I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alat penangkap ikan purse seine (pukat
cincin) telah dikenal mempunyai tingkat produktivitas yang tinggi untuk
menangkap ikan pelagis. Secara nasional, jumlah unit pukat cincin telah
berkembang dari 5.762 unit pada tahun 1986 menjadi 7.600 unit pada akhir tahun
1995 atau peningkatan sebesar 3,18 % per tahun. Berdasarkan jumlah produksi
hasil tangkapan, alat pukat cincin ini menghasilkan 669.612 Ton dari jumlah
produksi nasional sebesar 1.922.781 Ton pada akhir tahun 1995
Alat penangkap ikan pukat cincin ini telah banyak dan meluas
digunakan di Indonesia.
Sasaran utama yang tertangkap ialah ikan pelagis kecil yang mempunyai sifat
bergerombol, sedangkan untuk sasaran ikan pelagis besar seperti cakalang dan
tuna baru dilakukan di beberapa tempat seperti perairan Sulawesi Utara, Laut
Maluku, Laut Banda dan Laut Halmahera.
Ciri khas dalam pengoperasian alat ini, yaitu dengan cara
melingkarkan pada gerombolan ikan sedemikian rupa sehingga ikan tidak dapat
meloloskan diri baik ke samping (horisontal) maupun ke bawah (vertikal). Oleh
karena cara pengoperasian yang demikian, maka panjang jaring, kedalaman jaring
dan kecepatan melingkarkan jaring merupakan faktor utama yang menjadi perhatian
teknis dalam merancang alat penangkap ikan pukat cincin.
Banyaknya variasi penggunaan pukat cincin di perairan Indonesia
terutama lebih banyak berdasarkan konstruksinya, misalnya dari segi ukuran dan
atau letak bagian-bagian jaring, sedangkan berdasarkan cara pengoperasiannya
pada umumnya hampir sama, kecuali pukat cincin tipe Muncar yang digunakan oleh
nelayan Banyuwangi.
Walaupun belum ada batasan yang jelas ukuran pukat cincin berukuran
kecil / mini, atau pukat cincin berukuran besar, namun pukat cincin yang
mempunyai ukuran panjang 300 meter atau kurang tergolong pukat cincin ukuran
kecil, dan banyak digunakan oleh masyarakat nelayan skala kecil, dikenal dengan
tipe selendang atau janggutan dengan penempatan posisi kantong di tengah atau
pada ujung jaring. Berdasarkan konstruksinya, pukat cincin dengan panjang 200
meter memiliki kedalaman jaring sekitar 70 meter, sedangkan untuk
mengoperasikannya menggunakan kapal / perahu motor yang mempunyai ukuran
panjang sekitar 12-15 meter.
Secara teknis, dengan pukat cincin yang mempunyai
panjang 300 meter atau kurang ini dapat dioperasikan dengan cara mengejar
gerombolan ikan, tetapi hasil tangkapan yang lebih efisien akan dapat diperoleh
dengan menggunakan alat bantu pengumpul ikan berupa lampu dan atau rumpon.
Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan Semarang sebagai unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal
Perikanan melakukan analisa secara teknis kelaik-tangkapan jaring pukat cincin
yang telah berkembang di masyarakat perikanan skala kecil dan menyiapkan
prototipenya dengan ukuran panjang 280 meter yang selanjutnya kelaik-tangkapan
pukat cincin dengan sasaran penangkapan ikan pelagis kecil ini disusun dalam ulasan
teknis tentang “Konstruksi dan Bahan Jaring Lingkar Mini“
B.
Maksud dan
tujuan
Maksud dari penyusunan ulasan teknis ini untuk
memberikan panduan bahasan tentang konstruksi termasuk bahan-bahan yang
digunakan dan pengoparasian pukat cincin dengan panjang 280 meter untuk
penangkapan ikan pelagis kecil.
Sedang tujuan dari ulasan teknis ini untuk membantu pengrajin pukat
cincin, petugas teknis, pemerhati pukat cincin dan nelayan, yang menggunakan
perahu - kapal perikanan bertonage £ 10,0 (Register Tonnage) dalam penyiapan unit usaha pukat cincin
dengan cara yang lebih mudah dan efisien.
C.
Pengertian
Teknis
Jaring lingkar (pukat cincin) ialah
perangkat jaring penangkap ikan yang dirakit sedemikian rupa untuk digunakan
menangkap ikan yang mempunyai sifat bergerombol dengan cara melingkari ikan
sasaran, sehingga ikan tidak dapat meloloskan diri ke samping dan atau ke
bawah.
Alat penangkap ikan pukat cincin 280
meter, termasuk katagori pukat cincin kecil, dan biasanya ukuran sebesar ini
digunakan oleh nelayan yang memulai mengembangkan usahanya dalam bidang unit
usaha pukat cincin.
Alat ini digunakan untuk menangkap ikan
pelagis yang biasa membentuk gerombolan yang padat dan sampai saat ini
merupakan jenis alat penangkap ikan yang paling efektip dan efisien bagi
penangkapan ikan pelagis. Dalam pengoperasiannya dapat dilakukan dengan
mengejar gerombolan ikan, atau dengan menggunakan alat bantu pengumpul ikan
berupa lampu atau rumpon.
Alat bantu pengumpul ikan berupa lampu digunakan pada waktu malam
hari, sedangkan rumpon digunakan pada waktu siang hari. Pengoperasian yang
lebih efektip dan efisien dengan menggunakan alat bantu pengumpul ikan tersebut
dengan cara mengkombinasikan pemanfaatan rumpon dan lampu sekaligus.
1. Alat tangkap
Berdasarkan konstruksi alat penangkapan
ikan pukat cincin 280 meter ini dikenal dengan istilah teknis sebagai berikut :
a) Jaring
a).1.Kantong (bunt)
Sebenarnya pukat cincin merupakan jaring
yang berbentuk empat persegi panjang dan tidak mempunyai kantong, tetapi pada
jaring tersebut ada bagian sebagai tempat mengumpulkan atau mengonsentrasikan
ikan yang tertangkap. Bagian ini merupakan bagian yang terpenting, pada
beberapa tipe, terletak ditengah-tengah atau pada bagian akhir (ujung). Pada
bagian tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga mempunyai ukuran benang yang
lebih tebal dibandingkan bagian yang lain.
a).2.Sayap
Tipe pukat cincin yang mempunyai bagian
kantong di tengah, maka bagian jaring yang lain dari bentuk jaring empat
persegi panjang tersebut dapat disebut sayap, tetapi untuk tipe pukat cincin
dengan bagian kantong terletak pada ujung, maka bagian jaring yang lain inipun
berfungsi yang sama untuk mengurung ikan
sasaran. Pada bagian ini ukuran benang dan ukuran mata lebih lebar dibandingkan
dengan bagian kantong.
a).3.Srampat
Bagian pinggir jaring yang dibuat dengan
bahan benang lebih tebal dengan ukuran mata yang lebih besar atau sama sebagai
penghubung jaring dengan tali ris dan berfungsi sebagai penguat. Menurut letaknya disebut srampat atas,
srampat bawah dan srampat samping.
b). Tali
b).1.Tali pelampung
Tali
pengikat pelampung yang dapat diidentifikasikan bahwa tali tersebut dimasukkan
ke lubang pelampung dan diikatkan pada tali ris atas yang berfungsi sebagai
pengikat pelampung dengan tali ris atas
b).2.Tali pemberat
Tali pengikat pemberat, dapat
diidentifikasikan bahwa tali tersebut dimasukkan ke lubang pemberat dan
diikatkan pada tali ris bawah yang berfungsi sebagai pengikat pemberat dengan
tali ris bawah
b).3.Tali ris atas
Tali sebanyak 2 utas dengan arah pintalan
kiri dan kanan yang diikatkan bersama dengan srampat atas, mempunyai ukuran
lebih besar (kasar) yang dipakai untuk menggantungkan atau mengikatkan jaring
sebelah atas dan pelampung yang berfungsi sebagai penguat
b).4.Tali ris bawah
Tali sebanyak 2 utas dengan arah pintalan
kiri dan kanan yang diikatkan bersama dengan srampat bawah, dengan ukuran lebih
besar (kasar) yang dipakai untuk mengikat jaring sebelah bawah dan pemberat
yang berfungsi sebagai penguat
b).5.Tali ris samping
Tali sebanyak 2 utas dengan arah pintalan
kiri dan kanan yang diikatkan bersama dengan srampat samping dengan ukuran
lebih besar (kasar) yang dipakai untuk mengikat jaring sebelah samping atau
tepi yang berfungsi sebagai penguat.
b).6.Tali cincin
Tali dengan ukuran tertentu yang cukup
kuat yang diikatkan pada tali ris bawah dan dengan panjang tertentu untuk
mengikat cincin.
b).7.Tali kerut
Tali
dengan ukuran tertentu yang berfungsi untuk mengkerutkan jaring, yang dimasukan
melalui cincin-cincin dan cukup kuat untuk mengkerutkan jaring.
b).8.Tali selambar
Tali dengan ukuran tertentu yang terletak pada ujung,
diikatkan pelampung, berfungsi sebagai penarik jaring dan tali kerut.
c) Pelampung
Bagian pukat cincin yang paling ringan dan
berfungsi untuk mengapungkan dan atau memberi keseimbangan daya apung jaring
dengan jumlah sesuai kebutuhan, dan kadang-kadang perlu diberikan pelampung
tambahan.
d) Pemberat
Bagian pukat cincin yang paling berat
terbuat dari bahan timah hitam (Pb) atau rantai dengan jumlah tertentu
berfungsi pemberat jaring untuk memposisikan jaring pada kedalaman dan
kecepatan tenggelam yang diinginkan.
e) Cincin
Atau gelang terbuat dari logam atau plastik
dengan diameter (Æ) dan jumlah tertentu, yang terikat
tali cincin berfungsi sebagai pusat pengkerutan jaring.
2. Alat bantu penangkapan
Alat bantu penangkapan terdiri dari
2 (dua) hal yaitu alat bantu penangkapan yang berfungsi untuk mengumpulkan
ikan, agar gerombolan ikan lebih terkonsentrasi dan mudah untuk ditangkap,
sedangkan yang lain adalah mesin bantu penangkapan yang berfungsi untuk
membantu secara mekanis terhadap awak kapal dalam meringankan dan memperlancar
kerjanya.
a). Lampu
Sebagai alat pengumpul (pemikat) ikan, pada
umumnya menggunakan lampu minyak tekan
atau dikenal dengan petromax.
Walaupun dalam perkembangan selanjutnya
menggunakan lampu listrik, lampu minyak tekan sering digunakan dalam
teknik pengoperasian jaring.
Lampu listrik yang digunakan sebagai alat bantu
pemikat ikan sering disebut light
attractor dan under water lamp. Kedua
jenis lampu pemikat ikan ini menggunakan generator listrik sebagai sumber
tenaganya. Keduanya mempunyai fungsi yang sama, yaitu sebagai alat bantu
pengumpul ikan, perbedaannya terletak pada posisi penempatannya, yaitu under
water lamp dipasang dibawah permukaan air (3-5 meter di bawah permukaan air
laut) sedangkan light attractor dipasang diatas kapal (2-3 meter diatas
permukaan air laut).
b). Rumpon
Alat bantu tradisional yang sangat efektip untuk mengumpulkan
gerombolan ikan, terbuat dari bambu yang berfungsi sebagai pelampung dan tempat
digantungkannya tali serta jangkar yang dipasangi daun kelapa. Alat bantu ini
mulai berfungsi sebagai pengumpul ikan setelah 5-10 hari dilepas atau dipasang
di laut.
c). Alat bantu mekanis
Alat bantu mekanis
yang sering digunakan dalam pengoperasian pukat cincin adalah kapstan yang
berfungsi untuk menarik tali kerut. Secara garis besar konstruksi kapstan ini
tersusun dari beberapa komponen yaitu :
c).1.
Mesin sumber penggerak, yang sangat bervariasi berdasarkan demensi, jenis tau
tipe mesin, spesifikasi dan karakteristiknya.
c).2. Sistem
penerus putaran dan reduksi, merupakan rangkaian penghubung antara mesin sumber
penggerak dengan kapstan, hal ini perlu karena putaran mesin sumber penggerak
yang cukup tinggi diturunkan sesuai dengan yang diperlukan untuk putaran
kapstan.
c).3. Kepala
kapstan, terbuat dari kayu berbentuk silindris sebagai tempat dililitkannya
tali kerut.
Kerangka kapstan, sebagai perakit dan penyangga seluruh komponen
kapstan yang dibuat sedemikian rupa sehingga cukup kuat untuk menerima beban
kerja penarikan tali kerut.
3. Sarana apung
Sarana apung yang
digunakan adalah sarana apung atau kapal/perahu yang ukuranya sesuai dengan
jaring yang dioperasikan. Dalam beberapa hal demensi sarana apung mempunyai
korelasi positip dengan ukuran pukat cincin, misalnya panjang kapal 1/15 kali
panjang jaring, mempunyai tempat yang cukup untuk menempatkan pukat cincin dan
untuk bekerja, dan lain sebagainya.
II.
TEKNIS PEMBUATAN
A.
Merancang pukat
cincin
Dalam merancang pukat
cincin, sangat berkaitan dengan sarana apung yang digunakan untuk
mengoperasikan pukat cincin tersebut. Di Indonesia
ditemui berbagai ragam kapal pukat cincin, yang meliputi type Amerika, Jepang dan
tradisionil, (dengan menggunakan 1 buah kapal) atau yang meliputi ragam ukuran
mulai dari ukuran kapal 5 GT sampai 1000GT.
Kapal pukat cincin yang berukuran menengah keatas telah
diperlengkapi peralatan bantu penangkapan berupa power block.
Berdasar pertimbangan diatas, kriteria kapal yang dibutuhkan untuk
pengoperasian pukat cincin, sebagai berikut:
1.
Membutuhkan kecepatan tinggi,
yang bertujuan untuk memperoleh daya jelajah yang jauh, juga dapat melingkarkan
jaring dalam waktu yang singkat serta dapat mengejar ikan sasaran tangkap. Hasil perhitungan nilai ratio antara
kecepatan & panjang kapal dipersyaratkan :
V = (1.26 s/d 1.49) √L
keterangan : V = kecepatan kapal (knot)
L = Panjang kapal (ft)
2.
Memerlukan kemampuan lingkar
yang besar, maka diusahakan ukuran panjang kapal yang tidak terlalu panjang.
Tabel. 1, Nilai ratio ukuran utama kapal pukat
cincin.
Panjang
kapal
|
Nilai
Ratio
|
||
L/B
|
L/D
|
B/D
|
|
L≤22m L>22m
|
<4,3
<4,5
|
<
10,0
<
11,0
|
>2,15
>2,10
|
Membutuhkan stabilitas yang tinggi, karena pengoperasian berada
disalah satu sisi lambung yang mengakibatkan tumpuan beban berada ditempat
tersebut dan lebih-lebih saat jaring naik keatas kapal sehingga kapal mengalami
kemiringan atau keolengan. Untuk mendapatkan stabilitas yang tinggi, perlu
diusahakan sebagai berikut:
·
Tinggi kapal dibuat tidak
terlalu tinggi untuk mencegah titik berat kapal (G) tidak naik dan free board
tidak besar, maka akan mempermudah pelaksanaan operasi penangkapan.
·
Membutuhkan daya mesin yang
penggerak yang cukup, untuk memperoleh kecepatan yang tinggi dan dapat menjamin
kemampuan lingkar dalam kondisi kapal bergerak maju.
Tabel. 2, Kemampuan lingkar pukat cincin.
Panjang
kapal (L)
|
Waktu
yang diperlukan untuk melingkar.
|
Diameter
turning cycle
ŋ x
L
|
|
ŋ=
15°
|
ŋ
= 360°
|
||
L<22m
|
8 detik
|
80 detik
|
3,0 L
|
L>22m
|
10detik
|
90 detik
|
3,5 L
|
Tabel. 3, Hubungan
antara GT, DK dan ukuran utama kapal
Panjang
kapal (L)
|
Tonage
(GT)
|
Tenaga
pengerak (DK)
|
Kapalkayu
|
Kapal
baja
|
||||
L/B
|
B/D
|
LxBxD
|
L/B
|
B/D
|
LxBxD
|
|||
L≤20m
|
5
|
<45
|
<4,5
|
>2,35
|
<25
|
-
|
-
|
-
|
7
|
60
|
4,5
|
2,35
|
34
|
-
|
-
|
-
|
|
10
|
75
|
4,5
|
2,35
|
48
|
-
|
-
|
-
|
|
15
|
110
|
4,5
|
2,35
|
72
|
-
|
-
|
-
|
|
20
|
150
|
4,5
|
2,15
|
96
|
<4,5
|
>2,15
|
< 87
|
|
30
|
200
|
4,5
|
2,15
|
140
|
4,5
|
2,15
|
128
|
|
40
|
250
|
4,5
|
2,15
|
184
|
4,5
|
2,15
|
169
|
|
50
|
300
|
4,5
|
2,15
|
230
|
4,5
|
2,15
|
210
|
|
L>20m
|
50
|
300
|
<4,5
|
>2,15
|
<217
|
<4,5
|
>2,15
|
<227
|
60
|
350
|
4,6
|
2,1
|
256
|
4,6
|
2,1
|
272
|
|
70
|
420
|
4,6
|
2,1
|
294
|
4.6
|
2,1
|
317
|
|
80
|
480
|
4,6
|
2,1
|
335
|
4.6
|
2,1
|
360
|
|
90
|
540
|
4,6
|
2,1
|
275
|
4,6
|
2,1
|
391
|
Untuk
mendapatkan konstruksi pukat cincin, dapat menggunakan nilai-nilai karakter
yang dimiliki baik arah mendatar maupun arah memanjang, seperti tersebut dalam
gambar 1 dan nilai karakter pada table 4.
Gambar
1 Skesta dan notasi pukat cincin
Keterangan :
Panjang
Kantong Teregang (a)
|
Panjang
Badan Teregang (b)
|
Panjang
Sayap Teregang (c)
|
Tinggi
Kantong Atas (d)
|
Tinggi
Kantong Tengah (e)
|
Tinggi
Kantong Bawah (f)
|
Tinggi
Badan Atas (g)
|
Tinggi
Jaring Teregang (h)
|
Tinggi
Badan Tengah (i)
|
Tinggi
Badan Bawah (j)
|
Tinggi
Sayap Atas (k)
|
Panjang
Ris Atas (l)
|
Panjang
Ris Bawah (m)
|
Tinggi
Sayap Tengah (n)
|
Tinggi
Sayap Bawah (o)
|
Tinggi Tali Samping Sayap (p)
|
Tinggi
Tali Samping Kantong (q)
|
|
Tabel 4 Karakter pukat cincin
No
|
Perbandingan Bagian Pukat
Cincin
|
Contoh Pukat Cincin
|
Rat-rata
|
||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
|||
1
|
d/h
|
0,225
|
0,219
|
0,197
|
0,032
|
0,290
|
0,193
|
2
|
e/h
|
0,722
|
0,719
|
0,712
|
0,926
|
0,691
|
0,754
|
3
|
f/h
|
0,053
|
0,063
|
0,091
|
0,043
|
0,018
|
0,054
|
4
|
g/h
|
0,016
|
0,016
|
0,015
|
0,016
|
0,014
|
0,015
|
5
|
i/h
|
0,930
|
0,922
|
0,894
|
0,941
|
0,968
|
0,931
|
6
|
j/h
|
0,053
|
0,063
|
0,091
|
0,043
|
0,018
|
0,054
|
7
|
k/h
|
0,016
|
0,016
|
0,015
|
0,016
|
0,014
|
0,015
|
8
|
n/h
|
0,930
|
0,922
|
0,894
|
0,962
|
0,968
|
0,935
|
9
|
o/h
|
0,053
|
0,063
|
0,091
|
0,022
|
0,018
|
0,049
|
10
|
p/h
|
0,18906
|
0,169
|
0,146
|
0,173
|
0,152
|
0,166
|
11
|
q/h
|
0,032
|
0,037
|
0,037
|
0,038
|
0,029
|
0,035
|
A.
Bahan dan Peralatan
Kerja
Dalam
pembuatan alat penangkap ikan pukat cincin melalui tahapan-tahapan yang baku antara lain :
Perencanaan,
yaitu pekerjaan untuk merencanakan pembuatan alat penangkap ikan pukat cincin
yang meliputi pekerjaan kajian teknis dan rancang bangun. Dari pekerjaan ini
dihasilkan :
·
Gambar disain (detail design)
·
Jumlah komponan (gear quantity)
·
Estimasi biaya (estimate engineering)
·
Paralatan yang digunakan
Pembuatan,
yaitu pekerjaan tindak lanjut setelah perencanaan, meliputi pekerjaan :
·
Membaca desain pukat cincin
·
Menghitung kebutuhan komponen pukat
cincin
·
Mempersiapkan peralatan yang digunakan
·
Membuat komponen-komponen pukat cincin
·
Merangkai komponen-komponen pukat cincin
1.
Spesifikasi Teknis
Jaring pukat cincin yang akan dibuat
dan digunakan mempunyai bentuk empat persegi panjang dengan kantong dibagian
pinggir, bentuk ini disebut tipe selendang. Sebagian besar bahan jaring terbuat
dari polyamide.
Spesifikasi teknis mini pukat cincin dimaksud adalah sebagai berikut
:
*
Panjang ris atas 280
meter
*
Tinggi/dalam jaring
73 meter
*
Webbing kantong d/12 3/4"
*
Webbing sayap d/6 1" ; d/9 1½”
*
Pelampung 1120
buah Type PVC Y-80
*
Cincin Pukat cincin Æ 10 Cm
*
Pemberat 2880
buahTimah (Pb) @ 250 gram
*
Tali
kerut (pukat cincin) Poly
Ethylene (PE) Æ 18 mm
2.
Desain Pukat cincin 280
meter
Alat penangkap ikan pukat cincin 280 meter ini didesain dengan tipe selendang,
untuk tujuan antara lain :
·
Penggunaan
pada daerah penangkapan ikan di perairan yang relatip dangkal
·
Unit usaha
penangkapan ikan skala kecil.
Desain alat penangkap ikan pukat cincin 280 meter seperti Gambar
desain pada Lampiran 1.
Cara
membaca gambar desain sebagai berikut
:
a).
Panjang pukat cincin dapat langsung
dilihat pada angka yang tercantum dalam panjang tali pelampung, pada bagian ini
dilengkap informasi bahan tali yang digunakan lengkap dengan ukuran tali. Pada
bagian atas sebelah kiri, tercantum 3 (tiga ) macam tali yang berbeda ukuran,
masing-masing :
·
1 (satu) x PE dengan Ø 20mm dan panjang
280 meter
·
2 (dua) x PE dengan Ø 15mm dan panjang
280 meter (masing-masing arah pintalan yang berbeda)
·
1 (satu) x PE dengan Ø 4mm dan panjang 280 meter
b).
Sedangkan pada sebelah kanan tercantum
jumlah pelampung dan tipenya, yaitu 1120 buah pelampung dengan tipe PVC Y-80,
artinya pada setiap meter panjang tali ris dipasang pelampung sebanyak 4 buah.
c).
Hanging rate, dapat dilihat
pada bagian tali pelampung atau tali pemberat dengan simbol hruruf E yang
diikuti bilangan desimal, dibagian tengah tertulis E = 0,70 artinya pada
panjang tali ris 280 meter, digantungkan jaring (stretched mesh) 400 meter.
d).
Bahan yang digunakan dapat dilihat pada
masing-masing komponen dengan menggunakan kode atau singkatan-singkatan yang
sudah dikenal, angka yang tertera pada garis-garis yang menunjukkan batas
komponen menunjukkan jumlah mata pada sisi tersebut, sedangkan ukuran mata dan
nomor benang serta jenis bahan tertera juga pada bagian komponen tersebut.
Dalam desain tersebut dapat dibaca :
·
Dibawah tulisan E, terdapat selvege
sebanyak 8 mata dari benang PE ukuran 380 d/91
dan lebar mata 1 “
·
Kantong dari bahan PA dengan ukuran
benang 210 d/12 dan lebar mata ¾”
·
Sayap atau badan
(BCD) bagian atas dari bahan PA dengan
ukuran benang 210 d/9 dan lebar mata 1¼”
·
Sayap atau badan
(ABCD) bagian tengah dari bahan PA dengan ukuran benang 210 d/6 dan lebar mata
1”
·
Sayap atau badan
(ABCD) bagian bawah dari bahan PA dengan ukuran benang 210 d/9 dan lebar mata
1½”
e).
Pada bagian bawah
terdapat informasi mengenai tali ris bawah, yang susunannya sama dengan tali
ris atas, hanya panjangnya yang berbeda yaitu :
·
1 (satu) x PE dengan Ø 20mm dan panjang
360 meter
·
2 (dua) x PE dengan Ø 15mm dan panjang
360 meter (masing-masing arah pintalan yang berbeda)
·
1 (satu) x PE dengan Ø 4mm dan panjang 360 meter
f).
Akibat dari perbedaan panjang antara
tali ris atas dan bawah, maka hanging rate antara bagian atas dan bawah
menjadi berbeda, sehingga tercantum E = 0,90.
g).
Juga pada tali ris bawah terdapat
informasi mengenai pemberat yang digunakan, baik jenis maupun jumlahnya, yaitu
pemberat yang digunakan Pb (timah hitam) sebanyak 2880 buah @ 250 gram, artinya
pada setiap 1 meter terpasang 12 buah pemberat tersebut.
h).
Informasi cincin terdapat dalam
ilustrasi, sebanyak 120 buah atau setiap 3 meter terpasang cincin dari bahan
kuningan dengan ukuran 12mm x 85mm, sedangkan tali cincin dari bahan PE Ø 10mm
dengan panjang 125 Cm.
i).
Pada sisi-sisi terdapat tali tegak atau
gavel dengan komposisi sama dengan tali ris, yang panjangnya masing-masing 6
meter. Dengan melihat gavel ini telah dapat dibayangkan bahwa pada bagian A dan
D terdapat pengkerutan jaring yang cukup besar.
3.
Peralatan Kerja
Peralatan
kerja yang digunakan dalam pembuatan alat penangkap ikan pukat cincin 200 meter
ini tersebut dalam Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Peralatan kerja
pembuatan alat penangkap ikan pukat cincin
B. Mempersiapkan
bahan
Bahan
yang digunakan berdasarkan konstruksi bahan yang sesuai dengan pasaran atau
standart dagang, sehingga tali atau bahan jaring dapat dihitung. Untuk tali
digunakan satuan roll dengan panjang 200 meter dan bahan jaring digunakan
satuan pis (piece) dengan ukuran 100 meter x 100 mata (MD), sedangkan
benang sesuai ukuran yang diperlukan dalam satuan roll atau berat (Kg.) Hasil
perhitungan kebutuhan bahan yang dilakukan oleh perencana ini disebut built
quantity (BQ), yang melengkapi gambar desain, sehingga memudahkan dalam
penyiapan bahan dan pembuatan.
1.
Penyiapan tali temali
Tali
temali yang harus disiapkan disesuaikan dengan kebutuhan bahan yang tertera dalam
gambar desain, untuk itu perlu diperhatikan kebutuhan tali temali sebagai
berikut :
a).
Informasi mengenai tali pelampung,
tercantum 3 (tiga ) macam tali yang berbeda ukuran, masing-masing :
·
1 (satu) x PE dengan Ø 20mm dan panjang
280 meter
·
2 (dua) x PE dengan Ø 15mm dan panjang
280 meter (masing-masing arah pintalan yang berbeda)
·
1 (satu) x PE dengan Ø 4mm dan panjang 280 meter
b).
Informasi mengenai tali ris bawah, yang
susunannya sama dengan tali ris atas, hanya panjangnya yang berbeda yaitu :
·
1 (satu) x PE dengan Ø 20mm dan panjang
360 meter
·
2 (dua) x PE dengan Ø 15mm dan panjang
360 meter (masing-masing arah pintalan yang berbeda)
·
1 (satu) x PE dengan Ø 4mm dan panjang 360 meter
c).
Informasi tali cincin terdapat dalam
keterangan yang menyebutkan cincin sebanyak 120 buah dan sebagai pengikatnya
berupa tali cincin dari bahan PE Ø 10mm dengan panjang 125 Cm.
d).
Pada sisi-sisi terdapat tali tegak atau
gavel dengan komposisi sama dengan tali ris, yang panjangnya masing-masing 6
meter.
e).
Dalam pengoperasiannya diperlukan tali
selambar yang panjangnya sangat berfvariasi sesuai dengan kebutuhan atau
kecakapan nelayan yang mengoperasikan.
Dalam
tabel 6 menunjukkan jumlah rekapitulasi tali temali yang harus dipersiapkan
dalam pembuatan jaring pukat cincin tersebut.
Tabel 6. Rincian Kebutuhan Tali Temali
No.
|
Nama Bagian & Jenis Bahan Tali
|
Diameter
(Ø)Tali Temali
|
||||
Nama
Bagian
|
Jenis
Bahan
|
20mm
|
15mm
|
10mm
|
4mm
|
|
1.
|
Tali Ris Atas
|
Polyethylene
(PE)
|
280
mtr
|
|
|
|
|
|
Polyethylene
(PE)
|
|
280
mtr
|
|
|
|
|
Polyethylene
(PE)
|
|
|
|
280
mtr
|
2.
|
Tali Ris Bawah
|
Polyethylene
(PE)
|
360
mtr
|
|
|
|
|
|
Polyethylene
(PE)
|
|
360
mtr
|
|
|
|
|
Polyethylene
(PE)
|
|
|
|
360
mtr
|
3.
|
Tali Ris Tegak
1
|
Polyethylene
(PE)
|
6
mtr
|
|
|
|
|
|
Polyethylene
(PE)
|
|
6
mtr
|
|
|
|
|
Polyethylene
(PE)
|
|
|
|
6
mtr
|
4.
|
Tali Ris Tegak
2
|
Polyethylene (PE)
|
6
mtr
|
|
|
|
|
|
Polyethylene
(PE)
|
|
6
mtr
|
|
6
mtr
|
|
|
Polyethylene
(PE)
|
|
|
|
|
5.
|
Tali Cincin
|
Polyethylene
(PE)
|
|
|
150
mtr
|
|
6.
|
Tali Selambar
|
Polyethylene
(PE)
|
50
mtr
|
|
|
|
J U
M L A H
|
702
mtr
|
652
mtr
|
150
mtr
|
652
mtr
|
||
JUMLAH (Konversi dlm Satuan Standar Dagang)
|
4
Roll
|
4
Roll
|
1
Roll
|
|
2.
Penyiapan bahan jaring
(webbing)
Dalam
desain tersebut dapat dihitung kebutuhan bahan jaring yang akan digunakan,
angka yang tertera pada garis-garis yang menunjukkan batas komponen menunjukkan
jumlah mata pada sisi tersebut, sedangkan ukuran mata dan nomor benang serta
jenis bahan tertera juga pada bagian komponen tersebut.
a).
Srampat sebanyak 8 mata dari benang PE
ukuran 380 d/91 dan lebar mata 1 “,
untuk bagian atas diperlukan 280 meter atau 14.000 mata dan bawah diperlukan
360 meter atau 18.000 mata
b).
Kantong dari bahan PA dengan ukuran
benang 210 d/12 dan lebar mata ¾” sebanyak 5 pis
c).
Sayap atau badan (BCD) bagian atas dari bahan PA dengan ukuran benang 210 d/9
dan lebar mata 1¼” sebanyak 15 pis
d).
Sayap atau badan (ABCD) bagian tengah dari
bahan PA dengan ukuran benang 210 d/6 dan lebar mata 1” sebanyak 36 pis
e).
Sayap atau badan (ABCD) bagian bawah
dari bahan PA dengan ukuran benang 210 d/9 dan lebar mata 1½” sebanyak 4 pis
Dalam
tabel 7 menunjukkan jumlah rekapitulasi bahan jaring (webbing) yang harus
dipersiapkan dalam pembuatan jaring pukat cincin tersebut.
Tabel
7. Rincian Kebutuhan bahan jaring (webbing)
No.
|
Nama
Bagian & Jenis Webbing
|
Ukuran
Webbing
|
|||||
Nama
Bagian
|
Jenis
Bahan
|
380
d/91
1”
|
210
d/12
¾”
|
210
d/9
1¼”
|
210
d/6
1”
|
210
d/9
1½”
|
|
1.
|
Srampat atas
|
Polyethylene
|
8 x
14000.#
|
|
|
|
|
2.
|
Srampat bawah
|
Polyethylene
|
8 x
18000.#
|
|
|
|
|
3.
|
Kantong
|
Polyamide
|
|
5
pis
|
|
|
|
4.
|
Sayap atau
badan atas
|
Polyamide
|
|
|
15
pis
|
|
|
5.
|
Sayap atau
badan tengah
|
Polyamide
|
|
|
|
36
pis
|
|
6.
|
Sayap atau
badan bawah
|
Polyamide
|
|
|
|
|
4 pis
|
J U
M L A H
|
8 x
32000 #
|
5
pis
|
15
pis
|
36
pis
|
4
pis
|
||
JUMLAH (Konversi dlm Satuan Standar Dagang)
|
8 x
32000 #
|
5
pis
|
15
pis
|
36
pis
|
4
pis
|
Dalam
penyiapan bagian-bagian jaring atau webbing memperhatikan desain dan tidak ada
ketentuan bagian mana dahulu yang harus dibuat bentuk bagian jaring. Jika
kebutuhan dalam membentuk bagian jaring kurang dari 1 (satu) lembar, maka harus
dipotong dan disesuaikan dengan bentuk jaring dalam desain.
Membuat
bagian srampat, karena tidak ada bahan yang tersedia khusus maka srampat dibuat
dengan menjurai atau memotong pada lembaran jaring PE dengan ukuran benang dan
mata sesuai dengan desain.
3.
Penyiapan pelampung,
pemberat dan cincin
Kelengkapan lain yang perlu disiapkan untuk dipasang antara lain :
a).
Pelampung dengan
tipe PVC Y-80 sebanyak 1120 buah pelampung.
b).
Pemberat yang
digunakan Pb (timah hitam) sebanyak 2880 buah @ 250 gram
c).
Cincin dari bahan
kuningan dengan ukuran 12mm x 85mm sebanyak 120 buah.
Dalam Tabel 8, ditunjukkan jumlah kebutuhan pelampung, pemberat dan cincin
Tabel 8. Rincian Kebutuhan Perlengkapan (Pelampung,
Pemberat dan Cincin)
No.
|
Nama
Bagian & Jenis Perlengkapan
|
Jumlah
|
|
Nama
Bagian
|
Jenis
/ Type
|
||
1.
|
Pelampung
|
PVC / Y-80
|
1120
Buah
|
2.
|
Pemberat
|
Timah Hitam /
Pb-250 gr
|
2880
Buah
|
3.
|
Cincin
|
Kuningan (10 x
85) mm
|
120
Buah
|
C. Memasang
dan merangkai bagian-bagian
Tali
ris atas dan bawah dibentangkan atau dinetralkan dengan tujuan untuk
menghilangkan pengaruh pintalan pabrik yang dapat mengakibatkan tali menjadi kinken.
Selanjutnya dapat dimulai pengerjaan pemasangan pelampung dan pemberat sebagai
berikut :
1.
Pemasangan pelampung.
Pada
tali pelampung dapat dipasang pelampung sesuai dengan desain yang ditentukan,
yaitu pada kepanjangan tali ris 280 meter dipasang 1120 buah pelampung tipe PVC
Y-80, sehingga pada setiap meter panjang tali ris atas dipasang pelampung
sebanyak 4 buah.
Gambar 2 Sketsa Bagian Atas
Tali ris atas
dimasukkan dalam lubang pelampung kemudian diikatkan dengan benang (twine)
bersama dengan tali penggantung sedemikian rupa sehingga pada setiap meter
panjang ris atas terpasang 4 buah pelampung (dalam ilustrasi Gambar 2 diatas
tali ris setiap panjang 100 Cm terpasang pelampung 4 Buah)
1.
Pemasangan pemberat.
Pada
tali ris bawah dipasang pemberat Pb
(timah hitam) sebanyak 2880 buah @ 250 gram, artinya pada setiap 1 meter
terpasang 8 buah pemberat tersebut.
Tali ris bawah
dimasukkan dalam lubang pemberat kemudian diikatkan dengan benang (twine)
bersama dengan tali penggantung sedemikian rupa sehingga pada setiap meter
panjang ris bawah terpasang 12 buah pemberat (dalam ilustrasi Gambar 3 diatas
tali ris setiap panjang 50,0 Cm terpasang pemberat 6 Buah).
1.
Merangkai jaring
Merangkai
jaring atau webbing dimulai dari yang mempunyai ukuran mata jaring sama dengan
cara menyambung tiap mata jaring atau dengan melising, selanjutnya bagian per
bagian yang mempunyi ukuran mata sama dapat dirangkaikan, sehingga seluruhnya
menyatu dalam satu bentuk lembaran untuk kemudian dirangkaikan dengan tali ris.
Untuk lebih jelasnya, ditempuh
langkah-langkah sebagai berikut :
a).
Mengukur mata jaring, walaupun ukuran
mata jaring dapat diperoleh dari label jaring, tetapi lebih baik dilakukan
pengukuran mata jaring panjang maksimal.
b).
Kumpulkan lembar-lembar bagian jaring
yang mempunyai ukuran sama
c).
Siapkan benang pengikat yang lebih kuat
(ukuran lebih besar) dari pada ukuran benang jaring dan isi sebanyak-banyaknya
coban yang akan digunakan
d).
Gantung pada tempat yang mudah untuk
bekerja bagian ujung pinggiran 2 (dua) lembar jaring yang akan dirangkai,
demikian seterusnya sehingga membentuk bagian-bagian (misalnya bagian kantong,
sayap atas, sayap tengah atau sayap bawah)
e).
Rankaikan bagian-bagian tersebut
sehingga menjadi satu bagian, bilamana perlu dirangkai dengan benang berwarna
kontras untuk memudahkan mengenal bagian-bagian jaring.
f).
Rangkaikan sisi
atas dengan srampat atas dan rangkaikan sisi bawah dengan srampat bawah
2.
Merangkai bagian-bagian
Pekerjaan
diatas menghasilkan bagian-bagian pukat cincin, antara lain ris atas, ris bawah
dan lembar jaring. Selanjutnya 3 (tiga) bagian pukat cincin ini dapat dirangkai
sesuai dengan gambar desain. Adapun langkah-langkah untuk merangkaikan sebagai
berikut :
a).
Bentangkan tali ris
atas pada tempat yang mudah untuk bekerja.
b).
Masukkan tali
penggantung pada setiap mata srampat, beri tanda bahwa setiap 20 Cm tali
srampat terdapat 10 mata.
c).
Rangkaikan tali
penggantung dengan tali ris atas
d).
Bentangkan tali ris
bawah pada tempat yang mudah untuk bekerja.
e).
Masukkan tali
penggantung pada setiap mata srampat, beri tanda bahwa setiap 7,5 Cm tali
srampat terdapat 4 mata.
f).
Rangkaikan tali
penggantung dengan tali ris bawah
g).
Pasang tali cincin
pada tali ris bawah pada setiap jarak 3 meter (panjang tali cincin 125 Cm dan
pada ujungnya dipasang cincin kuningan dengan ukuran 12mm x 85mm).
IV. TEKNIK DAN TAKTIK PENGOPERASIAN
A. Komponen Utama dan Bantu
1.
Komponen Utama
Jaring pukat cincin yang digunakan
mempunyai spesifikasi teknis mini pukat cincin sebagai berikut :
*
Panjang ris atas 280
meter
*
Panjang ris bawah 360 meter
*
Tinggi/dalam jaring
73 meter
*
Webbing kantong d/12 3/4"
*
Webbing sayap d/6 1" ; d/9 1½”
*
Pelampung 1120
buah Type PVC Y-80
*
Cincin Pukat cincin Æ 10 Cm
*
Pemberat 2880
buahTimah (Pb) @ 250 gram
*
Tali
kerut (pukat cincin) Poly Ethylene (PE)
Æ 18 mm
2.
Komponen Bantu
a). Sarana Apung
Pengoperasian pukat cincin ini
menggunakan 2 (dua) kapal/perahu, dimana kapal/perahu yang satu berfungsi untuk
menarik tali kerut dan atau penampung hasil tangkapan, dikaji secara teknis dan
berdasarkan klasifikasi FAO sistim
pengoperasian yang demikian termasuk pukat cincin bertali kerut satu kapal.
Adapun data-data teknis kapal/perahu yang dijadikan bahan pengkajian :
Spesifikasi Kapal
Panjang (LOA) : 18,150 Meter
Lebar (B) : 4,510 Meter
Tinggi perahu (H) : 1,480 Meter
Sarat (d) : 0,95 Meter
Palka barang : 5,10 m3
Palka ikan :
11,15 m3
Tangki BBM : 0,28 m3 *)
Tangki air tawar : 0,15 m3 *)
Palka peralatan tangkap : 9,50 m3
Motor Utama :
6 X Kubota Diesel KND 300 DI, 4 Langkah
Daya kontinu 6 x 30 Hp/2.200 RPM ; (Longtail 3 unit pada masing-masing lambung kiri dan
kanan)
Baling-baling :
Kuningan fixed pitch propeller
3 daun 450 x 200 mm
*) berupa drum/jerigen
b). Alat Bantu
Alat bantu yang digunakan berupa alat bantu pengumpul ikan, antara
lain :
- Rumpon
- Lampu minyak tekan
Lampu minyak tekan atau lebih dikenal dengan nama lampu petromaks
yang banyak digunakan oleh nelayan kecil terdapat 2 (dua) jenis, yaitu lampu
minyak tekan dengan satu tangki untuk satu lampu dan lampu minyak tekan dengan
satu tangki untuk beberapa lampu. Keduanya digunakan oleh nelayan dengan memasang
diatas sarana apungnya atau dirangkai pada sebuah rakit (ancak) yang dibuat
khusus untuk itu.
- Lampu listrik diatas air
Penggunaan lampu sebagai alat bantu pengumpul ikan tersebut
menggunakan generator listrik sebagai sumber tenaganya. Lampu permukaan yang
digunakan berupa lampu neon sebanyak 3-5 unit yang tiap unitnya terdiori atas 2
lampu @ 40 watt, dipasang diatas kapal (2-3 meter diatas permukaan air laut).
- Lampu dalam air
Lampu dalam air yang dibuat berdasarkan pabrikan, dan lampu dalam
air yang dibuat dari lampu TL.
c). Alat Bantu
Mekanik
Alat bantu mekanis
yang sering digunakan dalam pengoperasian pukat cincin adalah kapstan yang
berfungsi untuk menarik tali kerut. Secara garis besar konstruksi kapstan ini
tersusun dari beberapa komponen yaitu :
a)
Mesin sumber penggerak, yang
sangat bervariasi berdasarkan demensi, jenis tau tipe mesin, spesifikasi dan
karakteristiknya.
b)
Sistem penerus putaran dan
reduksi, merupakan rangkaian penghubung antara mesin sumber penggerak dengan
kapstan, hal ini perlu karena putaran mesin sumber penggerak yang cukup tinggi
(1000-2000 rpm) hanya diperlukan putaran kapstan 50 -100 rpm.
c)
Kepala kapstan, terbuat dari
kayu berbentuk silindris sebagai tempat dililitkannya tali kerut.
d)
Kerangka kapstan, sebagai
perakit dan penyangga seluruh komponen kapstan yang dibuat sedemikian rupa
sehingga cukup kuat untuk menerima beban kerja penarikan tali kerut.
Adapun spesifikasi teknis kapstan
tersebut sebagai berikut :
*
As
kapstan : Besi baja ø 18 mm; 110 cm
*
Kepala
kapstan : Kayu ø 15 cm; 25 cm
*
Kerangka :
Besi profil U 50 x 40 x 4 mm
*
Gear box :
1 / 2
*
Mesin :
Diesel 5,5 PK
B. Daerah
penangkapan
Daerah penangkapan
sesuai dengan ikan sasaran adalah ikan pelagis kecil, dimana sumber daya ikan
pelagis kecil hampir terdapat di seluruh perairan di Indonesia dan berdasarkan
data potensi, dan tingkat pemanfaatannya, maka sumberdaya ikan pelagis kecil
seperti tersebut dalam Tabel 9.
Table 9 :
Distribusi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis
Daerah Penangkapan Ikan
|
Luasan Distribusi
(1,000 km2)
|
Potensi
1,000 ton/tahun
|
Produksi
1,000 ton
|
Tingkat
Pemanfaatan
(%)
|
1.
Samudera Hindia
|
454
|
430
|
178
|
41
|
2.
Selat Malaka
|
92
|
120
|
127
|
106
|
3.
Laut Cina Selatan
|
550
|
513
|
119
|
23
|
4.
Laut Jawa
|
400
|
340
|
443
|
130
|
5.
Selat Makasar – Laut Flores
|
473
|
468
|
253
|
54
|
6.
Laut Banda
|
220
|
132
|
39
|
30
|
7.
Laut Seram - Teluk Tomini
|
306
|
379
|
140
|
37
|
8.
Laut Arafura
|
438
|
469
|
18
|
4
|
9.
Laut
Sulawesi – Samudera Pacific Barat
|
500
|
394
|
99
|
25
|
Total
|
3,4333
|
3,244
|
1,415
|
44
|
C. Cara Pengoperasian
Bagi usaha
penangkapan dengan mengejar ikan sasaran, teknik penangkapan dimulai dengan
mendapatkan gerombolan ikan sasaran dan atau memperoleh dari rumpon, hal ini
masih banyak dilakukan oleh nelayan pada siang hari. Sebenarnya cara ini kurang
efisien dibandingkan dengan cara mengumpulkan atau membentuk gerombolan ikan
terlebih dahulu pada malam hari dengan menggunakan lampu atraktor.
Pengoperasian pukat
cincin dengan memanfaatkan sistim lampu, dimulai dengan penyalaan lampu
atraktor (lampui merkuri, lampu neon/TL, atau lampu minyak tekan) segera
setelah hari gelap, selanjutnya akan terbentuk gerombolan ikan, dimana
kepadataan ikan pelagis yang lebih besar mulai terlihat dalam bentuk individu
sampai menjadi bentuk gerombolan setelah
2 - 8 jam dan pembentukan gerombolan ikan akan lebih cepat apabila dibantu
dengan babasan dari rumpon.
Apabila gerombolan ikan sudah terbentuk pada lampu atraktor,
gerombolan ikan ini dipindahkan ke lampu pelampung (atau lampu dalam air)
dengan cara mematikan lampu atraktor dan dibiarkan hanyut untuk sementara
sebagai persiapan pengoperasian jaring. Dengan mengendalikan lampu pelampung
pada posi yang ditentukan, jaring tersebut ditebarkan dari posisi yang tepat
dengan sebuah pelampung sebagai tanda ujung (yang sekaligus sebagai ujung tali
kerut), dengan memutar atau haluan kanan dengan waktu yang diperlukan selama
200 detik untuk sampai pada posisi semula. Jaring dibiarkan pada posisi
membentuk dinding silinder, dimana untuk memperoleh posisi yang seimbang sesuai
dengan waktu yang diperlukan untuk tenggelamnya
jaring yaitu selama 147,8 detik. Tahap berikutnya, melalui pelampung
tersebut tali kerut dapat ditarik dengan alat bantu kapstan dengan kecepatan
tarik 216,07 meter/menit, tetapi untuk menutup bagian bawah jaring diperlukan
waktu rata-rata 3 menit karena faktor posisi jaring yang harus diperhatikan.
Selanjutnya diteruskan penarikan jaring agar ikan yang terkurung dapat
terkonsentrasi pada bagian kantong dan waktu yang diperlukan untuk itu selama 9
menit.
Apabila ikan sudah terkumpul pada bagian kantong, dilakukan
pencidukan/pengangkatan ikan hasil tangkapan, serta tahap akhir adalah penataan
jaring kembali untuk siap dioperasikan untuk ini diperlukan waktu selama 17
menit. Sebagai perbandingan, apabila penarikan tali kerut dilakukan dengan
menggunakan tenaga manusia, diperlukan waktu penarikan tali kerut selama 10
menit.
Faktor
keberhasilan dalam pengoperasian pukat cincin adalah pemakaian taktik yang
tepat, berkaitan dengan pengaruh arus, angin dan gerakan ikan sasaran
Berdasarkan ilustrasi dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a). Faktor dominan oleh arus, kedudukan sarana
apung pada saat awal tebar jaring dan setelah pelingkaran selesai, kembali
berada di atas arus.
a).
Faktor dominan oleh angin,
kedudukan sarana apung pada saat awal tebar jaring dan setelah pelingkaran
selesai, kembali berada di bawah angin.
a).
Faktor dominan oleh arah
gerakan ikan sasaran, sarana apung muliai melingkarkan di samping gerombolan
ikan dan melingkar menghadang arah gerakan gerombolan ikan sampai pada akhir
melingkarkan jaring kembali pada titik awal tebar jaring.
IV. PENANGANAN HASIL TANGKAPAN
Sumberdaya ikan
pelagis kecil yang tertangkap dengan menggunakan alat penangkap ikan pukat
cincin ini antara lain :
Selar bentong (Selar
crumenopthalmus) Bigeye
scad
Sembulak, Sardin (Sardinella
sirm) Spotted
sardine
Teri (Stolephores commersonii) Anchovies
Lemuru (Sardinella longiseps) Indonesian
oil sardine
Japuh (Dussumieria acuta) Round
herring
Kembung perempuan (Rastrelliger
nelectus) I ndo pacific short bodied mackerel
Kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) Striped
mackerel
Selar kuning (Selaroides leptolepis) Yellowstripe
trevally
Sunglir (Elagatis bipinnulatus) Rainbow
runner
Tembang (Sardinella
fimbriata) Fringescale
sardine
Tenggiri (Scomberomorus
commersonii ) Spanish
mackerel
Julung-julung (Hemirhampus
far) Barred
garfish
Layang (Decapterus
russelli) Mackerel
scad
Tongkol (Auxis
thazard) Frigate
mackerel
Cumi-cumi (Loligo
sp.) Squid
Blekutak (Sepia
sp.) Squid
Penanganan
ikan hasil tangkapan dilakukan sesegera mungkin untuk mempertahankan ikan agar
tetap kondisi segar sampai di tempat pendaratan atau penjualan. Hal ini
memungkinkan melalui prasyarat bahwa palka ikan harus mempunyai insulasi yang
cukup dan trip pelayaran tidak terlalu lama serta dilakukan dengan cara-cara
sebagai berikut :
a). Ikan yang sudah tertangkap dan dikonsentrasikan
pada bagian kantong, dan dilakukan pencidukan dengan menggunakan ciduk yang
telah disiapkan. Hanya pada kondisi tertentu ikan hasil tangkapan ini perlu
dicuci, karena biasanya ikan yang tertangkap dalam keadaan bersih.
b). Hasil tangkapan biasanya dominan pada
salah satu jenis ikan, sehingga ikan jenis lain dipisahkan, terutama pada jenis
ikan yang mempunyai harga berbeda dengan yang lainnya.
c). Ikan hasil tangkapan sesuai dengan
jenisnya dimasukkan dalam keranjang atau basket dan dilakukan peng - Es -an
secukupnya didalam palka ikan.
d). Es yang terbaik diberikan dalam keadaan
curai dengan perbandingan antara ikan dan es 1 : 1.
e). Penyusunan basket atau keranjang
sedemikian rupa sehingga tidak saling menumpuk yang dapat menyebabkan ikan
hasil tangkapan tergencet rusak.
f). Pada palka yang memungkinkan, dimana
kondisi kedap air dan terbagi dalam bagian-bagian kecil, akan menghasilkan ikan
berkualitas baik bila dilakukan dengan cara pemberian air laut dan es, sehingga
secara individu masing-masing ikan terbungkus air es yang cukup aman dari
perubahan kualitas.
V. PERAWATAN ALAT PENANGKAP IKAN
Perawatan alat penangkap ikan pukat
cincin ini ditujukan agar alat tersebut mempunyai umur ekonomis yang panjang,
hal ini mengingat bahwa alat penangkap ikan ini mempunyai harga yang cukup
mahal. Secara khusus alat penangkap pukat cincin perlu dilakukan perawatan dan
pemeliharaan, antara lain :
A. Perawatan
Segera dilakukan perbaikan walaupun
sekecil apapun terhadap kerusakan yang dialami setelah dioperasikan, hal ini
dimulai pada saat pengangkatan jaring (hauling), dimana setiap awak kapal harus
memperhatikan alat yang ditangani, bila terjadi kerusakan misalnya ditemui
jaring yang robek maka segera diberi tanda atau diikat dengan tali berwarna
(tali rafia), demikian juga terhadap bagian-bagian lain kemudian disusun
sedemikian rupa sehingga sehingga bagian yang rusah dapat terjangkau untuk
dilakukan perbaikan tanpa mengganggu susunan alat penangkap ikan untuk siap
dioperasikan. Pada bagian tali ris merupakan tumpuan kekuatan alat ini,
sehingga setiap kondisi atau keadaan tali yang diperkirakan akan mudah putus
harus segera dilakukan perbaikan.
Alat penangkap ikan ini
disusun kembali untuk siap dioperasikan, terutama yang perlu diperhatikan
adalah bagian cincin dan tali kerut agar tidak membelit yang dapat
mengakibatkan timbulnya kesulitan pada saat setting atau tebar jaring.
B. Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan terhadap
alat penangkap pukat cincin terutama setelah dianggap kegiatan operasional
selesai dan diperlukan waktu beberapa hari perjalanan kembali dan atau selama
dipangkalan. Pada pengangkatan (hauling) jaring terakhir, jaring harus bebas
dari ikan-ikan yang menyerang (menempel) pada jaring termasuk sampah-sampah
yang dapat menyebabkan kebusukan di dalam tumpukan jaring. Apabila hal ini
sampai terjadi, maka kebusukan tersebut secara kimiawi akan merusak bagian
jaring dan atau mengundang hewan pengerat yang dapat merusak bagian jaring.
Setibanya di darat dilakukan pencucian, kemudian diperanginkan sehingga kering
dan selanjutnya ditutup dengan terpal dan diikat.
Demikian juga pada saat hauling
perlu adanya perhatian setiap perubahan pada setiap jengkal bagian jaring,
apabila terjadi kerusakan, pada bagian tersebut diberi tanda, misalnya tali
rafia dengan warna mencolok untuk memudahkan pencarian bagian tersebut pada
saat perbaikan.
Secara berkala setiap 3 (tiga)
bulan alat penangkap pukat cincin ini perlu digelar di lapangan terbuka
sehingga awak kapal dapat lebih teliti memeriksa bagian-bagian yang seharusnya
mendapat perbaikan atau mengganti bagian-bagian yang sudah aus.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 1991. Perikanan Pukat Cincin. Dalam Himpunan Paket
Teknologi Perikanan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perikanan badan Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Departemen Pertanian.
AL. Fridman, FAO, 1988,
Calculations for Fishing Gear Design
Ayodhyoa, 1985 Fishing Methode. Diktat Kuliah Teknik Penangkapan
Ikan. Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi.
Institut Pertanian Bogor.
J.Prado and PY.Dremiere,
1991, Fisherman’s Workbook
Soemarto. 1960. Craft and gear utilised
in the sardine Fishing at Muncar,
Indonesia.
Dalam Beu Yami. 1976 Fishing with Light FAO - UNO. Fishing News Books Ltd.
Subani, W HR Borus. 1988/1989. Alat
Penangkap Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut.
Badan Penelitian dan Pengembangan Petanian Departemen Pertanian Jakarta.
Yami, B. 1976. Fishing With Light. FAO
Fishing Manual. Food and Agriculture Organization of the United nations.
Fishing News Books. Surrey,
England.
Yusuf, N 1978. Perkembangan Pukat cincin
di Pemalang Khususnya umumnya di Perairan Utara Jawa Tengah. Simposium
Modernisasi Perikanan Rakyat.
Lembaga Penelitian Perikanan Laut Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Departemen Pertanian.
alat penakap ikan 100% bagus bro masih
BalasHapusSaya suka...
BalasHapus