Minggu, 07 September 2014

PEMBENIHAN IKAN HIAS CORYDORAS




1. Pendahuluan
Corydoras merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang banyak diminati pecinta ikan hias dan mempunyai peluang ekspor. Selain digunakan sebagai ikan hias air tawar, juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kosmetik di negara maju.
Walaupun ikan ini berasal dari Amerika Selatan, tetapi sejak lama telah berhasil dibudidayakan di Indonesia. Ikan ini dikenal mudah pembudidayaannya.
2. Ciri Morfologi
Bentuk tubuh pendek dan gemuk, punggung lebih melengkung dibandingkan dengan perut, kedua sisi ikan dilengkapi dengan lempengan seperti tulang yang tersusun dalam dua baris, mempunyai dua pasang kumis yang terletak di rahang atas dan rahang bawah serta ukuran tubuh dapat mencapai 12 cm.
Ikan Corydoras dapat dibudidayakan di kolam yang kandungan oksigen di dalam airnya rendah. Kondisi lingkungan cocok untuk jenis ikan ini adalah: pH 6-8, suhu 21.5 - 28 ÂșC.


Gambar : Ikan Corydoras
3. Prasarana dan Sarana
Dalam pemeliharaan ikan Corydoras diperlukan sarana berupa bahan dan alat, antara lain :
a)    Induk ikan Corydoras betina dan jantan
b)    b. Wadah pemeliharaan berupa :
~ Bak pemeliharaan induk jantan dan betina secara masal, sekaligus sebagai tempat pemijahan, atau akuarium yang berukuran 60 x 40 x 40 cm.
~ Bak pemeliharaan larva dan benih secara masal
c)     Pakan
~ Pakan induk berupa cacing tubifex atau Chironomous serta jentik nyamuk.
~ Pakan larva berupa nauplii artemia
~ Pakan untuk pembesaran ikan Corydoras hingga siap dipasarkan adalah cacing tubifex.
4. Kegiatan Operasional
4.1 Pemeliharaan Induk
Ikan Corydoras mulai dapat dipijahkan minimal pada umur delapan bulan. Pakan yang terbaik diberikan pada masa pemeliharaan induk adalah pakan yang banyak mengandung zat chitin seperti larva nyamuk yang baik untuk perkembangan telur. Selain itu karena Corydoras bersifat 'bottom feeder' maka ikan ini lebih responsif pada jenis makanan seperti cacing tubifex atau chironomus.
Cara termudah untuk membedakan jenis kelamin adalah dengan melihat bentuk tubuh. Ikan jantan mempunyai bentuk tubuh seperti terpedo, bagian dari belakang insang meruncing hingga ke ekor. Tubuh lebih langsing dan ukurannya lebih kecil daripada betina, dan sirip dorsal ikan jantan terlihat lebih runcing. Tubuh ikan betina berukuran lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan, dan perutnya yang tampak membundar berisi telur.


4.2. Pemijahan
Pemijahan dilakukan secara masal di bak semen, bak fiber atau akuarium dengan perbandingan induk jantan : betina l : 2-4. Penggantian air dilakukan setiap hari, untuk menjaga kualitas air media pemijahan.
Corydoras mempunyai tipe bertelur dengan menempelkan telurnya pada suatu substrat yaitu : lempengan kaca, potongan paralon (PVC), ubin keramik atau lempengan batu.
Ikan Corydoras mengeluarkan telurnya secara parsial, sehingga setiap hari dapat ditemukan substrat yang ditempeli telur. Setiap induk mampu menghasilkan 200 - 350 butir telur. Selanjutnya substrat yang dipasang diambil untuk ditetaskan pada wadah penetasan telur.
4.3. Penetasan telur
Telur yang menempel pada substrat selanjutnya ditetaskan di dalam akuarium . Telur akan menetas dalam waktu ± 3 hari (72 jam). Selama penetasan telur, media pemeliharaan diberi obat anti jamur antara lain methylene blue 0.1 ppm. Derajat penetasan telur berkisar 60-70%. Larva ikan Corydoras dipelihara di akuarium tersebut sampai berumur tujuh hari dengan pemberian pakan berupa nauplius artemia.
4.4. Tahap Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan pada wadah berupa fiber glass atau bak semen sampai ukuran S (Small=kecil) dengan padat penebaran 20-30 ekor/liter. Selama satu Bulan mencapai ukuran M (Medium=sedang) yaitu dengan padat penebaran 10-15/liter dan siap untuk dipasarkan.
Pemeliharaan selanjutnya lebih diarahkan ke pengadaan calon induk, karena biasanya pada ukuran L (Large=besar) permintaan pasar cenderung menurun. Padat penebaran pada masa pemeliharaan dari ukuran M ke ukuran L adalah 5 ekor/liter. Pakan yang diberikan selama pemeliharaan ikan sampai siap dipasarkan berupa cacing tubifex.

4.5. Pengelolaan Kesehatan Ikan
Beberapa jenis parasit yang sering menyerang ikan Corydoras ini adalah : Trichodina sp, Epistylis, Glossatella sp dan Chillodonella sp. Sedangkan bakteri yang menyerang biasanya merupakan infeksi sekunder yang terjadi akibat luka karena penanganan, atau serangan parasit yang mengakibatkan terjadinya luka. Jenis bakteri yang ditemukan adalah Aeromonas hydrophilla.
Pengobatan yang dilakukan untuk penyakit parasit adalah menggunakan formalin 25 ppm, garam 500 ppm. Sedangkan untuk penyakit bakterial menggunakan Oxytetracycline 10 ppm dengan cara perendaman.

Selasa, 02 September 2014

BUDIDAYA IKAN DISSCUS LENGKAP DENGAN ANALAISA USAHA



I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Indonesia yang dijuluki sebagai Negara maritime yang mempunyai wilayah perairan lebih luas dibanding dengan luas daratan. Termasuk di dalamnya adalah perairan tawar. Banyak potensi yang dapat dikembangkan, salah satunya adalah ikan hias air tawar. Banyak jenis ikan air tawar yang memiliki prospek dan nilai ekonomis yang cukup tinggi, baik di pasar local ataupun di pasar internasional. Salah satu jenis ikan hias air tawar yang memiliki peluang yang cukup cerah dan banyak digemari konsumen adalah ikan Diskus.
Diskus (Symphysodon diskus) yang dijuluki raja ikan hias air tawar dan banyak para hobiis memberi julukan “ The King Of Akuarium ”. Dikarenakan pengemarnya yang banyak dan bentuk tubuh serta warnanya yang indah. Ikan ini telah memulai perjalannya dari habitat aslinya ke aquarium para penggemar nya di seluruh dunia. Ikan diskus bukan asli ikan indonesi, aslinya ikan ini berasal dari sungai Amazon, Brazil yang terkenal kaya akan beragam species tumbuhan dan binatang dan Rio Negro, Peru, dan Columbia. Dulunya di Negara tersebut dikonsumsi sebagai pangan seperti layaknya ikan-ikan lain.

Diskus adalah salah satu ikan hias air tawar yang banyak peminatnya. Dari kelas kelas bawah sampai kelas atas menyukai ikan ini, karena mempunyai bentuk tubuh pipih dan agak membundar seperti cakram, mempunyai warna dasar tubuh yang menarik dengan garis-garis berombak beraneka ragam tak teratur mulai dari dahi sampai ke samping perut, selain itu terdapat garis-garis hitam vertical yang berjajar dari mata sampai ke pangkal ekor. Diskus termasuk ikan bertubuh cantik dan mampu menyaingi corak dan warna ikan laut. Dikalangan pembudidaya ikan hias, ia dikenal sebagai penyabar yang suka mengalah, damai adalah kesukaannya. Itulah alasannya mengapa lebih senang dipelihara tersendiri. Jenisnya bermacam-macam, pasarannya pun cukup bagus. Tidak hanya itu ternyata diskus juga mempunyai kebiasaan memijah yang unik. Tidak heran banyak orang penasaran ingin bisa memijahkannya. Oleh karena itu dengan adanya mata kuliah pembenihan kami mencoba memaparkan tentang budidaya ikan Diskus dalam sebuah makalah yang di susun dari berbagai studi literature.

1.2 Tujuan
Pembuatan makalah ini betujuan untuk :
a.    Mempelajari teknik pembenihan ikan diskus
b.    Mengetahui kelebihan budidaya Ikan diskus secara financial






II. MENGENAL IKAN DISKUS

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Diskus
Mengenai klasifikasi Ikan Diskus, ada sedikit perdebatan dari para ahli dan banyak orang mengklaim berdasarkan tempat asal, warna dan bentuk luarnya. Beberapa ahli perikanan berpendapat, terdapat dua speseis diskus yang asli, yaitu : Symphysodon discus dan Symphysodon aequifasciata. Spesies pertama berdiri tunggal, sedangkan yang disebutkan terakhir mempunyai beberapa sub spesies. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa semua diskus harus dimasukan dalam saut grup yang sama, Symphysodon.
Menurut sistematikanya, ikan diskus digolongkan sebagai berikut:
Ø  Ordo               : Percomorphodei
Ø  Sub                 : Percoidea
Ø  Family            : Cichlidae
Ø  Genus                        : Symphysodon
Ø  Species          : Symphysodon discus
Ø  Nama lokal    : Diskus
Ikan yang berbentuk seperti kue dadar ini di lengkapi dengan keindahan warna dan bentuk tubuhnya. Jika pada umumnya ikan hias mempunyai bentuk tubuh memanjang, diskus tidaklah demikian. Bentuk diskus unik seperti cakram atau kue dadar. Warnanya sangat unik dan menarik sesuai dengan strain dan keturunannya. Untuk lebih jelasnya secara morfologi dapat dilihat pada Gambar 1.
 








Gambar 1. Morfologi ikan diskus

2.2. Habitat dan Penyebarannya
Habitat alami ikan discus adalah air tergenang, aliran airnya lambat, dangkal, bersih dan umumnya berada didaerah sungai dan danau yaitu di daerah Sungai Amazon di Brazilia, Colombia, Peru dan Venezuela. Discus hidup pada air ber pH 5 – 6 dengan kesadahan 10 – 30 ppm dan suhu 28 – 30 oC, dan kandungan oksigen terlarut ≥ 5 ppm,  tetapi ikan diskus bisa toleran sampai 2 ppm.

2.3. Jenis-Jenis Diskus dan Strainnya
Ada empat jenis diskus yang berlainan, yang sering di temukan di perairan alamnya. Penyebarannya di alam aslinya dari keempat jenis  diskuks ini tidak sama. Dari keempat jenis diskus inilah didapatkan diskus strain baru, hasil tangan-tangan ceketan pembudidaya ikan diskus di luar negeri.
Adapun jenis-jenis diskus yang ditemukan di alam, yang oleh orang awam didaulat sebagai diskus asli, adalah diskus yang mempunyai ciri-ciri seperti di bawah ini :
Symphysoodon aequifasciata aequifasciata Pellegrin
Ikan ini dikenal di kalangan eksportir ikan hias sebagai Green Diskus. Green diskus mempunyai dua tipe. Yang pertama disebut  Teffe Green sebab ia berasal dari danau teffe dekat Amazon. Warna dasar Teffe Green coklat tua (merah) hingga kuning keemasan. Di sekujur tubuhnya di hiasi garis berwarna hijau muda dan hijau tua yang memanjang. Pada sirip-siripnya dihiasi warna merah pada pnggirnya.Tipe kedua dikenal sebagai Peruvian Green mempunyai warna yang kurang cerah. Warna dasarnya sama dengan tipe pertama, merah kecoklatan hingga keemasan. Sirip-siripnya pun di hiasiwarna merah pada pinggirnya. Hanya saja pada sekujur badannya masih di hiasi dengan bintik-bintik merah. Diskus ini dikenal sebagai diskus  yang terkuat dari diskus liar. Pertama kali dikumpulkan dari daerah Peru. Green Diskus mampu tumbuh hingga Panjang total badannya mencapai 30 cm.
Symphysodon discus (Heckle)
Diskus heckle sering disebut sebagai Red Discus atau  Poumpadour Discus. Namun tidak jarang orang memanggilnya sebagai Heckee Discus  atau Poumpadour Fish. Ikan ini pertama kali ditemukan oleh Dr. Johan Heckel pada tahun 1840 di Rio Negro dekat Manaus, Brazil. Untuk mengabadikannya, maka ikan ini mempunyai panggilan akrab Heckel diskus, sedangkan nama ilmiah diberikan oleh penemunya adalah Symphysodon discus. Garis-garisnya berombak tidak teratur, yang mulai dari dahi sampai perut. Pada keseluruhannya badannya dipotong-potong oleh garis berwarna hitam. Dari Sembilan buah garis yang ada, tiga di antaranya tampak jelas. Sedangkan lain-lainnya hanya tampak samar-samar. Dengan matanya yang tampak selalu merah itu, diskus ini dapat dengan mudah untuk dibedakan dengan kerabatnya. Jenis ini hanya dapat mencapai panjang total 15 cm.
Symphysodon aequifasciata axelrodi
Jenis yang ketiga ini adalah Symphysodon aequifasciata Laxelrodi  yang dikenal sebagai Brown Dicus.  Suku kata terakhir dimaksudkan untuk mengenang Dr. Herbert R. Axelrod yang telah banyak  jasanya dalam pengembangan budidaya diskus. Warna dasar tubuhnya cokelat tua sampai gelap, dengan 9 buah garis vertical memotong sekujur badannya, tidak ketinggalan kepalanya. Garis biru terlihat memanjang dari dahi kepunggung hiongga mencapai sirip ekor, dan diakhiri dengan warna merah. Ikan ini dating dari Belem di muara sungani Amazon. Panjang total tubuhnya mencapai 13 cm.
Symphysodon aequifasciata haraldi
Jenis terakhir adalah Symphysodon aequifasciata haraldi yang dikenal sebagai Blue discus. Menurt sumber yang layak dipercaya dari keempat jenis dikus yang asli, Blue Diskuslah yang mempunyai warna lebih menarik. Pertama kali ditemukan dekat Manaus. Sekujur tubuhnya ditutupi oleh garis-garis pendek berwarna biru, dengan kekecualian pada sirip dubur dan punggung tepinya berwarna merah. Ikan ini dapat mencapai panjang total 20 cm, dengan kematangan kelamin terjadi pada ukuran setengahnya.
Diskus Strain Baru
Seperti  telah disinggung di atas, selain disku asli akuarispun telah berhasil mendapatkan anakan diskus baru. Diskus baru ini mempunyai sifat-sifat unggul, baik warnanya maupun ketahanannya terhadap penyakit.
Di antara diskus hasil persilangan para akuaris ini ada yang mempunyai warna lebih cantik dibandingkan dengan diskus aslinya. Sedikitnya ada13 strain yang sempat tercatat sebagai ikan yang berhasil mereka ciptakan. Berikut ini namanya dan cirri-ciri khususnya.
Powder Blue
Keturunan ini pertama kali berhasil dikembangkan oleh Mack Galhbreath dari Fresno, California. Antara jantan dan betina mempunyai warna yang agak berbada. Ikan jantan  berwarna cerah, biru muda, sedangkan ikan betina berwarna kurang cerah. Pada wajahnya dihiasi garis-garis biru, sedangkan siripnya merah. Warna dasarnya merah kecokelatan.


Turquoise Discus
Ikan ini dikembangkan olehJack Wattely, salah  seorang peternak di Florida. Merupakan satu strain yang terindah di dunia. Setelah kurang lebih 10 tahun bergelut dengan berbagai kesukaran, akhirnya Wattely pada tahun 1969 memperkenalkan untuk pertama kalinya diskus hasil persilangannya.Diskus ini merupakan hasil kawin silang dari Royal Blue dari akuarium dengan ikan-ikan liar di dapat dari Teffe (Teffe Green). Warna dasar turquoise cokelat muda dengan garis hijau biru memanjang di tubuhnya. Sirip dan matanya berwarna merah, dengan pupil mata yang lebih kecil dibandingkan dengan jenis diskus yang lainnya.
Red Gypsi (Red Discus)
                  Merupakan varietas yang berwarna indah. Mereka pertama kali ditangkap di perbatasan Peru-Bolovia dan dikembangkan di Jerman Barat. Warna dasarnya cokelat kemerahan dengan sirip merah menyala. Beberapa ikan diskus ini kelihatan  merah pada saat baru ditangkap dari alam. Menurut sumber yang pantas dipercaya, warna ini disebabkan oleh warna buah tropis yang jatuh ke dalam air, sehingga menambah warna merah pada smua ikan di sekitarnya. Ikan diskus yang terkena pengaruh buah ini akan luntur warnanya setelah dipelihara, dan normal seperti semula.


Briliant Turquisoe
                  Merupakan satu di antara banyak strain diskus di Amazon. Warna tubuhnya biru tirus. Sirip punggung dan ekor berwarna merah oranye. Ikan ini konon merupakan strain dari diskus bergaris hijau.
Blue Mask (Blue Face)
Strain hasil persilangan Brown dan Blue. Tanda-tanda khusus pada badannya antara lain adanya garis biru memanjang dari muka hingga sirip ekor. Dibandingkan dengan betina, ikan jantan mempunyai badan lebih indah. Namun kadang kala pada mukanya tidak terdapat garis biru. Yang jelas dengan polesan warna merah pada tepi siripnya, ikan ini patut diperhitungkan.
Hongkong Blue
Strain hasil persilangan Green dan Brown. Jantan mempunyai garis-garis dari wajah, sirip punggung dan ekor, meskipun hanya sedikit. Ikan yang betina terlihat mirip Brown, tetapi mempunyai sedikit warnabiru pada sirip punggung dan ekor.
Royal Blue
Ikan ini didapatkan dari pejantan Blue yang dominan di antara gerombolan diskus liar. Biasanya menemukan pejantan yang demikian itu cukup sulit, di antara 100 ekor paling banyak hanya terdapat seekor. Penjantan yang demikian biasanya dipakai untuk menghasilkan strain baru. Warna dasar  badannya serupa pohon mahoni dengan garis biru memanjang pada badannya, dengan kombinasi sirip bertepi merah.
Solid Blue
Strain yang mempunyai tepi sirip berwarna merah. Merupakan ikan cantik dikembangkan oleh Dr. Edward Schmidt-Focke dari diskus kepunyaan Jack Wattely.
Cobalt (Hackel royal blue)
Ikan mempunayai warna dasar serupa pohon mahoni bergaris biru-ungu di sekujur tubuhnya, dengan sirip berwarna merah. Strain ini pertama kali dikembangkan oleh  Dr. C.V. Wall dari California.
Heckel Brown (Pompadour Discus)
Strain yang merupakan hasil silangan ini mempunyai garis vertical sebanyak 3 buah sehingga cirri diskus menjadi hilang. Kadangkala di badannya teerdapat sedikit warna biru, juga di siripnya.
Blue Brown Heckel Discus
Ikan ini sepintas mirip diskus biru, hanya saja tanpa adanya garis vertical sebanyak 3 buah yang menjadi cirri utamanya. Mempunyai garis biru muda di tubuhnya yang amat menarik. Dari wajahnya hingga ekornya kadang puladihiasi dengan warna gelap, berupa garis-garis.
LoBue albino Disccus
      Strain yang ditemukan dan dikembangkan oleh Len dan silvia di Kalifornia, dari kumpulan Royal Blue. Sangat beruntung sekali mereka karena yang bentuk  begini ada sepasang. Setiap pasangan memijahselalu menghasilkan albino lagi, sedangkan yang lainnya berwarna biasa. Diskus ini benar-benar istimewah dan di akui paling menarik di antara sesamanya. Mata merah jambu sungguh sangat indah dengan badan berwarna putih yang dihiasi dengan garis-garis berwarna merah jambu.
Lon-Fin-Blue Face Red
Didskus strain ini mempunyai sirip panjang dan dikembagngakn di daerah asia. Sirip panjang ini pada beberapa ikan akan rontok.












III. PEMIJAHAN DISKUS

3.1. Merawat Calon Induk
Calon induk ikan diskus dirawat dan dipelihara di akuarium. Untuk akuarium dengan berkapasitas 135 L atau yang berukuran 80 x 40 cm dapat diisi calon induk sebanyak 24 ekor diskus yang menginjak remaja. Seleksilah calon induk dengan sungguh-sungguh, kare
ena nantinya generasi inilah yang diharapkan dapat memberikan keturunan unggul. Adapun criteria calon induk ikan diskus yang baik yaitu: Pertama calon induk harus sehat, sisik tersusun rapi, sirip tidak cacat di tunjang dengan bentuk yang bulat. Gerakannya wajar, tidak menyentak-nyentak ataupun terlalu lamban. Mata menonjol wajar, tidak melotot.
jika remaja diskus ini dipilih di antara kawannya, maka pastikanlah bahwa pilihan jatuh pada  remaja diskus yang paling bongsor. Dengan kriteria sederhana ini diharapkan bakal kita peroleh induk-induk yang produktif, yang bukan saja menghasilkan anak yang banyak, namun juga mampu tumbuh wajar.
                        Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari dengan cacing sutra ataupun dengan jentik-jentik nyamuk. Makanan alami yang masih hidup ini harus dibersihkan dahulu sebelum diberikan kepada diskus. Hal ini dilakukan untuk menghindari bibit penyakit. Selain itu akuarium perlu dibersihkan 3 hari skali untuk membuang sisa makanan dan kotoran yaitu dengan cara cukup disifon dengan menggunakan selang .
                  Akuarium pemeliharaan ini sebaiknya dilengkapi dengan filter sudut, selain dengan aerator yang secara rutin mengeeluarkan gelembung udara.  Untuk mengetahui suhu air setiap saat dipasang thermometer, sehingga dapat diambil langkah pencegahan sedini mungkin jika terjadinya kenaikan suhu maupun penurunan suhu secara drastis.
3.2. Seleksi Induk
                        Berbeda dengan ikan lain, seleksi induk harus dilakukan seketat mungkin. Seleksi induk secara sembrono akan mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit. Andaikan saja usaha pembenihan diskus ini hanya bersifat coba-coba dengan memelihara beberapa induk saja, seleksi induk harus tetap dilakukan secara sungguh-sungguh. Akibat langsung dari seleksi yang asal-asalan tidak lain adalah kegagalan.
            Membedakan kelamin diskus dapat dilihat dari bentuk mulut dan hidung. Pada diskus dewasa, betina mempunyai bibir yang simetris, sama besar antara bibir atas dan bibir bawahnya. Sedangkan jantan, bibir atasnya lebih menonjol. Jika melihat hidungnya, maka jantan mempunyai bentuk hidung agak bengkok, dan ujung sirip punggunya meruncing.
            Jika dilihat warna badan, maka akan terbuktilah induk jantan mempunyai badan yang lebih berwarna-warni dibandingkan dengan yang betina. Selain itu warnanya menyebar keseluruh tubuh, ini dapat dibuktikan terutama pada Green diskus. Betina Green mempunyai sedikit warna pada wajah dan badannya sedangkan jantan berwarna cerah seluruhnya.
            Melihat gerakannya, rata-rata jantan mempunyai gerakan reflek lebih dominan dibandingkan dengan betina. Ini akan terlihat dari responnya menerima makanan. Jika kita berikan makanan kedalam akiuarium, jantan akan menunjukan ketangkasannya dengan mencapai makanan lebih dulu.           
Cara yang di anggap paling tepat untuk membedakan jantan dan betina dengan cara melihat langsung alat reproduksi masing-masing induk. Karena alat kelamin ini tidak berapa besar, jalan satu-satunya dengan menggunakan kaca pembesar. Ikan jantan mempunyai alat kelamin agak runcing, sedangkan yang betina berbentuk lebar dan bulat.
            Di dalam akuarium pemeliharaan biasanya mereka akan memilih sendiri pasangannya lalu memisahkan diri dari kelompoknya. Pasangan inilah yang kita ambil untuk dijadikan induk. Untuk merawat induk diskus digunakan akuarium yang berkapasitas 90 l atau Akuarium yang berukuran 70 x 40 x 35 cm, dengan akuarium yang berukuran ini memudahkan kita untuk membersihkan dan mengganti airnya.














Gambar 2. Induk diskus yang sudah berpasangan
Antara spesies yang satu dengan lainnya, waktu yang di perlukan untuk mencapai kematangan kelamin tidak sama. Brown misalnya, memerlukan paling sedikit 12 bulan sebelum bertelur. Lain dengan Blue Green yang rata-rata membutuhkan waktu 18 bulan. Sedangkan Heckel membutuhkan waktu antara 15-20 bulan sebelum mau bertelur. Silangan diskus dari berbagai spesies rata-rata membutuhkan waktu 18 bulan.
            Untuk menjamin ketersediaan oksigen dan menguapkan karbondioksida kedalam akuarium dimasukkan aerator. Selain itu juga diberikan heater untuk menjaga kesetabilan suhu yang dikehendaki. Sebaiknya heater ini dipasang pada sisi belakang akuarium jangan sampai mengganggu gerakan dan penglihatan diskus. Dan jangan lupa memasang thermometer di dalam akuarium guna untuk memudahkan dalam pengecekan suhu.
3.3. Lokasi Akuarium
            Carilah tempat yang tenang, namun menerima cahaya cukup dan sirkulasi udara lancar. Hindarkan penempatan akuarium di tempat yang banyak dilewati orang. Jika ingin membudidaya akan diskus secara besar-besaran memang sebaiknya dicarikan lokasi yang memadai, lapang dan terhindar dari keberisikan. Kebiasaan melempar segala macam makanan kedalam akuarium sebaiknya ditinggalkan. Gerakan yang mengagetkan apalagi dilakukan dengan cepat akan membuat diskus ketakutan dan nervous. Bila akuarium ditempatkan satu-persatu, bukan disusun dalam rak khusus, sebaiknya diskus diletakkan pada ketinggian 120 cm dari lantai. Upaya ini dilakukan untuk memberi kesempatan diskus dapat melihat orang di depannya agar diskus terbiasa dengan lingkungan di sekitarnya. Bila akuarium disusun dalam rak, untuk deretan akuarium yang paling bawah boleh berada 1 m dari dasar lantai.

3.4. Proses Pemijahan
Induk Ikan Diskus yang sudah berpasangan dipisahkan dan ditempatkan dalam aquarium pemijahan. Dalam 3-10 hari kemudian biasanya proses perkawinan mulai berlangsung. Pasangan induk diskus saling berenang mengitari pasangannya, pada saat tersebut warna diskus akan terlihat sangat intens, sirip-sirip mengembang penuh dan matanya terlihat berbinar, kemudian mereka akan menentukan tempat bertelur berupa pipa PVC, pot bunga atau pecahan-pecahan genting atau keramik. Sebelum proses perkawinan berlangsung biasanya induk diskus secara bersama akan membersihkan substrat (tempat menempelnya telur). Setelah itu pasangan diskus akan mulai meletakan telurnya, setelah telur pertama diletakkan, diskus jantan akan membuahinya selama beberapa jam, induk yang dipersiapkan dengan baik, rata-rata akan menghasilkan 100-200 butir telur. Terkadang mencapai 300-400 butir, tetapi ada juga yang hanya menghasilkan 50-75 butir.










Gambar 3. Induk Diskus yang Sedang Melekatkan Telurnya

Setelah proses pemijahan berakhir, pasangan diskus akan menunggui telurnya, mereka akan mengipasi telur tersebut dengan sirip dada, untuk mencegah adanya kotoran atau spora jamur yang melekat. Selama menjaga telurnya, induk tetap harus diberi pakan dan kondisi aquarium harus terlihat bersih. Dalam waktu 6 hari sejak proses pemijahan selesai, telur akan menetas menjadi larva-larva kecil, yang kemudian akan berkembang menjadi diskus dewasa. Induk diskus dapat dipijahkan kembali setelah satu bulan. Jika telur dipisahkan induk diskus dapat bertelur dalam sebulan 5-6 kali.

3.5. Pemeliharaan Larva
Untuk mendapatkan benih diskus yang berkualitas baik, harus diperhatikan cara penetasan telur dan perawatan larva. Ikan diskus tidak sepenuhnya dapat mengasuh anaknya, ada diskus yang tidak dapat mengasuh anaknya. Hal ini sulit untuk diketahui penyebab utamanya, untuk itu dalam pemeliharaan larvanya diterapkan tiga cara dalam pemeliharaan larva diskus diantaranya adalah :

a. Pemeliharaan larva secara alami
Telur yang dijaga oleh induknya pada saat penetasan. Dua hari setelah menetas larva diskus sudah dapat bergerak meskipun belum terarah. Larva diskus akan menempel pada induk untuk memakan lendir yang dihasilkan induknya hal ini berlangsung selama lima sampai tujuh hari. Kemudian setelah berumur satu minggu mulai diberi makanan hidup berupa naupli Artemia sampai diskus bisa memakan kutu air baru dihentikan dan diganti dengan pemberian cacing darah sampai ikan dewasa atau berumur 1 bulan.

b. Pemeliharaan Larva dengan Inang asuh
Penetasan telur secara buatan dilakukan dengan cara telur dipisahkan dari induknya kemudian telur akan menetas 2 - 3 hari, setelah larva berumur dua hari larva dipindahkan dari akuarium penetasan dengan cara disifon. Ambil ± 5 ekor larva kemudian masukkan kedalam akuarium induk yang sedang mengasuh anaknya yang ukurannya hampir sama dengan larva yang akan dimasukkan. Apabila setelah tiga menit larva tidak dimakan oleh induk tersebut dan dapat menempel pada tubuhnya, maka larva yang lain dapat dimasukkan kedalam akuarium tersebut.








Gambar 4. Induk diskus merawat anaknya.

c. Pemeliharaan larva secara buatan
Larva yang sudah dapat berenang dipindahkan kedalam baskom plastic dengan cara disifon, secara perlahan-lahan larva yang ada dibaskom dimasukkan kedalam akuarium pemeliharaan larva. Pada tahap awal makanan yang diberikan adalah kuning telur yang sudah direbus dicampur dengan Rotifera yang sudah dikeringkan, bila akan diberikan pada larva harus dicampur terlebih dahulu dengan putih telur, agar makanan tersebut lebih lama menempel pada pinggir media pemeliharaan. Makanan diberikan 12 kali sehari atau dilakukan setiap tiga jam sekali selama 2 – 3 hari, hingga larva bisa diberi makan Artemia sampai diskus bisa memakan kutu air baru dihentikan dan diganti dengan pemberian cacing darah sampai ikan dewasa atau berumur 1 bulan dengan ukuran 1-1,5 inci.








Gambar 5. Larva yang dirawat tanpa induk






IV. PENYAKIT DAN PENANGGULANGANNYA

Seperti penyakit ikan pada umumnya, penyakit ikan diskus dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu penyakit non parasiter dan penyakit parasiter.

4.1 Penyakit Non Parasiter
Penyakit non parasiter adalah penyakit yang disebabkan oleh faktor-faktor selain parasit. Biasanya faktor lingkungan dan makanan merupakan penyebab utama timbulnya penyakit tersebut. Penyakit non parasiter yang sering ditemukan menyerang ikan diskus antara lain :
a.    Perut kembung
Penyakit yang biasanya sering di temukan menyerang diskus adalah penyakit yang timbul karena kebanyakan makan. Hal ini mengakibatkan perut ikan menggelembung atau biasa dikenal dengan istilah bloat (bengkak). Jika didiamkan saja, maka akan menyebabkan kematian pada diskus tersebut. Jika bengkak tersebut dikarenakan oleh kelebihan cairan tubuh, maka penyembuhannya dapat menggunakan sebuah tablet Kanulase yang dilarutkan dalam 22,5 l air. Air diganti separuhnya hari selama satu minggu berturut-turut. Selama ikan berada dalam perawatan, seluruh sisi akuarium diberi penutup dengan kertas gelap. Selama itu pula ikan dipuasakan dan suhu air tetap dijaga pada 26 – 270C.

b.    Sembelit
Akibat kebanyakan makan, juga dapat menyebabkan diskus sembelit (konstipasi). Penyakit ini sering dialami oleh diskus muda yang terus-menerus makan. Untuk menyembuhkannya dapat dilakukan dengan memandikan diskus dalam air larutan garam. Diskus tidak diberi makan selama beberapa hari hingga penyakitnya hilang. Untuk menghindari penyakit sembelit ini, maka biasakanlah mempuasakan diskus selama seminggu sekali.

4.2 Penyakit Parasiter
Penyakit parasiter adalah penyakit yang timbul pada tubuh ikan yang disebabkan oleh adanya organ lain (parasit). Di antara penyakit ikan hias air tawar, yang paling banyak menyerang diskus, antara lain :
a.    Bintik putih
Penyakit bintik putih disebabkan oleh protozoa Ichthyoptirius multifiliis. Penyakit yang biasa dikenal dengan nama white spot ini biasa menyerang pada sirip dan insang diskus. Ikan diskus yang terserang akan menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut : bagian yang terserang menunjukkan adanya bintik putih, banyak mengeluarkan lendir, frekuensi pernafasan meningkat, ikan sering berenang di permukaan air untuk menghirup udara langsung, dan warna badannya pucat. Bila ikan masih dapat bertahan maka pertumbuhan badannya akan terhambat. Cara pengobatan untuk penyakit white spot ini adalah :
a.    Larutkan acriflavine 0,001% sebanyak 50 ml ke dalam 22,5 l air bersih. Kemudian ikan direndam ke dalam larutan obat ini selama 10 menit. Pengobatan ini dilakukan selama beberapa hari hingga diskus kelihatan agak membaik.
b.    Larutkan chloramine 1% sebanyak 22,5 ml dalam 22,5 l air bersih. Kemudian ikan diskus yang terserang penyakit direndam selama 24 jam.
b.     Velvet
Hampir sama dengan bintik putih, penyakit velvet pun disebabkan oleh protozoa. amun protozoa yang menyebabkan penyakit velvet adalah dari golongan Oodinium. Parasit ini biasanya menempel di bawah lapisan lendir pada badan ikan, parasit ini mamput berkembangbiak dalam waktu beberapa hari. Ikan yang terserang penyakit velvet di seluruh badannya, termasuk sirip dan insang, berwarna seperti karat. Ikan diskus yang erkena penyakit velvet dapat diobati dengan larutan acriflavine, mercurochrome maupun methelene blue. Cara pengobatannya sama dengan memperlakukan diskus yang terserang bintik putih. Selain ketiga larutan tadi, ada satu jenis larutan lain yang dianggap cukup manjur untuk mengobati penyakit velvet. Yaitu larutan potasium permanganate 1% sebanyak 20 ml yang dilarutkan dalam 20 l air bersih.



V. ANALISA USAHA

Analisa usaha pembenihan ikan diskus dalam 1 siklus (3 bulan) jika telur dirawat oleh induk.
5.1. INPUT
a.    Biaya Tetap
Sewa lahan 1 are x 3 bln @ Rp 150.000                         = Rp    450.000,-
Akuarium 10 buah @ Rp 100.000                                    = Rp 1.000.000,-
Induk Diskus 2 pasang @ Rp 500.000                            = Rp 1.000.000,-
Heater 2 bh @ Rp 45.000                                                   = Rp     90.000,-
Thermometer 1 bh @ Rp 25.000                                       = Rp     25.000,-
Hiblow 1 bh @ Rp 500.000                                                = Rp   500.000,-
Selang aerasi 30 m @ Rp 1.000                                       = Rp     30.000,-
Keran aerasi 1 paket @ Rp 50.000                                   = Rp     50.000,-
Paralon ¾ inchi 2 bh @ Rp 12.000                                  = Rp     24.000,-
Sorok/skop net 2 bh @ Rp 12.000                                    = Rp     24.000,-

b.    Biaya Variabel
Artemia ½ kg @ Rp 400.000                                              = Rp   200.000,-
Cacing sutra 8 liter @ Rp 5.000                                        = Rp     40.000,-
Obat-obatan                                                                          = Rp     50.000,-
Biaya tenaga kerja 1 orang x 3 bln @ Rp 100.000        = Rp   300.000,-
Biaya lain-lain                                                                      = Rp   200.000,-
 Total biaya variable                                  = Rp 790.000,-

c.    Biaya Penyusustan
Akuarim                                                       = Rp   50.000,-
Induk diskus                                              = Rp   50.000,-
Heater                                                            = Rp   11.250,-
Thermometer                                                 = Rp     3.125,-
Hiblow                                                          = Rp   41.666,6
Selang aerasi                                               = Rp     7.500,-
Keran aerasi                                                 = Rp    12.500,-
Paralon                                                          = Rp      3.000,-
Sorok/skopnet                                               = Rp      6.000,-

Total Biaya Penyusustan     = Rp 185.041,6
TOTAL INPUT = Biaya Variable + Biaya Penyusustan + bunga modal
                                = Rp 185.041,6 + Rp 790.000,- + Rp 58.502,4
                                = Rp 1.033.544

5.2. OUT PUT
Dari 2 pasang induk diperkirakan rata-rata menghasilkan 150 ekor/pasang benih siap jual berukuran 1,5 inci dengan harga jual Rp 4 000. Dalam 3 bulan menghasilkan 300 ekor/pasang.
Out put          = 300 ekor/pasang X 2 pasang X Rp 4.000,-/ekor
                        = Rp 2.400.000,-

5.3. Kelayakan Usaha
a.    Laba/Rugi
Laba/rugi       = Out put – total In put
                        = Rp 2.400.000 - Rp 1.033.544
                        = Rp 1.366.456,-

b. O/I Ratio   
O/I Ratio         = Out put / Total In put
                        = Rp 2.400.000,-/ Rp 1.033.544
                        = 2,3
O/I ratio 2,3 artinya adalah setiap menanamkan modal atau setiap in put Rp1,- akan menghasilkan out put 2,3 atau dengan kata lain setiap mengeluarkan modal Rp 1,- akan memperoleh keuntungan Rp 1,3. Berarti usaha pembenihan ikan diskus sangat layak untuk dilakukan.

c. Break Event point (BEP)
BEP unit       = Total Biaya / Harga satuan
                        = Rp 1.033.544,-/ Rp 4.000,-/ekor
                        = 258,386 ekor
Artinya dengan menjual hasil produksi sebanyak 258,386 ekor seharag Rp 4.000/ekor, biaya yang dikeluarkan sudah bias kembalai. Jika dalam realisasinya induk diskus hanya menghasilkan benih jauh melenceng dari perkiraan, minimal menghasilkan 258,386 ekor/2 pasang selama 3 bulan maka usaha pembenihan ikan diskus tersebut tidak rugi dan tidak mendapat keuntung. Berarti untuk memperoleh keuntungan kita harus semaksimal mungkin untuk dapat memproduksi benih lebih 258,386 ekor per satu kali produksi.

BEP harga    = Total Biaya / Total produksi
= Rp 1.033.544,-/ 6200 ekor
= Rp 1.722,573/ekor
Artinya usaha pembenihan ikan diskus ini akan mencapai titik impas pada saat harga jual benih Rp 1.722,573 / ekor. Keuntungan akan diperoleh apabila harga jual benih diskus diatas Rp 1.722,573 / ekor.












VI. PENUTUP

Meskipun pembenihan ikan diskus relatif sulit dilakukan, namun dengan memperhatikan kualitas air, makanan, dan criteria pendukung lainnya dengan baik maka keberhasilan pembenihan ikan diskus ini akan dapat tercapai. Keberhasilan pembenihan ikan diskus harus diikuti dengan persiapan dan ke uletan untuk merawat benih-benih diskus. Karena sifat induk diskus yang berbeda-beda dalam merawat anaknya.
 Dengan melihat  hasil analisa usaha pembenihan ikan diskus ini diharapkan dapat menjadi  suatu prospek usaha perikanan potensial untuk dikembangkan oleh siapa saja yang berminat, dengan mengetahui teknik pembenihan dan cara penanganan benih yang baik. Karena ikan diskus ini merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi baik benih maupun induk, di pasar local maupun pasr internasional.










DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2000. Budidaya diskus dengan inang asuh. Majalah trubus no. 
363 edisi februari. Jakarta.

D. Setiawan. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Penebar swadaya.  
Jakarta.

Indarta, D. 2003. Memelihara dan Membudidayakan Diskus Unggul. Agro
Media Pustaka. Depok.

Lesmana DS, Dermawan Iwan. 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar
Populer. Penebar swadaya. Jakarta

Susanto, H. 1990. DISKUS. Penebar Swadaya, Jakarta.