Sabtu, 20 Desember 2014

KONSTRUKSI DAN BAHAN MINI PURSE SEINE (PUKAT CINCIN)


I. PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

 Alat penangkap ikan purse seine (pukat cincin) telah dikenal mempunyai tingkat produktivitas yang tinggi untuk menangkap ikan pelagis. Secara nasional, jumlah unit pukat cincin telah berkembang dari 5.762 unit pada tahun 1986 menjadi 7.600 unit pada akhir tahun 1995 atau peningkatan sebesar 3,18 % per tahun. Berdasarkan jumlah produksi hasil tangkapan, alat pukat cincin ini menghasilkan 669.612 Ton dari jumlah produksi nasional sebesar 1.922.781 Ton pada akhir tahun 1995
Alat penangkap ikan pukat cincin ini telah banyak dan meluas digunakan di Indonesia. Sasaran utama yang tertangkap ialah ikan pelagis kecil yang mempunyai sifat bergerombol, sedangkan untuk sasaran ikan pelagis besar seperti cakalang dan tuna baru dilakukan di beberapa tempat seperti perairan Sulawesi Utara, Laut Maluku, Laut Banda dan Laut Halmahera.
Ciri khas dalam pengoperasian alat ini, yaitu dengan cara melingkarkan pada gerombolan ikan sedemikian rupa sehingga ikan tidak dapat meloloskan diri baik ke samping (horisontal) maupun ke bawah (vertikal). Oleh karena cara pengoperasian yang demikian, maka panjang jaring, kedalaman jaring dan kecepatan melingkarkan jaring merupakan faktor utama yang menjadi perhatian teknis dalam merancang alat penangkap ikan pukat cincin.
Banyaknya variasi penggunaan pukat cincin di perairan Indonesia terutama lebih banyak berdasarkan konstruksinya, misalnya dari segi ukuran dan atau letak bagian-bagian jaring, sedangkan berdasarkan cara pengoperasiannya pada umumnya hampir sama, kecuali pukat cincin tipe Muncar yang digunakan oleh nelayan Banyuwangi.
Walaupun belum ada batasan yang jelas ukuran pukat cincin berukuran kecil / mini, atau pukat cincin berukuran besar, namun pukat cincin yang mempunyai ukuran panjang 300 meter atau kurang tergolong pukat cincin ukuran kecil, dan banyak digunakan oleh masyarakat nelayan skala kecil, dikenal dengan tipe selendang atau janggutan dengan penempatan posisi kantong di tengah atau pada ujung jaring. Berdasarkan konstruksinya, pukat cincin dengan panjang 200 meter memiliki kedalaman jaring sekitar 70 meter, sedangkan untuk mengoperasikannya menggunakan kapal / perahu motor yang mempunyai ukuran panjang sekitar 12-15 meter.

Secara teknis, dengan pukat cincin yang mempunyai panjang 300 meter atau kurang ini dapat dioperasikan dengan cara mengejar gerombolan ikan, tetapi hasil tangkapan yang lebih efisien akan dapat diperoleh dengan menggunakan alat bantu pengumpul ikan berupa lampu dan atau rumpon.
            Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang sebagai unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Perikanan melakukan analisa secara teknis kelaik-tangkapan jaring pukat cincin yang telah berkembang di masyarakat perikanan skala kecil dan menyiapkan prototipenya dengan ukuran panjang 280 meter yang selanjutnya kelaik-tangkapan pukat cincin dengan sasaran penangkapan ikan pelagis kecil ini disusun dalam ulasan teknis tentang “Konstruksi dan Bahan Jaring Lingkar Mini“
  
B.       Maksud dan tujuan
 Maksud dari penyusunan ulasan teknis ini untuk memberikan panduan bahasan tentang konstruksi termasuk bahan-bahan yang digunakan dan pengoparasian pukat cincin dengan panjang 280 meter untuk penangkapan ikan pelagis kecil.
Sedang tujuan dari ulasan teknis ini untuk membantu pengrajin pukat cincin, petugas teknis, pemerhati pukat cincin dan nelayan, yang menggunakan perahu - kapal perikanan bertonage  £ 10,0 (Register Tonnage) dalam penyiapan unit usaha pukat cincin dengan cara yang lebih mudah dan efisien.
  
C.      Pengertian Teknis
 Jaring lingkar (pukat cincin) ialah perangkat jaring penangkap ikan yang dirakit sedemikian rupa untuk digunakan menangkap ikan yang mempunyai sifat bergerombol dengan cara melingkari ikan sasaran, sehingga ikan tidak dapat meloloskan diri ke samping dan atau ke bawah.
Alat penangkap ikan pukat cincin 280 meter, termasuk katagori pukat cincin kecil, dan biasanya ukuran sebesar ini digunakan oleh nelayan yang memulai mengembangkan usahanya dalam bidang unit usaha pukat cincin.
 Alat ini digunakan untuk menangkap ikan pelagis yang biasa membentuk gerombolan yang padat dan sampai saat ini merupakan jenis alat penangkap ikan yang paling efektip dan efisien bagi penangkapan ikan pelagis. Dalam pengoperasiannya dapat dilakukan dengan mengejar gerombolan ikan, atau dengan menggunakan alat bantu pengumpul ikan berupa lampu atau rumpon.
Alat bantu pengumpul ikan berupa lampu digunakan pada waktu malam hari, sedangkan rumpon digunakan pada waktu siang hari. Pengoperasian yang lebih efektip dan efisien dengan menggunakan alat bantu pengumpul ikan tersebut dengan cara mengkombinasikan pemanfaatan rumpon dan lampu sekaligus.

1. Alat tangkap
 Berdasarkan konstruksi alat penangkapan ikan pukat cincin 280 meter ini dikenal dengan istilah teknis sebagai berikut :

a)  Jaring

a).1.Kantong (bunt)
       Sebenarnya pukat cincin merupakan jaring yang berbentuk empat persegi panjang dan tidak mempunyai kantong, tetapi pada jaring tersebut ada bagian sebagai tempat mengumpulkan atau mengonsentrasikan ikan yang tertangkap. Bagian ini merupakan bagian yang terpenting, pada beberapa tipe, terletak ditengah-tengah atau pada bagian akhir (ujung). Pada bagian tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga mempunyai ukuran benang yang lebih tebal dibandingkan bagian yang lain.

a).2.Sayap
       Tipe pukat cincin yang mempunyai bagian kantong di tengah, maka bagian jaring yang lain dari bentuk jaring empat persegi panjang tersebut dapat disebut sayap, tetapi untuk tipe pukat cincin dengan bagian kantong terletak pada ujung, maka bagian jaring yang lain inipun berfungsi  yang sama untuk mengurung ikan sasaran. Pada bagian ini ukuran benang dan ukuran mata lebih lebar dibandingkan dengan bagian kantong.

a).3.Srampat
       Bagian pinggir jaring yang dibuat dengan bahan benang lebih tebal dengan ukuran mata yang lebih besar atau sama sebagai penghubung jaring dengan tali ris dan berfungsi sebagai penguat. Menurut letaknya disebut srampat atas, srampat bawah dan srampat samping.
 

b). Tali


b).1.Tali pelampung
Tali pengikat pelampung yang dapat diidentifikasikan bahwa tali tersebut dimasukkan ke lubang pelampung dan diikatkan pada tali ris atas yang berfungsi sebagai pengikat pelampung dengan tali ris atas

b).2.Tali pemberat
Tali pengikat pemberat, dapat diidentifikasikan bahwa tali tersebut dimasukkan ke lubang pemberat dan diikatkan pada tali ris bawah yang berfungsi sebagai pengikat pemberat dengan tali ris bawah

b).3.Tali ris atas
Tali sebanyak 2 utas dengan arah pintalan kiri dan kanan yang diikatkan bersama dengan srampat atas, mempunyai ukuran lebih besar (kasar) yang dipakai untuk menggantungkan atau mengikatkan jaring sebelah atas dan pelampung yang berfungsi sebagai penguat

b).4.Tali ris bawah
       Tali sebanyak 2 utas dengan arah pintalan kiri dan kanan yang diikatkan bersama dengan srampat bawah, dengan ukuran lebih besar (kasar) yang dipakai untuk mengikat jaring sebelah bawah dan pemberat yang berfungsi sebagai penguat

b).5.Tali ris samping
       Tali sebanyak 2 utas dengan arah pintalan kiri dan kanan yang diikatkan bersama dengan srampat samping dengan ukuran lebih besar (kasar) yang dipakai untuk mengikat jaring sebelah samping atau tepi yang berfungsi sebagai penguat.

b).6.Tali cincin
       Tali dengan ukuran tertentu yang cukup kuat yang diikatkan pada tali ris bawah dan dengan panjang tertentu untuk mengikat cincin.

b).7.Tali kerut
Tali dengan ukuran tertentu yang berfungsi untuk mengkerutkan jaring, yang dimasukan melalui cincin-cincin dan cukup kuat untuk mengkerutkan jaring.

b).8.Tali selambar
Tali dengan ukuran tertentu yang terletak pada ujung, diikatkan pelampung, berfungsi sebagai penarik jaring dan tali kerut.


c)    Pelampung
     Bagian pukat cincin yang paling ringan dan berfungsi untuk mengapungkan dan atau memberi keseimbangan daya apung jaring dengan jumlah sesuai kebutuhan, dan kadang-kadang perlu diberikan pelampung tambahan.

d)   Pemberat
     Bagian pukat cincin yang paling berat terbuat dari bahan timah hitam (Pb) atau rantai dengan jumlah tertentu berfungsi pemberat jaring untuk memposisikan jaring pada kedalaman dan kecepatan tenggelam yang diinginkan.

e)    Cincin
     Atau gelang terbuat dari logam atau plastik dengan diameter (Æ) dan jumlah tertentu, yang terikat tali cincin berfungsi sebagai pusat pengkerutan jaring.

2. Alat bantu penangkapan

            Alat bantu penangkapan terdiri dari 2 (dua) hal yaitu alat bantu penangkapan yang berfungsi untuk mengumpulkan ikan, agar gerombolan ikan lebih terkonsentrasi dan mudah untuk ditangkap, sedangkan yang lain adalah mesin bantu penangkapan yang berfungsi untuk membantu secara mekanis terhadap awak kapal dalam meringankan dan memperlancar kerjanya.
           
a). Lampu
Sebagai alat pengumpul (pemikat) ikan, pada umumnya  menggunakan lampu minyak tekan atau dikenal dengan petromax. Walaupun dalam perkembangan selanjutnya  menggunakan lampu listrik, lampu minyak tekan sering digunakan dalam teknik pengoperasian jaring.
Lampu listrik yang digunakan sebagai alat bantu pemikat ikan sering disebut light attractor dan under water lamp. Kedua jenis lampu pemikat ikan ini menggunakan generator listrik sebagai sumber tenaganya. Keduanya mempunyai fungsi yang sama, yaitu sebagai alat bantu pengumpul ikan, perbedaannya terletak pada posisi penempatannya, yaitu under water lamp dipasang dibawah permukaan air (3-5 meter di bawah permukaan air laut) sedangkan light attractor dipasang diatas kapal (2-3 meter diatas permukaan air laut).

b). Rumpon
Alat bantu tradisional yang sangat efektip untuk mengumpulkan gerombolan ikan, terbuat dari bambu yang berfungsi sebagai pelampung dan tempat digantungkannya tali serta jangkar yang dipasangi daun kelapa. Alat bantu ini mulai berfungsi sebagai pengumpul ikan setelah 5-10 hari dilepas atau dipasang di laut.


 c). Alat bantu mekanis         

            Alat bantu mekanis yang sering digunakan dalam pengoperasian pukat cincin adalah kapstan yang berfungsi untuk menarik tali kerut. Secara garis besar konstruksi kapstan ini tersusun dari beberapa komponen yaitu :

c).1. Mesin sumber penggerak, yang sangat bervariasi berdasarkan demensi, jenis tau tipe mesin, spesifikasi dan karakteristiknya.

c).2. Sistem penerus putaran dan reduksi, merupakan rangkaian penghubung antara mesin sumber penggerak dengan kapstan, hal ini perlu karena putaran mesin sumber penggerak yang cukup tinggi diturunkan sesuai dengan yang diperlukan untuk putaran kapstan.

c).3. Kepala kapstan, terbuat dari kayu berbentuk silindris sebagai tempat dililitkannya tali kerut.
Kerangka kapstan, sebagai perakit dan penyangga seluruh komponen kapstan yang dibuat sedemikian rupa sehingga cukup kuat untuk menerima beban kerja penarikan tali kerut.

3. Sarana apung

            Sarana apung yang digunakan adalah sarana apung atau kapal/perahu yang ukuranya sesuai dengan jaring yang dioperasikan. Dalam beberapa hal demensi sarana apung mempunyai korelasi positip dengan ukuran pukat cincin, misalnya panjang kapal 1/15 kali panjang jaring, mempunyai tempat yang cukup untuk menempatkan pukat cincin dan untuk bekerja, dan lain sebagainya. 


II. TEKNIS PEMBUATAN

A.    Merancang pukat cincin
Dalam merancang pukat cincin, sangat berkaitan dengan sarana apung yang digunakan untuk mengoperasikan pukat cincin tersebut. Di Indonesia ditemui berbagai ragam kapal pukat cincin, yang meliputi type Amerika, Jepang dan tradisionil, (dengan menggunakan 1 buah kapal) atau yang meliputi ragam ukuran mulai dari ukuran kapal 5 GT sampai 1000GT.
Kapal pukat cincin yang berukuran menengah keatas telah diperlengkapi peralatan bantu penangkapan berupa power block.
Berdasar pertimbangan diatas, kriteria kapal yang dibutuhkan untuk pengoperasian pukat cincin, sebagai berikut:
1.      Membutuhkan kecepatan tinggi, yang bertujuan untuk memperoleh daya jelajah yang jauh, juga dapat melingkarkan jaring dalam waktu yang singkat serta dapat mengejar ikan sasaran tangkap.    Hasil perhitungan nilai ratio antara kecepatan & panjang kapal dipersyaratkan :

V = (1.26 s/d 1.49) √L

keterangan : V = kecepatan kapal (knot)
 L = Panjang kapal (ft)

2.      Memerlukan kemampuan lingkar yang besar, maka diusahakan ukuran panjang kapal yang tidak terlalu panjang.

Tabel. 1, Nilai ratio ukuran utama kapal pukat cincin.
Panjang kapal

Nilai Ratio

L/B

L/D

B/D

L≤22m L>22m

<4,3
<4,5

< 10,0
< 11,0

>2,15
>2,10


Membutuhkan stabilitas yang tinggi, karena pengoperasian berada disalah satu sisi lambung yang mengakibatkan tumpuan beban berada ditempat tersebut dan lebih-lebih saat jaring naik keatas kapal sehingga kapal mengalami kemiringan atau keolengan. Untuk mendapatkan stabilitas yang tinggi, perlu diusahakan sebagai berikut:

·         Tinggi kapal dibuat tidak terlalu tinggi untuk mencegah titik berat kapal (G) tidak naik dan free board tidak besar, maka akan mempermudah pelaksanaan operasi penangkapan.
·         Membutuhkan daya mesin yang penggerak yang cukup, untuk memperoleh kecepatan yang tinggi dan dapat menjamin kemampuan lingkar dalam kondisi kapal bergerak maju.

Tabel. 2, Kemampuan lingkar pukat cincin.
Panjang kapal (L)

Waktu yang diperlukan untuk melingkar.

Diameter turning cycle
ŋ x L

ŋ= 15°

ŋ = 360°

L<22m

8 detik

80 detik

3,0 L

L>22m

10detik

90 detik

3,5 L



Tabel. 3, Hubungan antara GT, DK dan ukuran utama kapal
Panjang kapal (L)

Tonage (GT)

Tenaga pengerak (DK)

Kapalkayu

Kapal baja

L/B

B/D

LxBxD

L/B

B/D

LxBxD

L≤20m








5

<45

<4,5

>2,35

<25

-

-

-

7

60

4,5

2,35

34

-

-

-

10

75

4,5

2,35

48

-

-

-

15

110

4,5

2,35

72

-

-

-

20

150

4,5

2,15

96

<4,5

>2,15

< 87

30

200

4,5

2,15

140

4,5

2,15

128

40

250

4,5

2,15

184

4,5

2,15

169

50

300

4,5

2,15

230

4,5

2,15

210

L>20m






50

300

<4,5

>2,15

<217

<4,5

>2,15

<227

60

350

4,6

2,1

256

4,6

2,1

272

70

420

4,6

2,1

294

4.6

2,1

317

80

480

4,6

2,1

335

4.6

2,1

360

90

540

4,6

2,1

275

4,6

2,1

391




Untuk mendapatkan konstruksi pukat cincin, dapat menggunakan nilai-nilai karakter yang dimiliki baik arah mendatar maupun arah memanjang, seperti tersebut dalam gambar 1 dan nilai karakter pada table 4.


 
Gambar 1 Skesta dan notasi pukat cincin

Keterangan :
Panjang Kantong Teregang (a)
Panjang Badan Teregang (b)
Panjang Sayap Teregang (c)
Tinggi Kantong Atas (d)
Tinggi Kantong Tengah (e)              
Tinggi Kantong Bawah (f) 
Tinggi Badan Atas (g)
Tinggi Jaring Teregang (h)              
Tinggi Badan Tengah (i)
Tinggi Badan Bawah (j)
Tinggi Sayap Atas (k)
Panjang Ris Atas (l)
Panjang Ris Bawah (m)
Tinggi Sayap Tengah (n)
Tinggi Sayap Bawah (o)
Tinggi Tali Samping Sayap (p)
Tinggi Tali Samping Kantong (q)    


Tabel 4 Karakter pukat cincin

No
Perbandingan Bagian Pukat Cincin
Contoh Pukat Cincin
Rat-rata
I
II
III
IV
V
1
d/h
0,225
0,219
0,197
0,032
0,290
0,193
2
e/h
0,722
0,719
0,712
0,926
0,691
0,754
3
f/h
0,053
0,063
0,091
0,043
0,018
0,054
4
g/h
0,016
0,016
0,015
0,016
0,014
0,015
5
i/h
0,930
0,922
0,894
0,941
0,968
0,931
6
j/h
0,053
0,063
0,091
0,043
0,018
0,054
7
k/h
0,016
0,016
0,015
0,016
0,014
0,015
8
n/h
0,930
0,922
0,894
0,962
0,968
0,935
9
o/h
0,053
0,063
0,091
0,022
0,018
0,049
10
p/h
0,18906
0,169
0,146
0,173
0,152
0,166
11
q/h
0,032
0,037
0,037
0,038
0,029
0,035
                               
                                 
A.    Bahan dan Peralatan Kerja
Dalam pembuatan alat penangkap ikan pukat cincin melalui tahapan-tahapan yang baku antara lain :
Perencanaan, yaitu pekerjaan untuk merencanakan pembuatan alat penangkap ikan pukat cincin yang meliputi pekerjaan kajian teknis dan rancang bangun. Dari pekerjaan ini dihasilkan :
·         Gambar disain (detail design)
·         Jumlah komponan (gear quantity)
·         Estimasi biaya (estimate engineering)
·         Paralatan yang digunakan

Pembuatan, yaitu pekerjaan tindak lanjut setelah perencanaan, meliputi pekerjaan :
·         Membaca desain pukat cincin
·         Menghitung kebutuhan komponen pukat cincin
·         Mempersiapkan peralatan yang digunakan
·         Membuat komponen-komponen pukat cincin
·         Merangkai komponen-komponen pukat cincin

1.         Spesifikasi Teknis
            Jaring pukat cincin yang akan dibuat dan digunakan mempunyai bentuk empat persegi panjang dengan kantong dibagian pinggir, bentuk ini disebut tipe selendang. Sebagian besar bahan jaring terbuat dari polyamide.
Spesifikasi teknis mini pukat cincin dimaksud adalah sebagai berikut :
*        Panjang ris atas                             280 meter
*        Tinggi/dalam  jaring                        73 meter
*        Webbing kantong                          d/12  3/4"
*        Webbing sayap                              d/6  1" ; d/9 1½”
*        Pelampung                                    1120 buah Type PVC Y-80
*        Cincin Pukat cincin                       Æ 10 Cm        
*        Pemberat                                       2880 buahTimah (Pb) @ 250 gram
*        Tali kerut (pukat cincin)                Poly Ethylene (PE) Æ 18 mm

2.         Desain Pukat cincin 280 meter
Alat penangkap ikan pukat cincin 280 meter ini didesain dengan tipe selendang, untuk tujuan antara lain :
·         Penggunaan pada daerah penangkapan ikan di perairan yang relatip dangkal
·         Unit usaha penangkapan ikan skala kecil.

Desain alat penangkap ikan pukat cincin 280 meter seperti Gambar desain  pada Lampiran 1.

Cara membaca gambar desain sebagai berikut :
a).    Panjang pukat cincin dapat langsung dilihat pada angka yang tercantum dalam panjang tali pelampung, pada bagian ini dilengkap informasi bahan tali yang digunakan lengkap dengan ukuran tali. Pada bagian atas sebelah kiri, tercantum 3 (tiga ) macam tali yang berbeda ukuran, masing-masing :
·         1 (satu) x PE dengan Ø 20mm dan panjang 280 meter
·         2 (dua) x PE dengan Ø 15mm dan panjang 280 meter (masing-masing arah pintalan yang berbeda)
·         1 (satu) x PE dengan Ø   4mm dan panjang 280 meter

b).    Sedangkan pada sebelah kanan tercantum jumlah pelampung dan tipenya, yaitu 1120 buah pelampung dengan tipe PVC Y-80, artinya pada setiap meter panjang tali ris dipasang pelampung sebanyak 4 buah.

c).    Hanging rate, dapat dilihat pada bagian tali pelampung atau tali pemberat dengan simbol hruruf E yang diikuti bilangan desimal, dibagian tengah tertulis E = 0,70 artinya pada panjang tali ris 280 meter, digantungkan jaring (stretched mesh) 400 meter.

d).   Bahan yang digunakan dapat dilihat pada masing-masing komponen dengan menggunakan kode atau singkatan-singkatan yang sudah dikenal, angka yang tertera pada garis-garis yang menunjukkan batas komponen menunjukkan jumlah mata pada sisi tersebut, sedangkan ukuran mata dan nomor benang serta jenis bahan tertera juga pada bagian komponen tersebut. Dalam desain tersebut dapat dibaca :
·         Dibawah tulisan E, terdapat selvege sebanyak 8 mata dari benang PE ukuran 380 d/91  dan lebar mata 1 “
·         Kantong dari bahan PA dengan ukuran benang 210 d/12 dan lebar mata ¾”
·         Sayap atau badan (BCD) bagian atas  dari bahan PA dengan ukuran benang 210 d/9 dan lebar mata 1¼”
·         Sayap atau badan (ABCD) bagian tengah dari bahan PA dengan ukuran benang 210 d/6 dan lebar mata 1”
·         Sayap atau badan (ABCD) bagian bawah dari bahan PA dengan ukuran benang 210 d/9 dan lebar mata 1½”

e).    Pada bagian bawah terdapat informasi mengenai tali ris bawah, yang susunannya sama dengan tali ris atas, hanya panjangnya yang berbeda yaitu :
·         1 (satu) x PE dengan Ø 20mm dan panjang 360 meter
·         2 (dua) x PE dengan Ø 15mm dan panjang 360 meter (masing-masing arah pintalan yang berbeda)
·         1 (satu) x PE dengan Ø   4mm dan panjang 360 meter


f).     Akibat dari perbedaan panjang antara tali ris atas dan bawah, maka hanging rate antara bagian atas dan bawah menjadi berbeda, sehingga tercantum E = 0,90.
g).    Juga pada tali ris bawah terdapat informasi mengenai pemberat yang digunakan, baik jenis maupun jumlahnya, yaitu pemberat yang digunakan Pb (timah hitam) sebanyak 2880 buah @ 250 gram, artinya pada setiap 1 meter terpasang 12 buah pemberat tersebut.
h).    Informasi cincin terdapat dalam ilustrasi, sebanyak 120 buah atau setiap 3 meter terpasang cincin dari bahan kuningan dengan ukuran 12mm x 85mm, sedangkan tali cincin dari bahan PE Ø 10mm dengan panjang 125 Cm.
i).      Pada sisi-sisi terdapat tali tegak atau gavel dengan komposisi sama dengan tali ris, yang panjangnya masing-masing 6 meter. Dengan melihat gavel ini telah dapat dibayangkan bahwa pada bagian A dan D terdapat pengkerutan jaring yang cukup besar.


3.         Peralatan Kerja
Peralatan kerja yang digunakan dalam pembuatan alat penangkap ikan pukat cincin 200 meter ini tersebut dalam Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Peralatan kerja pembuatan alat penangkap ikan pukat cincin
 
 
B.     Mempersiapkan bahan

Bahan yang digunakan berdasarkan konstruksi bahan yang sesuai dengan pasaran atau standart dagang, sehingga tali atau bahan jaring dapat dihitung. Untuk tali digunakan satuan roll dengan panjang 200 meter dan bahan jaring digunakan satuan pis (piece) dengan ukuran 100 meter x 100 mata (MD), sedangkan benang sesuai ukuran yang diperlukan dalam satuan roll atau berat (Kg.) Hasil perhitungan kebutuhan bahan yang dilakukan oleh perencana ini disebut built quantity (BQ), yang melengkapi gambar desain, sehingga memudahkan dalam penyiapan bahan dan pembuatan.

1.      Penyiapan tali temali

Tali temali yang harus disiapkan disesuaikan dengan kebutuhan bahan yang tertera dalam gambar desain, untuk itu perlu diperhatikan kebutuhan tali temali sebagai berikut :
a).    Informasi mengenai tali pelampung, tercantum 3 (tiga ) macam tali yang berbeda ukuran, masing-masing :
·         1 (satu) x PE dengan Ø 20mm dan panjang 280 meter
·         2 (dua) x PE dengan Ø 15mm dan panjang 280 meter (masing-masing arah pintalan yang berbeda)
·         1 (satu) x PE dengan Ø   4mm dan panjang 280 meter
b).    Informasi mengenai tali ris bawah, yang susunannya sama dengan tali ris atas, hanya panjangnya yang berbeda yaitu :
·         1 (satu) x PE dengan Ø 20mm dan panjang 360 meter
·         2 (dua) x PE dengan Ø 15mm dan panjang 360 meter (masing-masing arah pintalan yang berbeda)
·         1 (satu) x PE dengan Ø   4mm dan panjang 360 meter
c).    Informasi tali cincin terdapat dalam keterangan yang menyebutkan cincin sebanyak 120 buah dan sebagai pengikatnya berupa tali cincin dari bahan PE Ø 10mm dengan panjang 125 Cm.
d).   Pada sisi-sisi terdapat tali tegak atau gavel dengan komposisi sama dengan tali ris, yang panjangnya masing-masing 6 meter.
e).    Dalam pengoperasiannya diperlukan tali selambar yang panjangnya sangat berfvariasi sesuai dengan kebutuhan atau kecakapan nelayan yang mengoperasikan.





Dalam tabel 6 menunjukkan jumlah rekapitulasi tali temali yang harus dipersiapkan dalam pembuatan jaring pukat cincin tersebut.

Tabel 6. Rincian Kebutuhan Tali Temali
No.
Nama Bagian & Jenis Bahan Tali
Diameter (Ø)Tali Temali
Nama Bagian
Jenis Bahan
20mm
15mm
10mm
4mm
1.
Tali Ris Atas
Polyethylene (PE)
280 mtr





Polyethylene (PE)

280 mtr




Polyethylene (PE)



280 mtr
2.
Tali Ris Bawah
Polyethylene (PE)
360 mtr





Polyethylene (PE)

360 mtr




Polyethylene (PE)



360 mtr
3.
Tali Ris Tegak 1
Polyethylene (PE)
6 mtr





Polyethylene (PE)

6 mtr




Polyethylene (PE)



6 mtr
4.
Tali Ris Tegak 2
Polyethylene (PE)
6 mtr





Polyethylene (PE)

6 mtr

6 mtr


Polyethylene (PE)




5.
Tali Cincin
Polyethylene (PE)


150 mtr

6.
Tali Selambar
Polyethylene (PE)
50 mtr



J U M L A H
702 mtr
652 mtr
150 mtr
652 mtr
JUMLAH (Konversi dlm Satuan Standar Dagang)
4 Roll
4 Roll
1 Roll


2.      Penyiapan bahan jaring (webbing)
Dalam desain tersebut dapat dihitung kebutuhan bahan jaring yang akan digunakan, angka yang tertera pada garis-garis yang menunjukkan batas komponen menunjukkan jumlah mata pada sisi tersebut, sedangkan ukuran mata dan nomor benang serta jenis bahan tertera juga pada bagian komponen tersebut.
a).    Srampat sebanyak 8 mata dari benang PE ukuran 380 d/91  dan lebar mata 1 “, untuk bagian atas diperlukan 280 meter atau 14.000 mata dan bawah diperlukan 360 meter atau 18.000 mata
b).   Kantong dari bahan PA dengan ukuran benang 210 d/12 dan lebar mata ¾” sebanyak 5 pis
c).    Sayap atau badan (BCD) bagian atas  dari bahan PA dengan ukuran benang 210 d/9 dan lebar mata 1¼” sebanyak 15 pis
d).   Sayap atau badan (ABCD) bagian tengah dari bahan PA dengan ukuran benang 210 d/6 dan lebar mata 1” sebanyak 36 pis
e).    Sayap atau badan (ABCD) bagian bawah dari bahan PA dengan ukuran benang 210 d/9 dan lebar mata 1½” sebanyak 4 pis
Dalam tabel 7 menunjukkan jumlah rekapitulasi bahan jaring (webbing) yang harus dipersiapkan dalam pembuatan jaring pukat cincin tersebut.


Tabel 7. Rincian Kebutuhan bahan jaring (webbing)
No.
Nama Bagian & Jenis Webbing
Ukuran Webbing
Nama Bagian
Jenis
Bahan
380 d/91
 1”
210 d/12
¾”
210 d/9
1¼”
210 d/6
1”
210 d/9
1½”
1.
Srampat atas
Polyethylene
8 x 14000.#




2.
Srampat bawah
Polyethylene
8 x 18000.#




3.
Kantong
Polyamide

5 pis



4.
Sayap atau badan atas
Polyamide


15 pis


5.
Sayap atau badan tengah
Polyamide



36 pis

6.
Sayap atau badan bawah
Polyamide




4 pis
J U M L A H
8 x 32000 #
5 pis
15 pis
36 pis
4 pis
JUMLAH (Konversi dlm Satuan Standar Dagang)
8 x 32000 #
5 pis
15 pis
36 pis
4 pis

Dalam penyiapan bagian-bagian jaring atau webbing memperhatikan desain dan tidak ada ketentuan bagian mana dahulu yang harus dibuat bentuk bagian jaring. Jika kebutuhan dalam membentuk bagian jaring kurang dari 1 (satu) lembar, maka harus dipotong dan disesuaikan dengan bentuk jaring dalam desain.
Membuat bagian srampat, karena tidak ada bahan yang tersedia khusus maka srampat dibuat dengan menjurai atau memotong pada lembaran jaring PE dengan ukuran benang dan mata sesuai dengan desain.

3.      Penyiapan pelampung, pemberat dan cincin
Kelengkapan lain yang perlu disiapkan untuk dipasang antara lain :
a).    Pelampung dengan tipe PVC Y-80 sebanyak 1120 buah pelampung.
b).   Pemberat yang digunakan Pb (timah hitam) sebanyak 2880 buah @ 250 gram
c).    Cincin dari bahan kuningan dengan ukuran 12mm x 85mm sebanyak 120 buah.

Dalam Tabel 8, ditunjukkan jumlah kebutuhan pelampung, pemberat dan cincin
Tabel 8. Rincian Kebutuhan Perlengkapan (Pelampung, Pemberat dan Cincin)
No.
Nama Bagian & Jenis Perlengkapan
Jumlah
Nama Bagian
Jenis / Type
1.
Pelampung
PVC / Y-80
1120 Buah
2.
Pemberat
Timah Hitam / Pb-250 gr
2880 Buah
3.
Cincin
Kuningan (10 x 85) mm
120 Buah

C.    Memasang dan merangkai bagian-bagian

Tali ris atas dan bawah dibentangkan atau dinetralkan dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh pintalan pabrik yang dapat mengakibatkan tali menjadi kinken. Selanjutnya dapat dimulai pengerjaan pemasangan pelampung dan pemberat sebagai berikut :

1.      Pemasangan pelampung.

Pada tali pelampung dapat dipasang pelampung sesuai dengan desain yang ditentukan, yaitu pada kepanjangan tali ris 280 meter dipasang 1120 buah pelampung tipe PVC Y-80, sehingga pada setiap meter panjang tali ris atas dipasang pelampung sebanyak 4 buah.


Gambar 2 Sketsa Bagian Atas
Tali ris atas dimasukkan dalam lubang pelampung kemudian diikatkan dengan benang (twine) bersama dengan tali penggantung sedemikian rupa sehingga pada setiap meter panjang ris atas terpasang 4 buah pelampung (dalam ilustrasi Gambar 2 diatas tali ris setiap panjang 100 Cm terpasang pelampung 4 Buah)

1.      Pemasangan pemberat.

Pada tali ris bawah dipasang pemberat  Pb (timah hitam) sebanyak 2880 buah @ 250 gram, artinya pada setiap 1 meter terpasang 8 buah pemberat tersebut.
 
Tali ris bawah dimasukkan dalam lubang pemberat kemudian diikatkan dengan benang (twine) bersama dengan tali penggantung sedemikian rupa sehingga pada setiap meter panjang ris bawah terpasang 12 buah pemberat (dalam ilustrasi Gambar 3 diatas tali ris setiap panjang 50,0 Cm terpasang pemberat 6 Buah).

1.      Merangkai jaring
Merangkai jaring atau webbing dimulai dari yang mempunyai ukuran mata jaring sama dengan cara menyambung tiap mata jaring atau dengan melising, selanjutnya bagian per bagian yang mempunyi ukuran mata sama dapat dirangkaikan, sehingga seluruhnya menyatu dalam satu bentuk lembaran untuk kemudian dirangkaikan dengan tali ris.
Untuk lebih jelasnya, ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :
a).    Mengukur mata jaring, walaupun ukuran mata jaring dapat diperoleh dari label jaring, tetapi lebih baik dilakukan pengukuran mata jaring panjang maksimal.
b).   Kumpulkan lembar-lembar bagian jaring yang mempunyai ukuran sama
c).    Siapkan benang pengikat yang lebih kuat (ukuran lebih besar) dari pada ukuran benang jaring dan isi sebanyak-banyaknya coban yang akan digunakan
d).   Gantung pada tempat yang mudah untuk bekerja bagian ujung pinggiran 2 (dua) lembar jaring yang akan dirangkai, demikian seterusnya sehingga membentuk bagian-bagian (misalnya bagian kantong, sayap atas, sayap tengah atau sayap bawah)
e).    Rankaikan bagian-bagian tersebut sehingga menjadi satu bagian, bilamana perlu dirangkai dengan benang berwarna kontras untuk memudahkan mengenal bagian-bagian jaring.
f).    Rangkaikan sisi atas dengan srampat atas dan rangkaikan sisi bawah dengan srampat bawah

2.      Merangkai bagian-bagian
Pekerjaan diatas menghasilkan bagian-bagian pukat cincin, antara lain ris atas, ris bawah dan lembar jaring. Selanjutnya 3 (tiga) bagian pukat cincin ini dapat dirangkai sesuai dengan gambar desain. Adapun langkah-langkah untuk merangkaikan sebagai berikut :
a).    Bentangkan tali ris atas pada tempat yang mudah untuk bekerja.
b).   Masukkan tali penggantung pada setiap mata srampat, beri tanda bahwa setiap 20 Cm tali srampat terdapat 10 mata.
c).    Rangkaikan tali penggantung dengan tali ris atas
d).   Bentangkan tali ris bawah pada tempat yang mudah untuk bekerja.
e).    Masukkan tali penggantung pada setiap mata srampat, beri tanda bahwa setiap 7,5 Cm tali srampat terdapat 4 mata.
f).    Rangkaikan tali penggantung dengan tali ris bawah
g).   Pasang tali cincin pada tali ris bawah pada setiap jarak 3 meter (panjang tali cincin 125 Cm dan pada ujungnya dipasang cincin kuningan dengan ukuran 12mm x 85mm).






IV. TEKNIK  DAN TAKTIK PENGOPERASIAN

 

A.    Komponen Utama dan Bantu

1.      Komponen Utama

            Jaring pukat cincin yang digunakan mempunyai spesifikasi teknis mini pukat cincin sebagai berikut :
*        Panjang ris atas                 280 meter
*        Panjang ris bawah             360 meter
*        Tinggi/dalam  jaring            73 meter
*        Webbing kantong              d/12  3/4"
*        Webbing sayap                  d/6  1" ; d/9 1½”
*        Pelampung                        1120 buah Type PVC Y-80
*        Cincin Pukat cincin           Æ 10 Cm        
*        Pemberat                           2880 buahTimah (Pb) @ 250 gram
*        Tali kerut (pukat cincin)    Poly Ethylene (PE) Æ 18 mm

2.      Komponen Bantu
a). Sarana Apung
            Pengoperasian pukat cincin ini menggunakan 2 (dua) kapal/perahu, dimana kapal/perahu yang satu berfungsi untuk menarik tali kerut dan atau penampung hasil tangkapan, dikaji secara teknis dan berdasarkan klasifikasi FAO  sistim pengoperasian yang demikian termasuk pukat cincin bertali kerut satu kapal. Adapun data-data teknis kapal/perahu yang dijadikan bahan pengkajian :

Spesifikasi Kapal

Panjang (LOA)                                   :   18,150 Meter
Lebar (B)                                             :     4,510 Meter
Tinggi perahu (H)                                :     1,480 Meter
Sarat (d)                                              :     0,95 Meter
Palka barang                                        :   5,10 m3
Palka ikan                                            : 11,15 m3
Tangki BBM                                       :   0,28 m3 *)
Tangki air tawar                                  :   0,15 m3 *)
Palka peralatan tangkap                      :   9,50 m3
Motor Utama                                      : 6 X Kubota Diesel KND 300 DI, 4 Langkah
Daya kontinu  6 x 30 Hp/2.200 RPM ;  (Longtail  3 unit pada masing-masing lambung kiri dan kanan)
Baling-baling                                       : Kuningan fixed pitch propeller
3 daun 450 x 200 mm
*) berupa drum/jerigen

b). Alat Bantu
            Alat bantu yang digunakan berupa alat bantu pengumpul ikan, antara lain :
  • Rumpon
  • Lampu minyak tekan
Lampu minyak tekan atau lebih dikenal dengan nama lampu petromaks yang banyak digunakan oleh nelayan kecil terdapat 2 (dua) jenis, yaitu lampu minyak tekan dengan satu tangki untuk satu lampu dan lampu minyak tekan dengan satu tangki untuk beberapa lampu. Keduanya digunakan oleh nelayan dengan memasang diatas sarana apungnya atau dirangkai pada sebuah rakit (ancak) yang dibuat khusus untuk itu.

  • Lampu listrik diatas air
Penggunaan lampu sebagai alat bantu pengumpul ikan tersebut menggunakan generator listrik sebagai sumber tenaganya. Lampu permukaan yang digunakan berupa lampu neon sebanyak 3-5 unit yang tiap unitnya terdiori atas 2 lampu @ 40 watt, dipasang diatas kapal (2-3 meter diatas permukaan air laut).

  • Lampu dalam air
Lampu dalam air yang dibuat berdasarkan pabrikan, dan lampu dalam air yang dibuat dari lampu TL.

c). Alat Bantu Mekanik

            Alat bantu mekanis yang sering digunakan dalam pengoperasian pukat cincin adalah kapstan yang berfungsi untuk menarik tali kerut. Secara garis besar konstruksi kapstan ini tersusun dari beberapa komponen yaitu :

a)    Mesin sumber penggerak, yang sangat bervariasi berdasarkan demensi, jenis tau tipe mesin, spesifikasi dan karakteristiknya.
b)   Sistem penerus putaran dan reduksi, merupakan rangkaian penghubung antara mesin sumber penggerak dengan kapstan, hal ini perlu karena putaran mesin sumber penggerak yang cukup tinggi (1000-2000 rpm) hanya diperlukan putaran kapstan 50 -100 rpm.
c)    Kepala kapstan, terbuat dari kayu berbentuk silindris sebagai tempat dililitkannya tali kerut.
d)   Kerangka kapstan, sebagai perakit dan penyangga seluruh komponen kapstan yang dibuat sedemikian rupa sehingga cukup kuat untuk menerima beban kerja penarikan tali kerut.

Adapun spesifikasi teknis kapstan tersebut sebagai berikut :
*        As kapstan                  : Besi baja ø 18 mm; 110 cm
*        Kepala kapstan           : Kayu ø 15 cm; 25 cm
*        Kerangka                    : Besi profil U 50 x 40 x 4 mm
*        Gear box                     : 1 / 2
*        Mesin                          : Diesel 5,5 PK


B. Daerah penangkapan

            Daerah penangkapan sesuai dengan ikan sasaran adalah ikan pelagis kecil, dimana sumber daya ikan pelagis kecil hampir terdapat di seluruh perairan di Indonesia dan berdasarkan data potensi, dan tingkat pemanfaatannya, maka sumberdaya ikan pelagis kecil seperti tersebut dalam Tabel 9.

Table 9 : Distribusi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis
Daerah Penangkapan Ikan
Luasan Distribusi
(1,000 km2)
Potensi
1,000 ton/tahun
Produksi
1,000 ton
Tingkat
Pemanfaatan
(%)
1.      Samudera Hindia
454
430
178
41
2.      Selat Malaka
92
120
127
106
3.      Laut Cina Selatan
550
513
119
23
4.      Laut Jawa
400
340
443
130
5.      Selat Makasar – Laut Flores
473
468
253
54
6.      Laut Banda
220
132
39
30
7.      Laut Seram  - Teluk Tomini
306
379
140
37
8.      Laut Arafura
438
469
18
4
9.      Laut Sulawesi – Samudera Pacific Barat
500
394
99
25
Total
3,4333
3,244
1,415
44

C. Cara Pengoperasian
           
            Bagi usaha penangkapan dengan mengejar ikan sasaran, teknik penangkapan dimulai dengan mendapatkan gerombolan ikan sasaran dan atau memperoleh dari rumpon, hal ini masih banyak dilakukan oleh nelayan pada siang hari. Sebenarnya cara ini kurang efisien dibandingkan dengan cara mengumpulkan atau membentuk gerombolan ikan terlebih dahulu pada malam hari dengan menggunakan lampu atraktor.
            Pengoperasian pukat cincin dengan memanfaatkan sistim lampu, dimulai dengan penyalaan lampu atraktor (lampui merkuri, lampu neon/TL, atau lampu minyak tekan) segera setelah hari gelap, selanjutnya akan terbentuk gerombolan ikan, dimana kepadataan ikan pelagis yang lebih besar mulai terlihat dalam bentuk individu sampai  menjadi bentuk gerombolan setelah 2 - 8 jam dan pembentukan gerombolan ikan akan lebih cepat apabila dibantu dengan babasan dari rumpon.

Apabila gerombolan ikan sudah terbentuk pada lampu atraktor, gerombolan ikan ini dipindahkan ke lampu pelampung (atau lampu dalam air) dengan cara mematikan lampu atraktor dan dibiarkan hanyut untuk sementara sebagai persiapan pengoperasian jaring. Dengan mengendalikan lampu pelampung pada posi yang ditentukan, jaring tersebut ditebarkan dari posisi yang tepat dengan sebuah pelampung sebagai tanda ujung (yang sekaligus sebagai ujung tali kerut), dengan memutar atau haluan kanan dengan waktu yang diperlukan selama 200 detik untuk sampai pada posisi semula. Jaring dibiarkan pada posisi membentuk dinding silinder, dimana untuk memperoleh posisi yang seimbang sesuai dengan waktu yang diperlukan untuk tenggelamnya  jaring yaitu selama 147,8 detik. Tahap berikutnya, melalui pelampung tersebut tali kerut dapat ditarik dengan alat bantu kapstan dengan kecepatan tarik 216,07 meter/menit, tetapi untuk menutup bagian bawah jaring diperlukan waktu rata-rata 3 menit karena faktor posisi jaring yang harus diperhatikan. Selanjutnya diteruskan penarikan jaring agar ikan yang terkurung dapat terkonsentrasi pada bagian kantong dan waktu yang diperlukan untuk itu selama 9 menit.
Apabila ikan sudah terkumpul pada bagian kantong, dilakukan pencidukan/pengangkatan ikan hasil tangkapan, serta tahap akhir adalah penataan jaring kembali untuk siap dioperasikan untuk ini diperlukan waktu selama 17 menit. Sebagai perbandingan, apabila penarikan tali kerut dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia, diperlukan waktu penarikan tali kerut selama 10 menit.
                        Faktor keberhasilan dalam pengoperasian pukat cincin adalah pemakaian taktik yang tepat, berkaitan dengan pengaruh arus, angin dan gerakan ikan sasaran
Berdasarkan ilustrasi dapat dijelaskan sebagai berikut :

a).    Faktor dominan oleh arus, kedudukan sarana apung pada saat awal tebar jaring dan setelah pelingkaran selesai, kembali berada di atas arus.

a).    Faktor dominan oleh angin, kedudukan sarana apung pada saat awal tebar jaring dan setelah pelingkaran selesai, kembali berada di bawah angin.

 

a).    Faktor dominan oleh arah gerakan ikan sasaran, sarana apung muliai melingkarkan di samping gerombolan ikan dan melingkar menghadang arah gerakan gerombolan ikan sampai pada akhir melingkarkan jaring kembali pada titik awal tebar jaring.



IV. PENANGANAN HASIL TANGKAPAN
           
            Sumberdaya ikan pelagis kecil yang tertangkap dengan menggunakan alat penangkap ikan pukat cincin ini antara lain :
Selar bentong (Selar crumenopthalmus)                     Bigeye scad
Sembulak, Sardin (Sardinella sirm)                            Spotted sardine
Teri (Stolephores commersonii)                                  Anchovies
Lemuru (Sardinella longiseps)                                    Indonesian oil sardine
Japuh (Dussumieria acuta)                                         Round herring
Kembung perempuan (Rastrelliger nelectus)  I           ndo pacific short bodied mackerel
Kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)                    Striped mackerel
Selar kuning (Selaroides leptolepis)                            Yellowstripe trevally
Sunglir (Elagatis bipinnulatus)                                    Rainbow runner
Tembang (Sardinella fimbriata)                                  Fringescale sardine
Tenggiri (Scomberomorus commersonii )                   Spanish mackerel
Julung-julung (Hemirhampus far)                               Barred garfish
Layang (Decapterus russelli)                                      Mackerel scad
Tongkol (Auxis thazard)                                              Frigate mackerel
Cumi-cumi (Loligo sp.)                                               Squid
Blekutak (Sepia sp.)                                                    Squid

            Penanganan ikan hasil tangkapan dilakukan sesegera mungkin untuk mempertahankan ikan agar tetap kondisi segar sampai di tempat pendaratan atau penjualan. Hal ini memungkinkan melalui prasyarat bahwa palka ikan harus mempunyai insulasi yang cukup dan trip pelayaran tidak terlalu lama serta dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

a).    Ikan yang sudah tertangkap dan dikonsentrasikan pada bagian kantong, dan dilakukan pencidukan dengan menggunakan ciduk yang telah disiapkan. Hanya pada kondisi tertentu ikan hasil tangkapan ini perlu dicuci, karena biasanya ikan yang tertangkap dalam keadaan bersih.
b).   Hasil tangkapan biasanya dominan pada salah satu jenis ikan, sehingga ikan jenis lain dipisahkan, terutama pada jenis ikan yang mempunyai harga berbeda dengan yang lainnya.
c).    Ikan hasil tangkapan sesuai dengan jenisnya dimasukkan dalam keranjang atau basket dan dilakukan peng - Es -an secukupnya didalam palka ikan.
d).   Es yang terbaik diberikan dalam keadaan curai dengan perbandingan antara ikan dan es 1 : 1.
e).    Penyusunan basket atau keranjang sedemikian rupa sehingga tidak saling menumpuk yang dapat menyebabkan ikan hasil tangkapan tergencet rusak.
f).    Pada palka yang memungkinkan, dimana kondisi kedap air dan terbagi dalam bagian-bagian kecil, akan menghasilkan ikan berkualitas baik bila dilakukan dengan cara pemberian air laut dan es, sehingga secara individu masing-masing ikan terbungkus air es yang cukup aman dari perubahan kualitas.

V. PERAWATAN ALAT PENANGKAP IKAN

 
            Perawatan alat penangkap ikan pukat cincin ini ditujukan agar alat tersebut mempunyai umur ekonomis yang panjang, hal ini mengingat bahwa alat penangkap ikan ini mempunyai harga yang cukup mahal. Secara khusus alat penangkap pukat cincin perlu dilakukan perawatan dan pemeliharaan, antara lain :

A.    Perawatan
Segera dilakukan perbaikan walaupun sekecil apapun terhadap kerusakan yang dialami setelah dioperasikan, hal ini dimulai pada saat pengangkatan jaring (hauling), dimana setiap awak kapal harus memperhatikan alat yang ditangani, bila terjadi kerusakan misalnya ditemui jaring yang robek maka segera diberi tanda atau diikat dengan tali berwarna (tali rafia), demikian juga terhadap bagian-bagian lain kemudian disusun sedemikian rupa sehingga sehingga bagian yang rusah dapat terjangkau untuk dilakukan perbaikan tanpa mengganggu susunan alat penangkap ikan untuk siap dioperasikan. Pada bagian tali ris merupakan tumpuan kekuatan alat ini, sehingga setiap kondisi atau keadaan tali yang diperkirakan akan mudah putus harus segera dilakukan perbaikan.
Alat penangkap ikan ini disusun kembali untuk siap dioperasikan, terutama yang perlu diperhatikan adalah bagian cincin dan tali kerut agar tidak membelit yang dapat mengakibatkan timbulnya kesulitan pada saat setting atau tebar jaring.

B.     Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan terhadap alat penangkap pukat cincin terutama setelah dianggap kegiatan operasional selesai dan diperlukan waktu beberapa hari perjalanan kembali dan atau selama dipangkalan. Pada pengangkatan (hauling) jaring terakhir, jaring harus bebas dari ikan-ikan yang menyerang (menempel) pada jaring termasuk sampah-sampah yang dapat menyebabkan kebusukan di dalam tumpukan jaring. Apabila hal ini sampai terjadi, maka kebusukan tersebut secara kimiawi akan merusak bagian jaring dan atau mengundang hewan pengerat yang dapat merusak bagian jaring. Setibanya di darat dilakukan pencucian, kemudian diperanginkan sehingga kering dan selanjutnya ditutup dengan terpal dan diikat.


Demikian juga pada saat hauling perlu adanya perhatian setiap perubahan pada setiap jengkal bagian jaring, apabila terjadi kerusakan, pada bagian tersebut diberi tanda, misalnya tali rafia dengan warna mencolok untuk memudahkan pencarian bagian tersebut pada saat perbaikan.
Secara berkala setiap 3 (tiga) bulan alat penangkap pukat cincin ini perlu digelar di lapangan terbuka sehingga awak kapal dapat lebih teliti memeriksa bagian-bagian yang seharusnya mendapat perbaikan atau mengganti bagian-bagian yang sudah aus.


 

DAFTAR PUSTAKA


Anonimous. 1991. Perikanan Pukat Cincin. Dalam Himpunan Paket Teknologi Perikanan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan badan Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Departemen Pertanian.

AL. Fridman, FAO, 1988, Calculations for Fishing Gear Design

Ayodhyoa, 1985 Fishing Methode. Diktat Kuliah Teknik Penangkapan Ikan. Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi. Institut Pertanian Bogor.

J.Prado and PY.Dremiere, 1991, Fisherman’s Workbook

Soemarto. 1960. Craft and gear utilised in the sardine Fishing at Muncar, Indonesia. Dalam Beu Yami. 1976 Fishing with Light FAO - UNO. Fishing News Books Ltd.

Subani, W HR Borus. 1988/1989. Alat Penangkap Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut. Badan Penelitian dan Pengembangan Petanian Departemen Pertanian Jakarta.

Yami, B. 1976. Fishing With Light. FAO Fishing Manual. Food and Agriculture Organization of the United nations. Fishing News Books. Surrey, England.

Yusuf, N 1978. Perkembangan Pukat cincin di Pemalang Khususnya umumnya di Perairan Utara Jawa Tengah. Simposium Modernisasi Perikanan Rakyat.
Lembaga Penelitian Perikanan Laut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar