
-     Memiliki warna dan jenis yang bervariasi
-     Bentuk tubuh pipih, dengan tubuh seperti anak panah
-     Sirip perut dan sirip punggungnya membentang lebar ke arah ekor, sehingga
-     tampak sebagai busur yang berwarna gelap transparan
-     Pada bagian dadanya terdapat dua buah sirip yang panjangnya menjuntaI sampai ke bagian ekor.
-     Pembenihan Ikan Maanvis (Pterophylum scalare)
-     Menjaga dan melindungi keturunannya.
-     Bersifat omnivora ; tergolong mudah menerima berbagai jenis makanan dalam berbagai bentuk dan sumber.

                Gambar 1. Ikan manvis (Pterophylum scalare)
Beberapa jenis ikan maanvis yang dikenal dan telah berkembang di Indonesia antara lain adalah: Diamond (Berlian), Imperial, Marble dan Black-White, Red eye, Slayer.
Diamond (Berlian) berwarna perak mengkilat sampai hijau keabuan. Pada bagian kepala atas terdapat warna kuning hingga coklat kehitaman yang menyusur
sampai bagian punggung. Maanvis Imperial mempunyai warna dasar perak, tetapi tubuhnya dihiasi empat buah garis vertikal berwarna hitam/coklat kehitaman.
Maanvis Marble memiliki warna campuran hitam dan putih yang membentuk garis vertikal.
Sedangkan maanvis Black-White mempunyai warna hitam menghiasi separuh tubuhnya bagian belakang, dan warna putih menghiasi separuh bagian depan termasuk bagian kepala.
 Selain strain diatas, maanvis juga ada yang berwarna albino, yakni berwarna kemerahan dengan ciri khas pada mata yang berwarna merah sehingga dengan tampilan yang unik seperti ini maka red eye cenderung lebih diminati hobiis sehingga memiliki nilai ekonomis yang relative tinggi dibandingkan jenis lainnya.
Jenis lain yang tidak kalah menarariknya dari jenis-jenis ikan maanvis adalah maanvis slayer, jenis ini memiliki ciri khas yang sangat menonjol dibandingkan dengan jenis lain, sehingga setiap orang dapat dengan mudah mengidentifikasi jenis ini, yakni dengan melihat tampilan siripnya yang panjang menjuntai hampir tiga kali lipat ukuran tubuhnya (Team Agro Media, 2004).

III. PEMBENIHAN IKAN MANVIS



1.1         Pemilihan Lokasi Hatchery
Memilih lokasi yang ideal tidak bisa sembarangan karena menyangkut uang dan kelangsungan usaha. Berikut ini beberapa hal yang patut diperhatikan dalam memilih lokasi hatchery.
3.1.1        Aspek Sosial Ekonomi
Dari aspek ekonomi usaha hatchery haruslah menguntungkan, tanpa mengesampingkan lingkungan sekitarnya (aspek sosial). Maksudnya walaupun usaha hatchery menguntungkan, namun harus dijaga agar masyarakat sekitarnya tidak merasa dirugikan akibat pembuangan air bekas yang sembarangan dan sebagainya. Untuk itu ada beberapa aspek ekonomi dan social yang perlu diperhatikan.
A.       Dekat daerah pengembangan pmbudidaya
Bila unit hatchery dekat dengan daerah pengembangan budidaya, keuntungan yang didapat adalah soal pemasaran hasil produksi (benih). Jarak hatchery ke lokasi pengembangan budi daya maksimum 8 jam agar benih tidak stress atau mati.
B.       Mendukung kebijaksanaan pembangunan
Negara kita adalah Negara hokum, maka kehadiran hatchery harus mengikuti peraturan pemerintah setempat. Oleh sebab itu, sebelum membangun hatchery perlu menghubungi Dinas Perikanan untuk meminta pertimbangan kelayakan usaha. Kalau dapat dikembangkan, pembenih segera mengurus SIUP (Surat Izin Usaha Perikanan) untuk kelancran usahanya.
C.       Dekat sumber listrik
Sumber energy listrik dalam unit hatchery dapat diibaratkan sebagai jantung manusia. Tanpa energy listrik, kegiatan operasional pembenihan tidak berjalan sesuai rencana. Energy listrik digunakan sebagai penggerak blower, pompa celup, dan penerangan. Karenanya tenaga listrik disalurkan selama 24 jam. Sumber energy listrik diperoleh dari mesin genset atau PLN. Namun yang baik didatangkan dari PLN bila ditinjau dari tegangannya maupun kebersihannya. Jika digunakan genset akan muncul asap sisa pembakaran dan tumpuhan solar yang akan mengganggu kehidupan larva.
D.       Mudah mendapatkan air
Air harus mudah didapatkan karena air merupakan media sangat penting bagi kegiatan pembenihan. Air diperlukan untuk media pemeliharaan dan kebutuhan manusia sendiri. Air bisa diperoleh dari aliran ledeng (PAM) maupun dengan jalan membuat sumur sendiri.
E.        Dekat perkampungan
Dekat dengan perkampungan diharapkan tenaga kerja mudah didapatkan dengan upah normal. Yang dimaksud dengan tenaga kerja disini adalah tenaga kerja tidak tetap, misalnya untuk membuat bak. Disamping itu, dari segi keamanan pun akan terjamin.
3.1.2        Aspek Teknis
1.2         Persiapan sarana dan prasarana
Untuk melaksanakan usaha pembenihan ikan manvis mutlak dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai. Dibawah ini adalah sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pembenihan ikan maanvis :
1.    Bangunan hatchery, yang digunakan untuk pembenihan ikan manvis agar terkontrol.
2.    Sumber air ; air yang digunakan untuk pembenihan dapat berasal dari air sumur maupun PDAMdengan peryaratan air mengandung ph 6,5- 7,5, oksigen terlarut 6-8 ppm dan nilai dH 4.
3.    Pompa air ; digunakan untuk mendistribusikan air.
4.    Blower ; digunakan untuk menyuplai kebutuhan oksigen terlarut dalam akuarium yang dipasang secara paralel.
5.    Bak penampungan permanen ; dugunakan sebagai wadah penampungan air untuk menetralkan air yang berasal dari sumbernya sehingga kualitasnya sesuai untuk media hidup ikan.
6.    Instalasi listrik ; digunakan untuk mengoperasikan pompa, blower, serta penerangan.
7.    Freezer ; sebagai penyimpan pakan pakan beku (cacing darah dan daphnia) agar tetap awet.
8.    Akuarium ; digunkan sebagai media pemeliharaan induk, penetasan telur dan pemeliharaan larva.
-     Ukuran 100 x 60 x 60 cm
-     Ukuran 100 x 50 x 40 cm
-     Ukuran 50 x 50 x 40 cm
-     Ukuran 20 x 20 x 15 cm
9.    Peralatan perikanan penunjang
·      Seser :Untuk larva ikan atau makhluk renik lainnya mata jaringnya harus halus. Konstruksinya disesuaikan dengan ukuran, bentuk dan tempat hidupnya ikan hias.
·      Selang : Untuk mengeringkan atau mengisi air akuarium. Sebagai penyalur oksigen dari  blower.
·      Alat Pembersih akuarium : Pisau pembersih kaca (guillet, dll), batu magnit pembersih kaca, sponge atau lap
·      Filter dengan pompa air : Berfungsi sebagai pembersih air secara mekanis
·      Thermometer : sebagai pengukur suhu
·      Heater dan Thermostat : Berfungsi sebagai pemanas dan pengatur panas air dalam akuarium
·      pH meter : fungsinya seperti pengatur kadar garam hanya yang diukur adalah banyaknya kadar ion H dan OH (Hidroksil), dengan mengetahui pH dapat diatur dengan menambah basa atau asam sesuai dengan pH yang tepat untuk ikan
·      Lampu listrik : Berfungsi sebagai penerangan ditempat gelap, berfungsi sebagai pemanas air.
·      Potongan paralon : Berfungsi sebagai tempat melekatkan telur manvis.
10.    Pakan alami
11.    Obat-obatan
12.    Tenaga kerja, dan lain-lain.



1.3         Seleksi induk
Ikan manvis dapat dijadikan induk setelah umurnya mencapai 7 bulan dengan ukuran panjang ±7,5 cm. Untuk mencapai hasil yang optimal, induk harus dipelihara dengan baik, antara lain dengan pemberian pakan yang baik seperti jentik nyamuk, cacing tubifex, atau chironomous dengan frekuensi pemberian dua kali sehari (pagi dan sore) karena jenis-jenis pakan tersebut memiliki kandungan protein yang cukup tinggi sehingga akan mempercepat perkembangan gonad.
Disamping pemberian pakan alami juga perlu diseimbangkan dengan pakan buatan yang dapat ditambah dengan vitamin C yang akan memudahkan dalam proses ovulasi.
Perbedaan induk jantan dan betina dapat dicirikan sebagai berikut :
1.    Ciri-ciri induk jantan antara lain :
-     Pada umur yang sama, ukuran tubuh induk jantan lebih besar dibandingkan dengan induk betina.
-     Kepala induk jantan terlihat agak besar dengan bagian antara mulut ke sirip punggung berbentuk cembung.
-     Bentuk badan lebih ramping dibandingkan dengan ikan betina.
2.    Ciri-ciri induk betina antara lain :
-     Ukuran tubuh yang lebih kecil.
-     Bentuk kepalanya yang lebih kecil.
-     Bagian perut yang lebih besar/gemuk serta terlihat agak menonjol.
-     Bagian antara sirip punggung dan kepala membentuk garis lurus.
Induk yang siap dipijahkan dapat dilihat dari perut betinanya yang agak gendut. Penjodohan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya :
1.    Cara pertama, Sebelum dipijahkan, induk maanvis dipelihara secara missal (jantan dan betina) terlebih dahulu dalam 1 akuarium besar (ukuran 100 x 60 x 60 cm). Induk-induk ini akan memilih pasangannya sendiri, lalu pasangan ini dipisahkan dari kelompoknya dan dimasukan ke akuarim sedang yang berukuran 50 x 50 x 40 cm.
2.    Cara kedua, dengan memelihara induk secara massal (jantan dan betina) pada suatu akuarium, lalu dibiarkan mencari pasangannya sendiri. Setelah semua mendapatkan pasangannya, dapat diberikan media penempel telur. Dengan penggunaan cara ini berarti wadah pemeliharaan induk berfungsi sebagai wadah pemijahan.
3.    Cara ketiga, pencarian pasangan dapat dilakukan dengan cara menjodohkan maanvis tanpa menunggu ikan berpasangan. Ketiga cara ini telah banyak dilakukan dan ternyata produktivitasnya relatif sama.
Namun untuk alasan teknis cara pertama dan ketiga merupakan cara yang umum dilakukan dalam pembenihan ikan ini, karena penggunaan air baru dapat memberikan stimulus pada system syaraf ikan sehingga dapat meningkatkan rangsangan untu memijah.
1.4         Proses pemijahan
Pemijahan dilakukan di akuarium berukuran 50 x 50 x 40 cm dengan ketinggian air ±30 cm. Akuarium dilengkapi dengan aerator untuk menyuplai oksigen. Ikan maanvis akan menempelkan telurnya pada substrat yang halus, misalnya potongan pipa paralon, botol, pecahan porselen, pecahan kaca, pecahan genteng, seng, ataupun dinding akuarium yang telah disiapkan/ditempatkan dalam akuarium pemijahan. Karena ikan manvis cenderung menyukai suasana yang gelap dan tenang, maka pada dinding akuarium dapat ditempelkan kertas atau plastik yang berwarna gelap. Selama masa pemijahan tersebut, induk tetap diberi pakan berupa cacing tubifex, chironomous atau daphnia (kutu air).
Untuk efektifitas pemijahan, sebaiknya pemijahan dilakukan hanya satu pasang pada setiap akuarium. Induk maanvis akan memijah pada malam hari. Pasangan mulai mendekati substrat dan membersihkan permukaan substrat secara bergantian menggunakan mulutnya, pasangan ini akan berenang naikturun yang berlangsung sekitar 2-3 jam. Setelah selesai membersihkan substrat maka pasangan ini akan mulai menggesek-gesekan tubuhnya di dekat substrat sampai akhirnya induk betina mulai mengeluarkan telurnya dan menempelkannya pada permukaan substrat satu persatu secara beraturan dengan posisi perut menggesekan perut pada substrat, induk jantan menyongsong telur-telur tersebut dengan berenang sejajar substrat dan menyemprotkan spermanya untuk membuahi semua telur. Proses tersebut berlangsung berulang-ulang sampai seluruh telur keluar dan dibuahi, yang berlangsung selama 2-3 jam. Jumlah telur yang dihasilkan setiap induk berkisar antara 600-1.000 butir . (Team Agro Media, 2004).
1.5         Penetasan telur
Setelah proses pemijahan selesai maka sebaiknya telur yang menempel pada substrat segera dipindahkan ke akuarium penetasan telur (berukuran 20 x 20 x 15 cm) untuk ditetaskan yang sebelumnya telah diaerasi selama 1-2 hari. Pada air media penetasan sebaiknya ditambahkan obat anti jamur, antara lain methyline blue dengan dosis 1 ppm. Peletakan akuarium pada tempat yang gelap dan terang menghasilkan tingkat penetasan berbeda, dimana tempat yang agak terang tingkat penetasannya lebih tingi karena tingkat pertumbuhan jamur relative rendah. Untuk menjaga kestabilan suhu, maka pada media penetasan telur tersebut digunakan water heater yang dipasang pada suhu 27-28 oC. Setelah 8-10 jam, telur yang semula bening kekuningan mulai berubah warna menjadi agak gelap dan dibagian dalamnya kelihatan ada bintik kecil kehitaman. Perkembangan embrio akan terus berlangsung, sehingga 24-48 jam setelah pemijahan telur akan menetas dengan derajat penetasan telur (hatching rate) berkisar 70-90%. Larva akan bergerak-gerak, sebagian kecil ada yang lepas dari substrat dan jatuh ke dasar akuarium dan sebagian lagi menggantung pada substrat. Beberapa telur akan mulai ada yang berubah warna menjadi putih yang menadakan mulai busuk.
1.6         Pemeliharaan larva
Bila proses penetasan telah maksimal maka substrat penempel telur diangkat, kemudian telur yang tidak menetas dan terkena jamur disipon menggunakan selang yang kecil. Langkah selanjutnya adalah perawatan larva hingga berumur ±2 minggu. Perlu diperhatikan bahwa umur 3-10 hari adalah saat yang krtis bagi kelangsungan hidup larva karena yolk sak sudah mulai habis dan burayak mulai beradaptasi dengan lingkungan dan makanan dari luar.
Dalam pemeliharaan ikan hias umumnya menggunakan jenis-jeis pakan
alami. Pemilihan pakan ini tentunya didasarkan pada berbagai pertimbangan. Penggunaan pakan alami diyakini relatif tidak menyebabkan penurunaan kualitas air pada akuarium karena sisa pakan yang tidak termakan oleh ikan tidak cepat membusuk, hal ini tentu dberbeda dengan penggunaan pakan buatan yang mudah busuk akibat terdegradasinya nutrient pakan dalam air sehingga menyebabkan penurunan kualitas air pemeliharaan. Alasan lain penggunaan pakan alami karena beberapa jenis yang selalu digunakan memiliki nutrisi yan lebih baik dibandingkan pakan buatan yang tersedia di pasaran, kalaupun ada yang nutrisinya sangat baik namun harganyapun relative lebih mahal. Disamping alasan diatas, penggunaan pakan alami untuk pemeliharaan ikan hias ini karena tersedianya pakan alami dialam yang cukup atau bila harus membeli harganyapun relatif murah dibandingkan dengan penggunaan pakan buatan, bahkan ada beberapa pakan alami yang telah dapat dibudidayakan dengan mudah, sehingga menjamin ketersediaan pakan selama pemeliharaan, diantaranya : dhapnia, moina, rotifer, dan lain-lain.
Pakan tambahan berupa artemia atau kutu air dapat diberikan setelah 3 hari hinggga umur ikan mencapai 10 hari dengan frekuensi pemberian dua kali sehari. Jenis pakan tersebut memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga dapat mendukung dalam pertumbuhan ikan. Penggunaan pakan tambahan berupa kutu air ini dengan pertimbangan bahwa walaupun kutu air dewasa lebih besar dari bukaan mulut ikan namun reproduksi kutu air sangat cepat sehingga anaknya dapat dimakan burayak.
Pada umur burayak mencapai 11 hari pakan tambahan yang diberikan dapat berupa caing tubifek yang telah diblender terlebih dahulu. Pemberian pakan ini dapat di campur dengan tubifek yang utuh/hidup. Pemberian pakan ini dapat dilakukan sampai ikan menmencapai umur15 hari. Disamping hal diatas, selama pemeliharaan larva perlu dilakukan pengelolaan air, baik kualitas maupun kuantitas dengan cara pergantian air dan pemasangan aerator untuk menyuplai oksigen terlarut.
1.7         Pendederan
Setelah berumur ±2 minggu, benih tersebut dapat dilakukan penjarangan untuk kemudian dilakukan pendederan sampai ikan berumur satu bulan. Kegiatan pendederan ini dilakukan di dalam akuarium yang lebih besar (ukuran 100 x 50 x 40 cm) agar tidak terlalu padat dan dapat mempercepat pertumbuhan, padat tebarnya 70 ekor/m3. Selama pendederan ini pakan tambahan yang diberikan dapat berupa cacing tubifek utuh atau kutu air untuk mempercepat pertumbuhannya. Selai itu kualitas dan kuantitas airpun selalu dijaga agar ikan dapat tumbuh dengan optimal. Kegiatan pendederan ini terus berlangsung hingga benih mencapai umur satu bulan dengan ukuran yang dicapai biasanya berkisar 2-3 cm.
1.8         Penyakit dan penanggulangannya
Ikan maanvis dikenal cukup peka terhadap serangan penyakit, untuk itu diperlukan pengelolaan secara baik dengan menjaga kualitas air dan jumlah pakan yang diberikan. Selama proses pemeliharaan yang berlangsung selama 30 hari terkadang terjadi berbagai penyakit, diantaranya velvet, jamur saprolegnia, dan white spot. (Whendarto dan Madyana, 1988)
a.             Velvet
Penyakit ini diakibatkan oleh parasit Oodinium dengan tanda-tanda ikan yang terjangkit terdapat selaput atau bercak kuning abu-abu di kulit atau sirip, ikan menggosok-gosokan tubuhnya ke substrat, frekuensi gerakan insang relative cepat dan biasanya ikan tidak mau makan bahkan apabila parah akan menyebabkan kematian. Parasit ini dapat menular secara cepat ke ikan lainnya.
Penanggulangan penyakit ini dengan perendaman menggunakan garam kristal 1,25 garam per liter air. Bila masih tetap belum sembuh menggunakan cuprisulfat dengan stok solusen 10 gram/liter dosis pemakaiannya 1 tetes per 5 liter air. Alternatif lain pengobatan ikan yang terkena penyaklit ini dengan perendaman menggunakan methyline blue 1% dengan stok solusen 10 gram/liter dosis pemakaiannya 10 ml/10 liter air.
b.             White spot
Penyakit yang disebabkan oleh organisme renik bernama ichthyopthyrius multifilis ini sangat cepat penularannya. Pada mulanya  kelihatan bintik putih di kulit ikan kemudian menyerang sirip sampai ke insang. Berbeda dengan bintik putih yang disebabkan jamur, pada bintik putih ini tidak ada bangunan seperti benang atau serabut. Ikan yang terserang berat umumnya berenang di permukaan air dan menggosokan badannya ke substrat sehingga akan menimbulkan luka pada kulit atau insangnya, gerakan insangnya juga akan terlihat lebih cepat. Apabila serangan bintik putih ini parah dan meluas keseluruh tubuhnya maka akan menyebabkan kematian. Pengobatan ikan yang terserang bintik putih melalui perendaman menggunakan methyline blue dengan stok selusen 10 gram/liter dosis pemakaiannya 1 ml/10 liter air, alternatif lain dengan perendaman menggunakan cuprisulfat dengan stok solusen 10 gram/liter dosis pemakaiannya 1 tetes per 5 liter air.
c.              Jamur saprolegnia
Jamur saprolegnia merupakan jamur yang umum menyerang segala jenis ikan air tawar dalam segala tingkatan umur, mulai stadia telur sampai induk ikan. Biasanya penyakit ini merupakan infeksi sekunder akibat dari luka, serangan bakteri, dan sebagainya. Gejala penyakit akibat jamur saprolegnia adalah adanya bangunan seperti kapas berwarna putih, cokelat, abu-abu atau kehijauan di kulit, sirip, telur, maupun di tempat lainnya. Penyebaran penyakit ini sangat cepat menular, apabila tidak segera ditangani maka akan menyebabkan kematian. Perendaman ikan yang terjangkit dapat melalui perendaman menggunakan methyline blue dengan stok selusen 10 gram/liter dosis pemakaiannya 1 ml/10 Pembenihan Ikan Maanvis (Pterophylum scalare) liter air atau dengan menggunakan malachite green dengan dosis yang sama dengan methyline blue.




DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. Ikan Hias Air Tawar dan Prospeknya. Jakarta : Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2003.

Deden Daelami A.S,. Ikan Hias Air Tawar. Jakarta : Penebar Swadaya, 2001.

Heryadi, Dedi dan Sutadi, Back Yard Usaha Pembenihan Udang Skala Rumah Tangga. Jakarta : Penebar Swadaya, 1996.

Susanto H, dan Pinus L,2003. Manvis Si Bidadari Penyayang Anak. Trubus Nomor 179.

Team Agro Media Pustaka. Maanvis. Jakarta : Agro media Pustaka, 2004.

Whendarto dan Madyana. Ikan Hias : Pemeliharaan, Penyakit dan Pengobatan. Semarang : Eka Offset, 1988

Tidak ada komentar:

Posting Komentar