I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia yang dijuluki sebagai Negara
maritime yang mempunyai wilayah perairan lebih luas dibanding dengan luas
daratan. Termasuk di dalamnya adalah perairan tawar. Banyak potensi yang dapat
dikembangkan, salah satunya adalah ikan hias air tawar. Banyak jenis ikan air
tawar yang memiliki prospek dan nilai ekonomis yang cukup tinggi, baik di pasar
local ataupun di pasar internasional. Salah satu jenis ikan hias air tawar yang
memiliki peluang yang cukup cerah dan banyak digemari konsumen adalah ikan
Diskus.
Diskus (Symphysodon diskus) yang
dijuluki raja ikan hias air tawar dan banyak para hobiis memberi julukan “ The
King Of Akuarium ”. Dikarenakan pengemarnya yang banyak dan bentuk tubuh serta
warnanya yang indah. Ikan ini telah memulai perjalannya dari habitat aslinya ke
aquarium para penggemar nya di seluruh dunia. Ikan diskus bukan asli ikan
indonesi, aslinya ikan ini berasal dari sungai Amazon, Brazil yang terkenal
kaya akan beragam species tumbuhan dan binatang dan Rio Negro, Peru, dan
Columbia. Dulunya di Negara tersebut dikonsumsi sebagai pangan seperti layaknya
ikan-ikan lain.
Diskus adalah salah satu ikan hias air tawar
yang banyak peminatnya. Dari kelas kelas bawah sampai kelas atas menyukai ikan
ini, karena mempunyai bentuk tubuh pipih dan agak membundar seperti cakram, mempunyai
warna dasar tubuh yang menarik dengan garis-garis berombak beraneka ragam tak
teratur mulai dari dahi sampai ke samping perut, selain itu terdapat
garis-garis hitam vertical yang berjajar dari mata sampai ke pangkal ekor.
Diskus termasuk ikan bertubuh cantik dan mampu menyaingi corak dan warna ikan
laut. Dikalangan pembudidaya ikan hias, ia dikenal sebagai penyabar yang suka
mengalah, damai adalah kesukaannya. Itulah alasannya mengapa lebih senang
dipelihara tersendiri. Jenisnya bermacam-macam, pasarannya pun cukup bagus.
Tidak hanya itu ternyata diskus juga mempunyai kebiasaan memijah yang unik.
Tidak heran banyak orang penasaran ingin bisa memijahkannya. Oleh karena itu
dengan adanya mata kuliah pembenihan kami mencoba memaparkan tentang budidaya
ikan Diskus dalam sebuah makalah yang di susun dari berbagai studi literature.
1.2 Tujuan
Pembuatan makalah ini betujuan untuk :
a. Mempelajari teknik pembenihan ikan diskus
b. Mengetahui kelebihan budidaya Ikan diskus secara financial
II. MENGENAL IKAN DISKUS
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Diskus
Mengenai klasifikasi Ikan Diskus, ada sedikit perdebatan dari para
ahli dan banyak orang mengklaim berdasarkan tempat asal, warna dan bentuk luarnya.
Beberapa
ahli perikanan berpendapat, terdapat dua speseis diskus yang asli, yaitu : Symphysodon discus dan Symphysodon aequifasciata. Spesies
pertama berdiri tunggal, sedangkan yang disebutkan terakhir mempunyai beberapa
sub spesies. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa semua diskus harus
dimasukan dalam saut grup yang sama, Symphysodon.
Menurut sistematikanya, ikan diskus digolongkan sebagai berikut:
Ă Ordo : Percomorphodei
Ă Sub : Percoidea
Ă Family : Cichlidae
Ă Genus :
Symphysodon
Ă Species : Symphysodon
discus
Ă Nama lokal : Diskus
Ikan yang berbentuk seperti kue dadar ini di
lengkapi dengan keindahan warna dan bentuk tubuhnya. Jika pada umumnya ikan
hias mempunyai bentuk tubuh memanjang, diskus tidaklah demikian. Bentuk diskus
unik seperti cakram atau kue dadar. Warnanya sangat unik dan menarik sesuai
dengan strain dan keturunannya. Untuk lebih jelasnya secara morfologi dapat
dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Morfologi ikan diskus
2.2. Habitat dan Penyebarannya
Habitat alami ikan discus adalah air
tergenang, aliran airnya lambat, dangkal, bersih dan umumnya berada didaerah
sungai dan danau yaitu di daerah Sungai Amazon di Brazilia, Colombia, Peru dan
Venezuela. Discus hidup pada air ber pH 5 – 6 dengan kesadahan 10 – 30 ppm dan
suhu 28 – 30 oC, dan kandungan oksigen terlarut ≥ 5 ppm, tetapi ikan diskus bisa toleran sampai 2 ppm.
2.3.
Jenis-Jenis Diskus dan Strainnya
Ada empat jenis
diskus yang berlainan, yang sering di temukan di perairan alamnya.
Penyebarannya di alam aslinya dari keempat jenis diskuks ini tidak sama. Dari keempat jenis
diskus inilah didapatkan diskus strain baru, hasil tangan-tangan ceketan
pembudidaya ikan diskus di luar negeri.
Adapun jenis-jenis
diskus yang ditemukan di alam, yang oleh orang awam didaulat sebagai diskus
asli, adalah diskus yang mempunyai ciri-ciri seperti di bawah ini :
Symphysoodon aequifasciata aequifasciata
Pellegrin
Ikan
ini dikenal di kalangan eksportir ikan hias sebagai Green Diskus. Green diskus mempunyai dua tipe. Yang pertama
disebut Teffe Green sebab ia berasal dari danau teffe dekat Amazon. Warna
dasar Teffe Green coklat tua (merah)
hingga kuning keemasan. Di sekujur tubuhnya di hiasi garis berwarna hijau muda
dan hijau tua yang memanjang. Pada sirip-siripnya dihiasi warna merah pada
pnggirnya.Tipe kedua dikenal sebagai Peruvian
Green mempunyai warna yang kurang cerah. Warna dasarnya sama dengan tipe
pertama, merah kecoklatan hingga keemasan. Sirip-siripnya pun di hiasiwarna
merah pada pinggirnya. Hanya saja pada sekujur badannya masih di hiasi dengan
bintik-bintik merah. Diskus ini dikenal sebagai diskus yang terkuat dari diskus liar. Pertama kali
dikumpulkan dari daerah Peru. Green Diskus mampu tumbuh hingga Panjang total
badannya mencapai 30 cm.
Symphysodon discus (Heckle)
Diskus
heckle sering disebut sebagai Red Discus atau
Poumpadour Discus. Namun tidak jarang
orang memanggilnya sebagai Heckee
Discus atau Poumpadour Fish. Ikan ini pertama kali ditemukan oleh Dr. Johan
Heckel pada tahun 1840 di Rio Negro dekat Manaus, Brazil. Untuk mengabadikannya,
maka ikan ini mempunyai panggilan akrab Heckel diskus, sedangkan nama ilmiah
diberikan oleh penemunya adalah Symphysodon
discus. Garis-garisnya berombak tidak teratur, yang mulai dari dahi sampai
perut. Pada keseluruhannya badannya dipotong-potong oleh garis berwarna hitam.
Dari Sembilan buah garis yang ada, tiga di antaranya tampak jelas. Sedangkan
lain-lainnya hanya tampak samar-samar. Dengan matanya yang tampak selalu merah
itu, diskus ini dapat dengan mudah untuk dibedakan dengan kerabatnya. Jenis ini
hanya dapat mencapai panjang total 15 cm.
Symphysodon
aequifasciata axelrodi
Jenis
yang ketiga ini adalah Symphysodon
aequifasciata Laxelrodi yang dikenal
sebagai Brown Dicus. Suku kata terakhir dimaksudkan untuk mengenang
Dr. Herbert R. Axelrod yang telah banyak
jasanya dalam pengembangan budidaya diskus. Warna dasar tubuhnya cokelat
tua sampai gelap, dengan 9 buah garis vertical memotong sekujur badannya, tidak
ketinggalan kepalanya. Garis biru terlihat memanjang dari dahi kepunggung
hiongga mencapai sirip ekor, dan diakhiri dengan warna merah. Ikan ini dating
dari Belem di muara sungani Amazon. Panjang total tubuhnya mencapai 13 cm.
Symphysodon
aequifasciata haraldi
Jenis
terakhir adalah Symphysodon aequifasciata haraldi yang dikenal sebagai Blue discus. Menurt sumber yang layak
dipercaya dari keempat jenis dikus yang asli, Blue Diskuslah yang mempunyai
warna lebih menarik. Pertama kali ditemukan dekat Manaus. Sekujur tubuhnya
ditutupi oleh garis-garis pendek berwarna biru, dengan kekecualian pada sirip
dubur dan punggung tepinya berwarna merah. Ikan ini dapat mencapai panjang
total 20 cm, dengan kematangan kelamin terjadi pada ukuran setengahnya.
Diskus Strain Baru
Seperti telah disinggung di atas, selain disku asli
akuarispun telah berhasil mendapatkan anakan diskus baru. Diskus baru ini
mempunyai sifat-sifat unggul, baik warnanya maupun ketahanannya terhadap
penyakit.
Di
antara diskus hasil persilangan para akuaris ini ada yang mempunyai warna lebih
cantik dibandingkan dengan diskus aslinya. Sedikitnya ada13 strain yang sempat
tercatat sebagai ikan yang berhasil mereka ciptakan. Berikut ini namanya dan
cirri-ciri khususnya.
Powder
Blue
Keturunan
ini pertama kali berhasil dikembangkan oleh Mack Galhbreath dari Fresno,
California. Antara jantan dan betina mempunyai warna yang agak berbada. Ikan
jantan berwarna cerah, biru muda,
sedangkan ikan betina berwarna kurang cerah. Pada wajahnya dihiasi garis-garis
biru, sedangkan siripnya merah. Warna dasarnya merah kecokelatan.
Turquoise
Discus
Ikan
ini dikembangkan olehJack Wattely, salah
seorang peternak di Florida. Merupakan satu strain yang terindah di
dunia. Setelah kurang lebih 10 tahun bergelut dengan berbagai kesukaran,
akhirnya Wattely pada tahun 1969 memperkenalkan untuk pertama kalinya diskus
hasil persilangannya.Diskus ini merupakan hasil kawin silang dari Royal Blue
dari akuarium dengan ikan-ikan liar di dapat dari Teffe (Teffe Green). Warna
dasar turquoise cokelat muda dengan garis hijau biru memanjang di tubuhnya.
Sirip dan matanya berwarna merah, dengan pupil mata yang lebih kecil
dibandingkan dengan jenis diskus yang lainnya.
Red
Gypsi (Red Discus)
Merupakan varietas yang
berwarna indah. Mereka pertama kali ditangkap di perbatasan Peru-Bolovia dan
dikembangkan di Jerman Barat. Warna dasarnya cokelat kemerahan dengan sirip
merah menyala. Beberapa ikan diskus ini kelihatan merah pada saat baru ditangkap dari alam.
Menurut sumber yang pantas dipercaya, warna ini disebabkan oleh warna buah
tropis yang jatuh ke dalam air, sehingga menambah warna merah pada smua ikan di
sekitarnya. Ikan diskus yang terkena pengaruh buah ini akan luntur warnanya
setelah dipelihara, dan normal seperti semula.
Briliant
Turquisoe
Merupakan satu di antara
banyak strain diskus di Amazon. Warna tubuhnya biru tirus. Sirip punggung dan
ekor berwarna merah oranye. Ikan ini konon merupakan strain dari diskus
bergaris hijau.
Blue
Mask (Blue Face)
Strain
hasil persilangan Brown dan Blue. Tanda-tanda khusus pada badannya antara lain
adanya garis biru memanjang dari muka hingga sirip ekor. Dibandingkan dengan
betina, ikan jantan mempunyai badan lebih indah. Namun kadang kala pada mukanya
tidak terdapat garis biru. Yang jelas dengan polesan warna merah pada tepi
siripnya, ikan ini patut diperhitungkan.
Hongkong
Blue
Strain
hasil persilangan Green dan Brown. Jantan mempunyai garis-garis dari wajah,
sirip punggung dan ekor, meskipun hanya sedikit. Ikan yang betina terlihat
mirip Brown, tetapi mempunyai sedikit warnabiru pada sirip punggung dan ekor.
Royal
Blue
Ikan
ini didapatkan dari pejantan Blue yang dominan di antara gerombolan diskus
liar. Biasanya menemukan pejantan yang demikian itu cukup sulit, di antara 100
ekor paling banyak hanya terdapat seekor. Penjantan yang demikian biasanya
dipakai untuk menghasilkan strain baru. Warna dasar badannya serupa pohon mahoni dengan garis
biru memanjang pada badannya, dengan kombinasi sirip bertepi merah.
Solid
Blue
Strain
yang mempunyai tepi sirip berwarna merah. Merupakan ikan cantik dikembangkan
oleh Dr. Edward Schmidt-Focke dari diskus kepunyaan Jack Wattely.
Cobalt
(Hackel royal blue)
Ikan
mempunayai warna dasar serupa pohon mahoni bergaris biru-ungu di sekujur
tubuhnya, dengan sirip berwarna merah. Strain ini pertama kali dikembangkan
oleh Dr. C.V. Wall dari California.
Heckel
Brown (Pompadour Discus)
Strain
yang merupakan hasil silangan ini mempunyai garis vertical sebanyak 3 buah
sehingga cirri diskus menjadi hilang. Kadangkala di badannya teerdapat sedikit
warna biru, juga di siripnya.
Blue
Brown Heckel Discus
Ikan
ini sepintas mirip diskus biru, hanya saja tanpa adanya garis vertical sebanyak
3 buah yang menjadi cirri utamanya. Mempunyai garis biru muda di tubuhnya yang
amat menarik. Dari wajahnya hingga ekornya kadang puladihiasi dengan warna
gelap, berupa garis-garis.
LoBue
albino Disccus
Strain yang ditemukan dan dikembangkan
oleh Len dan silvia di Kalifornia, dari kumpulan Royal Blue. Sangat beruntung
sekali mereka karena yang bentuk begini
ada sepasang. Setiap pasangan memijahselalu menghasilkan albino lagi, sedangkan
yang lainnya berwarna biasa. Diskus ini benar-benar istimewah dan di akui
paling menarik di antara sesamanya. Mata merah jambu sungguh sangat indah
dengan badan berwarna putih yang dihiasi dengan garis-garis berwarna merah
jambu.
Lon-Fin-Blue
Face Red
Didskus
strain ini mempunyai sirip panjang dan dikembagngakn di daerah asia. Sirip
panjang ini pada beberapa ikan akan rontok.
III. PEMIJAHAN DISKUS
3.1. Merawat Calon Induk
Calon
induk ikan diskus dirawat dan dipelihara di akuarium. Untuk akuarium dengan berkapasitas
135 L atau yang berukuran 80 x 40 cm dapat
diisi calon induk sebanyak 24 ekor diskus yang menginjak remaja. Seleksilah
calon induk dengan sungguh-sungguh, kare
ena
nantinya generasi inilah yang diharapkan dapat memberikan keturunan unggul.
Adapun criteria calon induk ikan diskus yang baik yaitu: Pertama calon induk
harus sehat, sisik tersusun rapi, sirip tidak cacat di tunjang dengan bentuk
yang bulat. Gerakannya wajar, tidak menyentak-nyentak ataupun terlalu lamban.
Mata menonjol wajar, tidak melotot.
jika
remaja diskus ini dipilih di antara kawannya, maka pastikanlah bahwa pilihan
jatuh pada remaja diskus yang paling
bongsor. Dengan kriteria sederhana ini diharapkan bakal kita peroleh
induk-induk yang produktif, yang bukan saja menghasilkan anak yang banyak,
namun juga mampu tumbuh wajar.
Pemberian
pakan dilakukan 3 kali sehari dengan cacing sutra ataupun dengan jentik-jentik
nyamuk. Makanan alami yang masih hidup ini harus dibersihkan dahulu sebelum
diberikan kepada diskus. Hal ini dilakukan untuk menghindari bibit penyakit. Selain
itu akuarium perlu dibersihkan 3 hari skali untuk membuang sisa makanan dan
kotoran yaitu dengan cara cukup disifon dengan menggunakan selang .
Akuarium pemeliharaan ini
sebaiknya dilengkapi dengan filter sudut, selain dengan aerator yang secara
rutin mengeeluarkan gelembung udara.
Untuk mengetahui suhu air setiap saat dipasang thermometer, sehingga
dapat diambil langkah pencegahan sedini mungkin jika terjadinya kenaikan suhu
maupun penurunan suhu secara drastis.
3.2. Seleksi Induk
Berbeda dengan ikan lain, seleksi induk harus dilakukan seketat
mungkin. Seleksi induk secara sembrono akan mengakibatkan kerugian yang tidak
sedikit. Andaikan saja usaha pembenihan diskus ini hanya bersifat coba-coba
dengan memelihara beberapa induk saja, seleksi induk harus tetap dilakukan
secara sungguh-sungguh. Akibat langsung dari seleksi yang asal-asalan tidak
lain adalah kegagalan.
Membedakan kelamin diskus dapat
dilihat dari bentuk mulut dan hidung. Pada diskus dewasa, betina mempunyai
bibir yang simetris, sama besar antara bibir atas dan bibir bawahnya. Sedangkan
jantan, bibir atasnya lebih menonjol. Jika melihat hidungnya, maka jantan
mempunyai bentuk hidung agak bengkok, dan ujung sirip punggunya meruncing.
Jika dilihat warna badan, maka akan
terbuktilah induk jantan mempunyai badan yang lebih berwarna-warni dibandingkan
dengan yang betina. Selain itu warnanya menyebar keseluruh tubuh, ini dapat
dibuktikan terutama pada Green diskus. Betina Green mempunyai sedikit warna
pada wajah dan badannya sedangkan jantan berwarna cerah seluruhnya.
Melihat gerakannya, rata-rata jantan
mempunyai gerakan reflek lebih dominan dibandingkan dengan betina. Ini akan
terlihat dari responnya menerima makanan. Jika kita berikan makanan kedalam
akiuarium, jantan akan menunjukan ketangkasannya dengan mencapai makanan lebih
dulu.
Cara
yang di anggap paling tepat untuk membedakan jantan dan betina dengan cara
melihat langsung alat reproduksi masing-masing induk. Karena alat kelamin ini
tidak berapa besar, jalan satu-satunya dengan menggunakan kaca pembesar. Ikan
jantan mempunyai alat kelamin agak runcing, sedangkan yang betina berbentuk
lebar dan bulat.
Di dalam akuarium pemeliharaan
biasanya mereka akan memilih sendiri pasangannya lalu memisahkan diri dari
kelompoknya. Pasangan inilah yang kita ambil untuk dijadikan induk. Untuk
merawat induk diskus digunakan akuarium yang berkapasitas 90 l atau Akuarium
yang berukuran 70 x 40 x 35 cm, dengan akuarium yang berukuran ini memudahkan
kita untuk membersihkan dan mengganti airnya.
Gambar
2. Induk diskus yang sudah berpasangan
Antara
spesies yang satu dengan lainnya, waktu yang di perlukan untuk mencapai
kematangan kelamin tidak sama. Brown misalnya, memerlukan paling sedikit 12
bulan sebelum bertelur. Lain dengan Blue Green yang rata-rata membutuhkan waktu
18 bulan. Sedangkan Heckel membutuhkan waktu antara 15-20 bulan sebelum mau
bertelur. Silangan diskus dari berbagai spesies rata-rata membutuhkan waktu 18
bulan.
Untuk menjamin ketersediaan oksigen
dan menguapkan karbondioksida kedalam akuarium dimasukkan aerator. Selain itu
juga diberikan heater untuk menjaga kesetabilan suhu yang dikehendaki.
Sebaiknya heater ini dipasang pada sisi belakang akuarium jangan sampai
mengganggu gerakan dan penglihatan diskus. Dan jangan lupa memasang thermometer
di dalam akuarium guna untuk memudahkan dalam pengecekan suhu.
3.3. Lokasi Akuarium
Carilah tempat yang tenang, namun
menerima cahaya cukup dan sirkulasi udara lancar. Hindarkan penempatan akuarium
di tempat yang banyak dilewati orang. Jika ingin membudidaya akan diskus secara
besar-besaran memang sebaiknya dicarikan lokasi yang memadai, lapang dan
terhindar dari keberisikan. Kebiasaan melempar segala macam makanan kedalam
akuarium sebaiknya ditinggalkan. Gerakan yang mengagetkan apalagi dilakukan
dengan cepat akan membuat diskus ketakutan dan nervous. Bila akuarium
ditempatkan satu-persatu, bukan disusun dalam rak khusus, sebaiknya diskus
diletakkan pada ketinggian 120 cm dari lantai. Upaya ini dilakukan untuk
memberi kesempatan diskus dapat melihat orang di depannya agar diskus terbiasa
dengan lingkungan di sekitarnya. Bila akuarium disusun dalam rak, untuk deretan
akuarium yang paling bawah boleh berada 1 m dari dasar lantai.
3.4. Proses Pemijahan
Induk Ikan Diskus yang sudah berpasangan dipisahkan dan ditempatkan
dalam aquarium pemijahan. Dalam 3-10 hari kemudian biasanya proses perkawinan
mulai berlangsung. Pasangan induk diskus saling berenang mengitari pasangannya,
pada saat tersebut warna diskus akan terlihat sangat intens, sirip-sirip
mengembang penuh dan matanya terlihat berbinar, kemudian mereka akan menentukan
tempat bertelur berupa pipa PVC, pot bunga atau pecahan-pecahan genting atau
keramik. Sebelum proses perkawinan berlangsung biasanya induk diskus secara
bersama akan membersihkan substrat (tempat menempelnya telur). Setelah itu
pasangan diskus akan mulai meletakan telurnya, setelah telur pertama
diletakkan, diskus jantan akan membuahinya selama beberapa jam, induk yang
dipersiapkan dengan baik, rata-rata akan menghasilkan 100-200 butir telur. Terkadang
mencapai 300-400 butir, tetapi ada juga yang hanya menghasilkan 50-75 butir.
Gambar 3. Induk Diskus yang Sedang Melekatkan Telurnya
Setelah proses pemijahan berakhir, pasangan
diskus akan menunggui telurnya, mereka akan mengipasi telur tersebut dengan
sirip dada, untuk mencegah adanya kotoran atau spora jamur yang melekat. Selama
menjaga telurnya, induk tetap harus diberi pakan dan kondisi aquarium harus
terlihat bersih. Dalam waktu 6 hari sejak proses pemijahan selesai, telur akan
menetas menjadi larva-larva kecil, yang kemudian akan berkembang menjadi diskus
dewasa. Induk diskus dapat dipijahkan kembali setelah satu bulan. Jika telur
dipisahkan induk diskus dapat bertelur dalam sebulan 5-6 kali.
3.5. Pemeliharaan Larva
Untuk mendapatkan benih diskus yang berkualitas baik, harus
diperhatikan cara penetasan telur dan perawatan larva. Ikan diskus tidak
sepenuhnya dapat mengasuh anaknya, ada diskus yang tidak dapat mengasuh anaknya.
Hal ini sulit untuk diketahui penyebab utamanya, untuk itu dalam pemeliharaan
larvanya diterapkan tiga cara dalam pemeliharaan larva diskus diantaranya
adalah :
a. Pemeliharaan larva secara alami
Telur yang dijaga oleh induknya pada saat penetasan. Dua hari
setelah menetas larva diskus sudah dapat bergerak meskipun belum terarah. Larva
diskus akan menempel pada induk untuk memakan lendir yang dihasilkan induknya
hal ini berlangsung selama lima sampai tujuh hari. Kemudian setelah berumur
satu minggu mulai diberi makanan hidup berupa naupli Artemia sampai diskus bisa
memakan kutu air baru dihentikan dan diganti dengan pemberian cacing darah sampai
ikan dewasa atau berumur 1 bulan.
b. Pemeliharaan Larva dengan Inang asuh
Penetasan telur secara buatan dilakukan dengan cara telur
dipisahkan dari induknya kemudian telur akan menetas 2 - 3 hari, setelah larva
berumur dua hari larva dipindahkan dari akuarium penetasan dengan cara disifon.
Ambil ± 5 ekor larva kemudian masukkan kedalam akuarium induk yang sedang
mengasuh anaknya yang ukurannya hampir sama dengan larva yang akan dimasukkan.
Apabila setelah tiga menit larva tidak dimakan oleh induk tersebut dan dapat
menempel pada tubuhnya, maka larva yang lain dapat dimasukkan kedalam akuarium
tersebut.
Gambar 4. Induk diskus merawat anaknya.
c. Pemeliharaan larva secara buatan
Larva yang sudah dapat berenang dipindahkan
kedalam baskom plastic dengan cara disifon, secara perlahan-lahan larva yang
ada dibaskom dimasukkan kedalam akuarium pemeliharaan larva. Pada tahap awal
makanan yang diberikan adalah kuning telur yang sudah direbus dicampur dengan Rotifera
yang sudah dikeringkan, bila akan diberikan pada larva harus dicampur
terlebih dahulu dengan putih telur, agar makanan tersebut lebih lama menempel
pada pinggir media pemeliharaan. Makanan diberikan 12 kali sehari atau
dilakukan setiap tiga jam sekali selama 2 – 3 hari, hingga larva bisa diberi
makan Artemia sampai diskus bisa memakan kutu air baru dihentikan dan
diganti dengan pemberian cacing darah sampai ikan dewasa atau berumur 1 bulan
dengan ukuran 1-1,5 inci.
Gambar 5. Larva yang dirawat tanpa induk
IV. PENYAKIT DAN PENANGGULANGANNYA
Seperti penyakit ikan pada umumnya, penyakit
ikan diskus dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu penyakit non parasiter dan
penyakit parasiter.
4.1 Penyakit Non Parasiter
Penyakit non parasiter adalah penyakit yang
disebabkan oleh faktor-faktor selain parasit. Biasanya faktor lingkungan dan
makanan merupakan penyebab utama timbulnya penyakit tersebut. Penyakit non
parasiter yang sering ditemukan menyerang ikan diskus antara lain :
a. Perut kembung
Penyakit yang biasanya sering di temukan
menyerang diskus adalah penyakit yang timbul karena kebanyakan makan. Hal
ini mengakibatkan perut ikan menggelembung atau biasa dikenal dengan istilah
bloat (bengkak). Jika didiamkan saja, maka akan menyebabkan kematian pada
diskus tersebut. Jika bengkak tersebut dikarenakan oleh kelebihan cairan tubuh,
maka penyembuhannya dapat menggunakan sebuah tablet Kanulase yang dilarutkan dalam
22,5 l air. Air diganti separuhnya hari selama satu minggu berturut-turut. Selama
ikan berada dalam perawatan, seluruh sisi akuarium diberi penutup dengan kertas
gelap. Selama itu pula ikan dipuasakan dan suhu air tetap dijaga pada 26 – 270C.
b. Sembelit
Akibat kebanyakan makan, juga dapat
menyebabkan diskus sembelit (konstipasi). Penyakit ini sering dialami oleh
diskus muda yang terus-menerus makan. Untuk menyembuhkannya dapat dilakukan
dengan memandikan diskus dalam air larutan garam. Diskus tidak diberi makan
selama beberapa hari hingga penyakitnya hilang. Untuk menghindari penyakit
sembelit ini, maka biasakanlah mempuasakan diskus selama seminggu sekali.
4.2 Penyakit Parasiter
Penyakit parasiter adalah penyakit yang
timbul pada tubuh ikan yang disebabkan oleh adanya organ lain (parasit). Di
antara penyakit ikan hias air tawar, yang paling banyak menyerang diskus,
antara lain :
a. Bintik putih
Penyakit bintik putih disebabkan oleh
protozoa Ichthyoptirius multifiliis. Penyakit yang biasa dikenal dengan
nama white spot ini biasa menyerang pada sirip dan insang diskus. Ikan diskus
yang terserang akan menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut : bagian yang
terserang menunjukkan adanya bintik putih, banyak mengeluarkan lendir,
frekuensi pernafasan meningkat, ikan sering berenang di permukaan air untuk
menghirup udara langsung, dan warna badannya pucat. Bila ikan masih dapat
bertahan maka pertumbuhan badannya akan terhambat. Cara pengobatan untuk
penyakit white spot ini adalah :
a. Larutkan acriflavine 0,001% sebanyak 50 ml ke dalam 22,5 l air
bersih. Kemudian ikan direndam ke dalam larutan obat ini selama 10 menit. Pengobatan
ini dilakukan selama beberapa hari hingga diskus kelihatan agak membaik.
b. Larutkan chloramine 1% sebanyak 22,5 ml dalam 22,5 l air bersih.
Kemudian ikan diskus yang terserang penyakit direndam selama 24 jam.
b. Velvet
Hampir sama dengan bintik putih, penyakit
velvet pun disebabkan oleh protozoa. amun protozoa yang menyebabkan penyakit
velvet adalah dari golongan Oodinium. Parasit ini biasanya menempel di bawah
lapisan lendir pada badan ikan, parasit ini mamput berkembangbiak dalam waktu
beberapa hari. Ikan yang terserang penyakit velvet di seluruh badannya,
termasuk sirip dan insang, berwarna seperti karat. Ikan diskus yang erkena
penyakit velvet dapat diobati dengan larutan acriflavine, mercurochrome maupun
methelene blue. Cara pengobatannya sama dengan memperlakukan diskus yang
terserang bintik putih. Selain ketiga larutan tadi, ada satu jenis larutan lain
yang dianggap cukup manjur untuk mengobati penyakit velvet. Yaitu larutan
potasium permanganate 1% sebanyak 20 ml yang dilarutkan dalam 20 l air bersih.
V. ANALISA USAHA
Analisa usaha pembenihan ikan diskus dalam 1
siklus (3 bulan) jika telur dirawat oleh induk.
5.1. INPUT
a. Biaya Tetap
Sewa lahan 1 are x 3 bln @ Rp 150.000 = Rp 450.000,-
Akuarium 10 buah @ Rp 100.000 = Rp 1.000.000,-
Induk Diskus 2 pasang @ Rp 500.000 = Rp 1.000.000,-
Heater 2 bh @ Rp 45.000 =
Rp 90.000,-
Thermometer 1 bh @ Rp 25.000 = Rp 25.000,-
Hiblow 1 bh @ Rp 500.000 =
Rp 500.000,-
Selang aerasi 30 m @ Rp 1.000 = Rp 30.000,-
Keran aerasi 1 paket @ Rp 50.000 = Rp 50.000,-
Paralon ¾ inchi 2 bh @ Rp 12.000 = Rp 24.000,-
Sorok/skop net 2 bh @ Rp 12.000 = Rp 24.000,-
b. Biaya Variabel
Artemia ½ kg @ Rp 400.000 =
Rp 200.000,-
Cacing sutra 8 liter @ Rp 5.000 =
Rp 40.000,-
Obat-obatan =
Rp 50.000,-
Biaya tenaga kerja 1 orang x 3 bln @ Rp
100.000 = Rp 300.000,-
Biaya lain-lain =
Rp 200.000,-
Total biaya variable = Rp 790.000,-
c. Biaya Penyusustan
Akuarim
=
Rp 50.000,-
Induk diskus
=
Rp 50.000,-
Heater
=
Rp 11.250,-
Thermometer
=
Rp 3.125,-
Hiblow
=
Rp 41.666,6
Selang aerasi
=
Rp 7.500,-
Keran aerasi
=
Rp 12.500,-
Paralon
=
Rp 3.000,-
Sorok/skopnet
=
Rp 6.000,-
Total Biaya Penyusustan =
Rp 185.041,6
TOTAL INPUT = Biaya Variable
+ Biaya Penyusustan + bunga modal
=
Rp 185.041,6 + Rp 790.000,- + Rp 58.502,4
=
Rp 1.033.544
5.2. OUT PUT
Dari 2
pasang induk diperkirakan rata-rata menghasilkan 150 ekor/pasang benih siap
jual berukuran 1,5 inci dengan harga jual Rp 4 000. Dalam 3 bulan menghasilkan
300 ekor/pasang.
Out put = 300
ekor/pasang X 2 pasang X Rp 4.000,-/ekor
= Rp 2.400.000,-
5.3. Kelayakan Usaha
a. Laba/Rugi
Laba/rugi = Out put – total In put
= Rp 2.400.000 - Rp
1.033.544
= Rp 1.366.456,-
b. O/I Ratio
O/I Ratio =
Out put / Total In put
=
Rp 2.400.000,-/ Rp 1.033.544
= 2,3
O/I ratio 2,3
artinya adalah setiap menanamkan modal atau setiap in put Rp1,- akan
menghasilkan out put 2,3 atau dengan kata lain setiap mengeluarkan modal Rp 1,-
akan memperoleh keuntungan Rp 1,3. Berarti usaha pembenihan ikan diskus sangat
layak untuk dilakukan.
c. Break Event point (BEP)
BEP unit = Total Biaya / Harga satuan
=
Rp 1.033.544,-/ Rp 4.000,-/ekor
=
258,386 ekor
Artinya dengan menjual hasil produksi
sebanyak 258,386 ekor seharag Rp 4.000/ekor, biaya yang dikeluarkan sudah bias
kembalai. Jika dalam realisasinya induk diskus hanya menghasilkan benih jauh
melenceng dari perkiraan, minimal menghasilkan 258,386 ekor/2 pasang selama 3
bulan maka usaha pembenihan ikan diskus tersebut tidak rugi dan tidak mendapat
keuntung. Berarti untuk memperoleh keuntungan kita harus semaksimal mungkin
untuk dapat memproduksi benih lebih 258,386 ekor per satu kali produksi.
BEP harga = Total Biaya / Total produksi
= Rp 1.033.544,-/ 6200 ekor
= Rp 1.722,573/ekor
Artinya usaha pembenihan ikan diskus ini akan mencapai titik impas
pada saat harga jual benih Rp 1.722,573 / ekor. Keuntungan akan diperoleh
apabila harga jual benih diskus diatas Rp 1.722,573 / ekor.
VI. PENUTUP
Meskipun pembenihan ikan diskus relatif sulit
dilakukan, namun dengan memperhatikan kualitas air, makanan, dan criteria
pendukung lainnya dengan baik maka keberhasilan pembenihan ikan diskus ini akan
dapat tercapai. Keberhasilan pembenihan ikan diskus harus diikuti dengan
persiapan dan ke uletan untuk merawat benih-benih diskus. Karena sifat induk
diskus yang berbeda-beda dalam merawat anaknya.
Dengan melihat hasil analisa usaha pembenihan ikan diskus ini
diharapkan dapat menjadi suatu prospek usaha
perikanan potensial untuk dikembangkan oleh siapa saja yang berminat, dengan
mengetahui teknik pembenihan dan cara penanganan benih yang baik. Karena ikan
diskus ini merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi baik benih
maupun induk, di pasar local maupun pasr internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2000. Budidaya diskus dengan inang asuh.
Majalah trubus no.
363
edisi februari. Jakarta.
D.
Setiawan. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Penebar swadaya.
Jakarta.
Indarta,
D. 2003. Memelihara dan Membudidayakan Diskus Unggul. Agro
Media Pustaka. Depok.
Lesmana
DS, Dermawan Iwan. 2001. Budidaya Ikan
Hias Air Tawar
Populer. Penebar swadaya.
Jakarta
Susanto,
H. 1990. DISKUS. Penebar Swadaya, Jakarta.